By
Seni Hayati
“Ketika menyandarkan harap pada manusia maka siapkan diri kita
untuk kecewa.. hanya satu tembat sandaran yang tidak pernah mengecewakan Allah
SWT”
Sudah 6
bulan Jalal dan Jodha hidu bersama..perlahan perubahan sikap Jalal membuat
Jodha mulai merasa simpati..lelucon-lelucon Jalal selalu membuat hidup Jodha
terasa lebih hidup..Jodha mulai membuka dari, memupuk harap..
'Mungkin Jalal adalah takdirku..aku tidak
bisa mengharapkan dia seperti Ilyas..karena Jalal tetaplah Jalal dengan segala
kekhas-an nya..aku harus belajar mencintainya' gumam Jodha dalam hati.
Setiap
hari ada saja kelakuan Jalal yang membuat Jodha terenyuh terkadang sangat
kekanak-kanakan...seperti membawakan Jodha satu batang permen loli pop yang di
belinya di depan sekolah yang sering ia lewati. Kadang seperti seorang pria
dewasa..dengan meletakan rangkaian mawar putih di atas tempat tidur..dengan
tulisan “ANA UHIBBUKI FILLAH MY HONEY”.. Ditambah perubahan sikapnya hampir 180
derajat berubah, tiap hari dia selalu menyempatkan diri untuk tilawah Al Qur'an
membaca buku mulai fiqih..sirah..dan buku-buku psikolog..entah lah buku-buku
psikolog selalu menarik hati Jalal untuk membacanya.
*****
Hari Senin
jam 3 dini hari Jalal sudah bangun..ia berinisiatif menyiapkan makan shahur
buat Jodha dan ammijan..setelah beres menyiapkan makanan Jalal segera mandi dan
berwudhu..melihat Jodha yang belum juga bangun, seperti biasa keisengannya
kembali muncul..dia cipratkan sisa air wudu yang masih menempel ditangannya.. “Hai..
gadis malas, bangun..”
Jodha
hanya menggeliat dan merubah posisi tidurnya.. efek seharian menemani ammijan
di lab melakukan penelitian membuatnya lelah.. merasa kasian, Jalal pun
membiarkan Jodha melanjutkan tidur, ia segera shalat.. ada rasa tenang yg
menyelusup dihati saat berdua dg Robb-nya.. meski hatinya belum 100%
meninggalkan masa lalunya, karena tanpa sepengetahuan Jodha dan ammijan Jalal
masih sering berkomunikasi lewat telephon atau sesekali bertemu dengan
teman-teman errornya.
***
Melihat
Jodha belum juga bangun, Jalal mendekati tempat tidur Jodha...di tatapnya wajah
polos namun terpancar kecantikan yang berkarisma dari dalam jiwanya. Jalal
bergumam dalam hati, 'Aku berusaha untuk
tidak mencintaimu, Jo.. rasa sakit dan benci sebenarnya masih ada di hatiku.. melihat
dirimu begitu dekat dengan ammijan.. dirimu yang telah menjauhkanku dari
teman-temanku.. dan aku harus meninggalkan pacarku demi dirimu.. aku berusaha
untuk keluar dari permainan ini, Jo.. semakin lama aku bersamammu.. semakin aku
tidak bisa mengendalikan hatiku'
Jalal
kembali membangunkan Jodha..sambil berbisik di telinga Jodha, “Sayang
..bangun.. apa aku harus menciumu dulu hemm” mendengar ancaman Jalal..Jodha
langsung membuka matanya..dan benar saja Jalal sudah mendekatkan wajahnya.
“Ya..Alloh
jam berapa sekarang?? Mengapa baru membangunkanku a? aku kan harus menyiapkan
makan shahur”
“Dari tadi
aa udah bangunin kamu.. kamu aja yang susah dibangunin”
Jodha
segera beranjak dari tempat tidur, bergegas membersihkan diri, bersiwak dan
wudhu..dilanjutkan dengan shalat tahajud...sedang Jalal tenggelam dengan
tilawahnya.
“A.. aku
siapain buat sahur dulu ya.. sekalian ngebangunin ammijan” ucap Jodha sambil
berlalu kearah dapur.
Namun tak
berapa lama Jodha sudah balik lagi.. “A.. aa yang nyiapin buat makan sahur?”
“Hem..”
jawab Jalal singkat.
“Sungguh...
Jazakalloh khairan katsiron, sayang”
Mendengar
ucapan Jodha, Jalal menatap Jodha dengan tatapan yang sulit diartiakan,
sepertinya Jalal tidak mengerti dengan kata-kata yang Jodha ucapkan, tapi ada
rasa senang mendengar Jodha memanggilnya dengan sebutan sayang....ini pertama
kalinya Jodha memanggil Jalal dengan sebutan tersebut..untuk menghilangkan rasa
penasaran Jalal bertanya “Jazakalloh? Artinya? Apa itu ungkapan cintamu pada
aa?”
Jodha
hanya mesem-mesem, “Aa..itu fikirannya kesitu terus..Jazakallah khairan
katsiran itu artinya semoga Alloh membalas dengan yang lebih baik..itu biasa
diucapkan ketika ada seseorang melakukan kebaikan untuk kita..jadi selain
ungkapan terima kasih, kalimat itu juga mengandung do'a..itulah yang aku
suka..semuanya begitu indah dalam Islam a”
“Oh.. kenapa
aa yang orang Islam dari lahir baru tau ya..kamu yang mualaf udah tau duluan”
“Tidak ada
kata terlambat untuk belajar a..selama ada kemauan..Alloh akan membuka Jalan
untuk kita..hemm..a kau tau aku sangat senang dengan perubahanmu”
Mendengar
pujian Jodha, Jalal hanya mengangkat sebelah bibinya.. “Ayo kita sahur..nanti
keburu adzan”
“Oh..iya
a..aku bangunin ammi dulu ya, tadi luap belum dibangunin” ucap Jodha sambil
menuju kamar ammijan.
Ternyata
ammijan sudah duduk di meja makan menunggu mereka..
“Sayang..kenapa
baru turun..ammi sudah nungguin dari tadi”
“Afwan
ammi..mm..ammi yang nyiapin makanan ini ci aa loh”
“Wow..sungguh??
Subhanalloh..ternyata anak manja ammi sekarang sudah bisa melayani istri dan
ammijannya..ammi bangga sama kamu sayang” ucap Hameda sambil tesenyum kearah
Jalal..
“Ini berkat
dia mi (ucap Jalal sambil mengangkat dakunya kearah Jodha)..Jodha yang telah
banyak mengajariku berbagai hal mi”
“Sebenarnya
ci aa yang belajar lebih cepat mi..semoga saja selamanya seperti ini..jadi
ringan kerjaanku ga usah masuk dapur..hehehe” ucap Jodha, merekapun tertawa
bersama dalam keceriaan makan sahur..sebuah kebahagian tersendiri bagi ammijan
mendapati anak dan mantunya hidup rukun.
Selesai
makan sahur.. Jodha membereskan meja makan, sedang ibu Hameda larut dengan
buku-buku tebalnya..di tempat cuci piring Jalal masih saja menggodha Jodha yang
sedang sibuk dengan piring dan gelas kotor.
“Ikut cuci
tangan ya..” ucap Jalal yang sudah berdiri di belakang Jodha, tangannya
menyalakan kran washtafel yang otomatis mengurung tubuh Jodha dari belakang..Jodha
pura-pura tidak merasa terganggu..namun tingkah Jalal semakin disengaja
menggodanya, karena kini dagu Jalal telah mengait di bahu Jodha..otomatis
punggung Jodha menempel di dada Jalal dan untuk kesekian kalinya lagi-lagi
Jodha merasakan getaran aneh yang menjalar di seluruh tubuhnya.
“Katanya
sebentar...kenapa lama sekali cuci tangannya hemm?”
“Jo..di
punggungmu ada lem nya ya??aku jadi ga bisa lepas nih” bisik Jalal ditelinga
Jodha, Jodha segera menyikut Jalal.
“Awww..”teriak
Jalal pura-pura kesakitan
“Ada apa
nak?” teriak ammijan dari ruang keluarga.
“Ada kecoa
nempel dipunggungku mi..udah ku usir ko..” jawab Jodha dengan suara sedikit
keras agar terdengar oleh ammida
“Oh..jadi
sitriku menganggap aku ini kecoa hemm..tunggu pembalasanku dikamar ya..kecoamua
akan beraksi” ucap Jalal sambil berlalu menuju kamarnya.
***
Jodha
memasuki kamarnya, dengan sedikit kecemasan mengingat ancaman Jalal tadi
didapur..Jodha membuka pintu pelan-pelan, kemudian dia mengedarkan pandangannya
keseluruh kamar..mencari sosok yang selalu usil..
'Mungkin sedang di kamar mandi' fikir Jodha, namun baru saja Jodha meutup pintu kamarnya..sebuah tangan kekar
telah memeluknya dari belakang.
“Lepasin..
lepasin a..”Jodha meronta
“Tidak
akan.. kecoamu ini akan selalu nempel di punggungmu”
“Ampun.. ampun
a.. afwan.. aku ralat ucapanku.. bukan kecoa.. tapi ikhwan ganteng sedang nempel di punggungku”
“Baiklah
aku ma'afin.. tapi syaratnya.. kamu harus memperlihatkan foto-foto keluargamu”
“Untuk
apa?”
“Apa salah
seorang suami ingin mengetahui keluarga istrinya hemm?”
“Baiklah..
tapi lepasin dulu pelukannya”
“Tidak.. sebelum
kamu memperlihatkan foto-foto keluargamu.. tadi itu kan syaratnya”
Akhirnya
Jodha nyerah membiarkan Jalal nempel di punggungnya sambil ia mengambil laptop
di meja belajarnya. Jodha membawa laptop ke atas tempat tidur .
“Bagai
mana aku bisa duduk, klo aa terus nempel di punggunggu”
“Baiklah..
aku lepasin” Kini mereka duduk sila dengan posisi berdampingan menghadap
laptop, namun Jalal tetep iseng menumpangkan sedikit pahanya diatas paha Jodha.
Jodha yang
disibukan dengan mencari file foto-foto keluarganya tidak menyadari keisengan
Jalal. Kini foto itu telah muncul di layar laptop.
“Ini
ayahku..namanya Barmal”
“Assalamu'alaikum
ayah.. kenalkan aku menantumu yang superganteng” ucap Jalal sambil mengangguk
seolah memberi hormat pada ayahnya Jodha.
“Ayah ku
sangat penyayang.. meski dia sibuk dengan pekerjaannya.. namun beliau selalu
menyempatkan mengantarku sekolah, bahkan samapai SMA pun ayahku masih tetap
mengantarku.. itu membuat tidak ada satupun anak laki-laki yang berani
menggangguku. Baru setelah kuliah.. ayah membiarkanku mandiri.
Jodha
terdiam sejenak “Malam itu untuk pertama kalinya ayah marah besar padaku,
beliau seorang laki-laki yang bertanggung jawab namun tidak bisa dibantah”
“Bagaimana
dengan ibu mertuaku?” tanya Jalal, mencoba mengalihkan perhatian, karena dia
melihat mendung sudah menggelayuti mata Jodha.
“Ibu.. ibu
sosok wanita bijak, yang khidmat pada suaminya.. beliau pendengar dan tempat
curhat yang baik buat anak2 nya.. beliau guru terhebat dan tersabar yang pernah
kutemui”
“Ini
adik-adiku.. meski sering berantem..tapi sebenarnya kami saling menyayangi”
“Dan ini
Dadisa.. beliau tempat pelarian kami, jika ayah dan ibu marah..kami selalu
minta perlindungannya..namun malam itu..dadisa tidak bisa menolongku dari
kemarahan ayah” tangan Jodha ngusap kristal bening yang keluar dari sudut matanya.
“Apa
sebenarnya yang membuatmu berani mengambil keputusan untuk meninggalkan mereka,
Jo?”
“Sama
seperti Mush'ab bin Umair.. aa tau dia?”
Jalal
mengangkat bahunya sambil menggelengkan kepalanya.
“Dia
sahabat nabi Muhammad, anak konglomerat Mekah saat itu, ketampanan dan gayanya yang perlente selalu
jadi buah bibir gadis-gadis suku Qurais, ibunya sangat shock mengetahui anaknya
mengikuti agama baru yang dibawa nabi Muhammad, dia mengancam akan menghentikan
segala fasilitas jika masih tetap pada keyakinannya, namun Musha'af memilih
meninggalkan semua kenyamanan itu.. pemuda metropilis pun berubah menjadi sosok
yang berwibawa, pakaiannya indah ditanggalkannya berganti dengan jubah usang
yang penuh tambalan.. itu dia lakukan semata-mata demi cintanya pada Allah SWT
dan Rasul-Nya, hingga dia menjadi juru da'wah yang mampu mempersatukan suku Aus dan Khajraj yang
selalu bertikai di sebuah kota bernama Yastrib (Madinah) dan sukses jadi
perantara berdirinya peradaban Islam di jazirah Arab.. alasankupun sama seperti
Musha'ab bin Umair,, demi cintaku pada Allah dan Rasul-Nya..walau resikonya aku
harus kehilangan cinta orang-orang terdekatku.”
****
Pagi
harinya Jodha berangkat bersama Hameda, karena tidak ingin mengganggu jadwal
Jalal yang ada meeting untuk pertama kalinya. Namun ditengah jalan dia baru
ingat laptopnya tertinggal di rumah, sebenarnya ammijan mau mengantarkannya
lagi namun karena ada jadwal kelas pagi akhirnya membiarkan Jodha naik angkot.
Jodha sempet
kaget melihat mobil Jalal yang masih terparkir diluar, karena membawa kunci
juga..Jodhapun masuk tanpa memencet bel..dia menaiki tangga menuju
kamarnya..namun dipintu kamar dia harus menahan langkahnya.. terdengar Jalal
sedang menelepon seseorang.. sepertinya seorang wanita karena Jalal
memanggilnya dengan sebutan sayang.
********************************