By
Seni Hayati
“Aku ingin mencintaimu dengan sederhana seperti yang dilakukan
awan pada hujan yang telah membuatnya hilang” (Anonim)
Jodha
sedang sibuk dengan laporan praktikumnya, begitu Jalal sibuk dengan hapalan surat-surat
pendeknya dengan suara keras layaknya anak SD yang sedang menghapal.
“A.. bisakan
menghapalnya dalam hati.. aku tidak bisa konsentrasi kalau kau berisik”
“Jodha... aku
juga tidak bisa belajar kalau tanpa mengeluarkan suara” jawab Jalal tidak kalah
ngotot..
“Huh...”
Jodha membuang nafas, lalu beranjak keluar kamar dengan setumpuk buku referensi
pendukung untuk laporannya.
“Kenapa
mengikutiku?”
“Kalau
belajar sendiri, mana ku tau bacaanku benar, siapa tau salah”
Hameda yang
baru yang ada di ruang keluarga angkat bicara, “Ada apa sayang ko pada ribut??”
“Ammi.. Jodha
nih.. saya mau belajar malah ngajak tidur”
Ammijan
hanya mesem-mesem. Sedang Jodha membulatkan matanya.
“Yess... akhirnya
bisa juga ngerjain kamu” bisik Jalal ditelinga Jodha.
Hameda
kembali bertanya, “Jodha.. bulan ini kamu sudah haid?”
“Baru
beres minggu kemarin mi”
“Berarti
dalam masa subur nih.. ammi sudah pengin punya cucu nak”
“Tenang
saja mi.. serangan udah genjar dilakukan, tinggal nunggu hasil” jawab Jalal,
sambil meletakan kepalanya dipangkuan Jodha.
Jodha
semakin melebarkan matanya.. sambil memberi isyarat agar Jalal tidak tidur
dipangkuannya, dan seperti biasa dia gunakan senjata terakhirnya, berteriak
memanggil ammijan
“Amm...” dan
Jodhapun segera membekap mulut Jalal.
“Ada apa,
nak?” tanya Hameda sambil membetulkan letak kacamatanya.. sedang matanya tetap
fokus pada buku yang dia baca.
“Ga ada
apa mi, ini ada nyamuk di pipi ci aa” jawab Jodha sambil menampar pipi Jalal.
“Awww.... mukul
nyamuknya jangan kenceng-kenceng, sayang” teriak Jalal.
Jodha
hanya mesem-mesem sambil berkata, “Satu... sama..”
“Jalal, mulai
besok kamu datang ke kantor, pelajari dulu seluk-beluk perusahaan, ammi sudah
bilang sama paman Bairam agar mengajarimu”
“Oke.. siap..
sebentar lagi aku jadi presdir dong mi”
“Ya.. tapi
Setelah Jodha berhasil merubah kelakuamu.. ingat, sedikit saja ammi melihat
kalian bertengkar atau kamu jalan sama wanita jadi-jadian, ammi batalkan posisi
itu untukmu”
***
Mereka
berdua telah berada di kamar...
“Jo.. pipiku
beneran sakit nih, kenapa sih kamu galak banget, dikit dikit ditampar..”
“Itu
salahmu sendiri yang selalu modus nyari kesempatan. sudah ku bilang jangan
melakukan sesuatu tanpa persetujuanku”
“Apa kamu
selalu galak pada setiap laki-laki, Jo??”
“Kalau
laki-lakinya baik, ya aku baik juga”
“Oh... kaya
sama Ilyas, ya?? kalau di depan dia kamu lembut banget”
“Karena
dia menghormatiku, dia tidak pernah menyentuhku atau menyentuh wanita manapun. kenapa
aa cemburu?? kalau ingin aku bersikap lembut padamu, aa harus bersikap seperti Ilyas”
“Jo.. aku
paling ga suka dibandingkan dengan yang lain. Jalal tetaplah seorang Jalal”
“Terserah..
aku tidak akan memaksamu berubah..” jawab Jodha sambil menarik selimutnya.
****
Keesokan
paginya..
“Jo.. bantuin
aa pasangin dasi, susah banget, ribet juga pake baju formil kaya gini” ucap
Jalal yang masih riweuh dengan dasinya.
Jodha
menghampiri Jalal, “Aa harus terbiasa pakai dasi sendiri, nanti setelah kamu
jadi presdir, dan sikapmu sudah berubah, aku juga kan harus segera pergi dari
kehidupanmu”
Mendengar
kata-kata Jodha entah mengapa ada rasa sakit di hati Jalal, “Kenapa kamu bicara
seperti itu Jo, tak bisakah selamanya kamu tinggal denganku??” ucap Jalal
lirih, lalu melanjutkan kata-katanya lagi, “Jo.. sepertinya aku sudah
ketergantungan denganmu, mungkin aku tidak bisa bangun pagi tanpa ada kamu,
mungkin aku tidak bisa shalat tepat waktu, mungkin aku tidak akan lagi tilawah
Qur’an”
“A.. menikah
itu bukan hanya karena alasan ketergantungan, tapi harus ada cinta, harus ada
kepercayaan, harus punya tujuan, dan sebaik-baik tujuan adalah mencari ridha
Allah SWT”
“Jo.. apa
kau mencintaiku?”
Pertanyaan
Jalal, membuat gerak tubuh Jodha seketika berhenti, pertanyaan yang selalu
membuat wanita kikuk, tangan Jodha yang semula memegang dasi kini beralih ke
dada Jalal. Jodha baru sadar jaraknya begitu dekat, saat dia mengangkat
wajahnya, Jalal sedang menunduk menatapnya, dengan tatapan lembut yang belum
pernah Jodha dapatkan sebelumnya, hidung mereka bergesekan membuat pori-pori di
tubuh Jodha melebar, tubuhnya merinding... belum pernah ia sedekat ini dengan
seorang laki-laki, Jodha segera menjauhkan tubuhnya dari Jalal, namun kedua
tangan Jalal menarik pinggang Jodha kembali merapat ketubuhnya.
“Jo.. jawab
pertanyaanku.. apa kau mencintaiku?”
Jodha
sekuat tenaga melawan kehendak hatinya yang muali merasa nyaman berada di
dekapa laki-laki breng*** yang sekarang memeluknya, otak dan hatinya
berperang..
‘Jodha.. Ilyas itu lelaki impianmu.. jangan menyerah pada rayuan
Jalal’ akal Jodha berusaha menasehati hatinya
‘Jodha dia itu suamimu.. ketika kau merasanyaman didekatnya.. bukan
kah itu tanda kau mencintainya’ suara hati Jodha memberi pembelaan.
Jalal
masih menunggu dengan tatapan penuh harap. “Hemm.. bagaimana istriku, sayang. kau
sudah punya jawabannya?”
Jodha
berusaha mencari jawaban yang bisa memuaskan akal dan hatinya, “Aku akan
mencintai orang yang Alloh ada di hatinya, namun begitu Alloh tidak ada di hatinya
akupun akan berhenti mencintainya”
“Baiklah
Jo.. aku akan membuatmu jatuh cinta kepadaku..”
Jalalpun
melepaskan pelukannya. keduanya memang berusaha untuk tidak saling mencintai, tapi
ketika cinta datang menyapa, maka tak satupun manusia bisa mengindarinya.
***
Seperti
biasa Jalal mengantar Jodha ke kampus, namun kali ini beda, ini hari pertama
Jalal ke kantor, hari dimana ia mengakhiri masa penganggurannya, hari yang akan
membuatnya sibuk meski cuma baru pengenalan sebelum dia menjadi presdir
sungguhan.
“Syukron..
pas sopir sudah mau mengantarku” ucap Jodha, sambil tertawa meledek Jalal
“Ooh... jadi
istriku menganggap aku sebagai sopirmu.. hemm? Siapa sih yang ga mau punya
sopir setampan Rajat Tokas..”
Mendengar jawaban
Jalal, Jodha mencibirkan bibirnya..
Jalal
segera turun membukakan pintu untu Jodha..
“Aku masuk
dulu ya a.. sekali lagi syukron” ucap Jodha sambil mencium khidmat tangan
Jalal.
“Hanya
cium tangan? Aa minta bonus ya..” ucap Jalal sambil menciun pipi Jodha tanpa
aba-aba, Jodha merasa malu karena banyak teman-teman yang memperhatikan mereka,
segera berlalu dari hadapan Jalal dengan muka yang merah seperti tomat mengkel.
***
Begitu
adzan dzuhur... Jodha yang baru keluar dari lab. Langsung menuju masjid kampus
tentu bersama para sahabatnya termasuk Ilyas.
“Jo.. ini
ada sesuatu untukmu” kata Ilyas sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. sebuah
buku hard cover yang tebal berjudul **Kado
Pernikahan untuk Istriku** “Sebenernya.. aku ingin memberikanya buat
istriku kelak, dan kau tau Jo, aku pernah berharap dirimu yang akan jadi
istriku, tapi semuanya kini hanya kenangan khayalku, aku hanya berharap kamu
bahagia dengannya, terimalah buku ini, kamu lebih membutuhkannya sekarang”
“Jazakalloh..”
ucap Jodha singkat... sebenarnya ia juga ingin bilang 'Aku juga pernah mengharapkanmu jadi suamiku' namun kalimat itu ia
simpan dalam-dalam, rasanya tak pantas bagi seorang yang telah bersuami
mengatakan itu pada laki-laki lain.
***
Sesampainya
di masjid, Jodha merasa kaget, dari tempat wudhu dia melihat sosok laki-laki
yang sangat ia kenal, lengan kemejanya digulung sampai sesiku, dia sedang menunduk membetulkan gulungan
celananya, sisa air wudu sesekali masih
menetes dari wajahnya, merasa ada yang memperhatikan, lelaki itu pun melihat
kearah Jodha sambil melempar senyum maut yang membuat setiap wanita dibuat
klepek-klepek karenanya. Lelaki itu berjalan mendekati Jodha yang sudah berada
di teras masjid.
“Assalamu'alaikum..
cantik” tangannya iseng menyipratkan sisa air wudu pada wajah Jodha.
“Kenapa
ada disini??” tanya Jodha heran.
“Memangnya
ga boleh, aku ingin bertemu istriku, hemm??” suaranya begitu nyaring sehingga
semua yang mendengar menatap ke arah mereka, terutama teman-teman Jodha yang
iseng menggoda mereka dengan berdehem.
“ehm...ehm”
Hanya
Ilyas yang kelihatan salah tingkah, ia hanya menunduk sambil berlalu menuju
tempat wudhu untuk menutupi rasa cemburunya.
“Kita
makan siang bersamanya.. ya sayang” ucap Jalal,
Jodha
hanya mengangguk.
****
Setelah
shalat Jodha keluar, dan benar saja, seorang laki-laki tampan yang mukanya
mulai teduh sudah setia menunggunya.
Teman-teman
Jodha pamitan, memberi waktu untuk Jodha dan suaminya berduaan.
“A.. tunggu
ya.. aku mau nyicil tilawahku” ucap Jodha sambil membuka mushaf Al'Qur'an saku
dari dalam tasnya.. suara Jodha sangat pelan, namun terdengar sangat merdu oleh
Jalal yang duduk disampingnya.. saking merdunya.. membuat Jalal menguap, dia
pun menarik tas Jodha, dijadikan bantal, semilir angin yang berhembus di teras
masjid sukses membuat Jalal tertidur
pulas, dengan posisi meringkuk sambil memeluk jasnya. Jodha baru ngeh saat dia
menyelesaikan tilawahnya. Jodha hanya bisa tersenyum sambil geleng-geleng
kepala melihat tingkah ci aa nya.
'Aku senang melihatnya berubah.. Ya Alloh
jadikanlah dia laki-laki yang shaleh' gumam Jodha dalam hatinya.
“a.. a.. hey
bangun..” di tepuknya pipi Jalal pelan.
Jalal
membuka mata pelan-pelan..kemudian dia duduk disamping Jodha, sambil berbisik “Kamu
udah beres Jo? padahal aku baru mulai masuk dunia mimpi loh”
“Aa
ini..ada orang ngaji bukannya di dengerin, malah tiduran.. emangnya aku lagi
ninaboboin aa apa..”
“hehehe.. iya..
afwan.. habis suara kamu merdu banget..biasanya dalam kondisi yang sangat
nyaman, akan membuat seseorang mengantuk, dan aku merasakan nyaman ada di
sisimu Jo”
“Udah.. gombalan
aa ga akan mempan untuku..simpan saja buat setok ngerayu wanita-wanitamu”
Mendengar
ucapan Jodha, Jalal terdiam..perlahan dia meraih tangan Jodha.. “Jo..aku ingin
seperti Ilyas..yang tidak menyentuh wanita yang bukan haknya..yang hanya akan
memberikan rayuan hanya untuk wanitanya”
“Sungguh..??”
“he..eh..makanya
kamu harus bantu aku..bukannya menyudutkanku seolah-olah aku ini seorang play
boy”
“Oke..oke...hal
pertama yg harus aa lakukan klo mau seperti Ilyas..selain tidak menyentuh aa
juga harus menundukan pandangan ketika
berbicara atau bertemu dengan seorang wanita..bisa?”
“Aa..akan
coba, meski kadang para wanitanya sendiri yang berpakaian tapi seolah
telanjang..itu sangat menggoda laki-laki untuk melihatnya”
****
Mereka
kini keluar dari mushola, berjalan berdampingan, Jalal menggenggam tangan Jodha
seolah mengatakan pada dunia 'Wanita
shalehah ini adalah miliknya' Sepertinya Jodhapun mulai nyaman dengan
perlakuan Jalal.
Dari arah
berlawanan, berjalan seorang wanita cantik dengan pakaian yang sangat minim,
mata Jalal reflek menatapnya..namun Jodha segera mencupit pinggang Jalal sambil
berkata “Ingat..tundukan pandanganmu
a..penglihatan yang kedua itu anak panahnya setan”
“Jo..sepertinya
kamu harus selalu disisiku..jadi alarm saat otakku mulai tak berfungsi”
“Aa..harus
punya alarm sendiri..yang memberi peringatan itu pantas dilihat atau tidak..itu
pantas dikerjakan atau tidak..jika kita tidak tau suatu pekerjaan itu dosa atau
bukan..maka indikatornya adalah suatu pekerjaan dikatakan dosa bila kita tidak
ingin ada seorangpun melihatnya perbuatan yang kita lakukan”
***
Mereka
kini sedang menikmati santap siang, sesekali Jalal menyuapkan makanan pada
Jodha..jarak pembatas diantara mereka sedikit demi sedikit sepertinya mulai
tersingkir..meski tidak tau apa yang sebenarnya ada dalam hati mereka
masing-masing, apakah Jalal sunggih-sungguh telah berubah..atau hanya
akal-akalannya saja, nanti biar waktu yang akan menjawabnya..di sudut ruangan,
terlihat seorang wanita cantik dengan kaca mata hitam sedang memperhatikan
Jalal dan Jodha, dari gelagatnya sepertinya wanita ini sedang melakukan
penyamaran..sesekali wanita ini membuang muka ketika melihat perlakuan Jalal
yang begitu mesra pada Jodha.
********************************