Jodha berusaha tidak peduli dan tidak menggubris keberadaan Jalal yang terus mengganggu kehidupannya, namun bukan Jalal namanya kalau dirinya langsung berputus asa dan memilih mundur untuk tidak mendekati Jodha lagi, dengan tekad yang membara Jalal terus berusaha mendekati Jodha untuk kesekian kalinya. Seperti malam itu tepat jam 10 malam ketika Jodha baru selesai dari tugasnya shift siang, Jalal sudah siap menunggu Jodha ditempat parkir didalam mobil Range Rover warna hitamnya, setelah dengan berbagai macam cara pendekatan akhirnya malam itu Jodha mau juga dijemput Jalal karena biasanya Jodha selalu menolak dengan berbagai macam alasan. Begitu dilihatnya Jodha berjalan kearah tempat parkir, Jalal langsung keluar dari mobilnya, dari kejauhan Jodha bisa melihat Jalal namun ketika Jalal hendak mendekati Jodha tiba tiba dari arah belakang.
“Jodha! tunggu...!!” dari arah belakang Rukayah berlari lari mengejar Jodha, “Kenapa dia harus ikut sih?” rutuk Jalal dalam hati. Rukayah dan Jodha akhirnya sampai juga ditempat Jalal berdiri“Selamat malam, Jalal... kamu mau jemput Jodha kan? kata Jodha, dia mau pulang sama kamu tapi dengan syarat aku harus ikut kalian berdua, bukan gitu Jodha?” Rukayah langsung nyerocos macam mercon bantingan, sementara Jodha hanya diam membisu
“Boleh aku bicara berdua sama Jodha?” Rukayah langsung mengangguk, sementara Jalal langsung menggeret tangan Jodha ketempat yang agak sepi agar Rukayah tidak bisa mendengar pembicaran mereka berdua
“Apa benar yang dikatakan Rukayah? kamu mau aku jemput malam ini, asal dia ikut dengan kita?” Jalal mencoba mencari jawaban dari bibir mungil Jodha “Maaf, bukannya aku bermaksud mempermainkan kamu, tapi ini sudah malam, bagiku sangat tidak etis kalau kita hanya berdua saja, apalagi aku belum kenal kamu lebih dekat jadi aku ajak dia untuk menemani aku malam ini” sesaat Jalal menghela nafas dalam, Jalal mencoba memahami apa yang dipikirkan Jodha tapi sebenarnya jauh didasar lubuk hatinya yang paling dalam, Jalal tidak suka dengan kehadiran Rukayah malam ini.
“Lalu... apakah dia akan selalu bersama kita kemanapun kita pergi?” , “Maksudmu?” , “Jodha, sudah berulang kali aku katakan aku ingin kenal lebih dekat dengan kamu, itu artinya aku ingin bahkan mungkin sering pergi berdua denganmu, lalu apakah temanmu itu akan selalu bersama kita” , “Kalau iya kenapa? kamu keberatan?” tantang Jodha, Jalal langsung menggaruk garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal “Jodha... ya jelas aku keberatan, aku cuma ingin kita berdua saja, apa itu nggak boleh?” , “Sudah malam, lebih baik kita pulang saja” pinta Jodha
“Pulang? bukannya tadi kamu bersedia makan malam denganku” , “Aku sudah kenyang, kamu mau kan mengantar kami pulang?” sesaat Jalal mengangkat kedua tangannya keudara, “Apa sih maunya perempuan? tadi siang waktu ditelfon sebelum berangkat kerja dia bilang mau makan malam denganku, sekarang berubah seperti ini tanpa alasan yang jelas, aneh!” gerutu Jalal dalam hati
“Oke! fine! kita pulang!” dengan nada marah yang ditahan Jalal langsung berjalan menuju ke mobilnya, Jodha mengikutinya dari belakang, saat itu Rukayah sudah ada didalam mobil, duduk dikursi depan sebelah Jalal, Jalal merasa jengah dengan kehadiran Rukayah yang membuatnya langsung ilfil malam itu, sementara Jodha langsung duduk dibangku belakang dan selama perjalanan Jalal sesekali mencuri curi pandang kearah Jodha melalui kaca spion tengah, begitu pula Jodha yang juga terkadang malu malu melirik kearah Jalal melalui kaca spion tengah. Jalal memutuskan untuk mengantar Rukayah pulang terlebih dahulu, awalnya Rukayah protes tapi karena Jalal memaksa, Rukayah pun tidak bisa berbuat apa apa, baginya bisa duduk berduaan disamping Jalal seperti malam ini sudah merupakan kebahagiaan bagi Rukayah karena memang tidak terpungkiri ketampanan Jalal dengan alis tebal, hidung mancung, bibir yang merekah merah dan lesung pipit yang menghiasi pipinya ketika dia tersenyum yang mengguratkan garis wajah keturunan Turki, Arab mampu menyihir semua wanita yang dekat dengannya, termasuk Rukayah.
Setelah mereka terbebas dari Rukayah, Jalal merasa beban berat dipundaknya agak berkurang sedikit karena akhirnya Jalal mendapatkan kesempatan berdua dengan Jodha “Apakah ada yang salah denganku, Jodha?” Jalal berusaha memecah keheningan diantara dirinya dan Jodha yang saat itu sudah bergeser tempat duduknya tepat disebelah Jalal dalam perjalanan ke rumah Jodha.
“Tidak ada yang salah, semuanya baik baik saja” , “Tapi kenapa aku merasa selalu ada jarak diantara kita? apakah aku tidak boleh berteman denganmu?” tanya Jalal penasaran, “Boleh... aku suka berteman dengan siapa saja” tiba tiba Jalal menghentikan mesin mobilnya “Jalal, kenapa berhenti? rumahku masih jauh...” Jalal segera memotong ucapan Jodha sambil ditatapnya wajah Jodha dengan tajam “Apakah aku bisa menjadi seseorang yang lebih dari teman?” , “Bisakah kita melanjutkan perjalanan kita? karena ini sudah malam” Jodha malah balik bertanya ke Jalal “Aku akan melanjutkan perjalanan asal kamu menjawab dulu pertanyaanku” tegas Jalal sambil terus menatap Jodha sementara Jodha mulai salah tingkah diperhatikan seperti itu terus oleh Jalal,
“Pertanyaan yang mana?” , “Tatap mataku, Jodha... dan jawab pertanyaanku, apakah kita bisa menjadi lebih dari sekedar teman?” sesaat Jodha masih menunduk namun perlahan lahan kemudian Jodha mulai mendongakkan kepalanya dan menatap ke dua bola mata Jalal yang teduh “Terus terang aku tidak pernah berharap lebih pada suatu hubungan karena aku trauma akan hal itu, dan aku tidak mau itu akan terulang untuk kedua kalinya, oleh karena itu aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti untukmu...” ujar Jodha sambil membalas tatapan Jalal.
“Kalau seandainya aku berjanji, aku tidak akan membuatmu trauma untuk yang kedua kalinya, apakah kamu mau menerima aku sebagai seseorang yang lebih dari sekedar teman?” , “Aku tidak tahu... oleh karena itu aku tidak ingin berjanji, selama ini aku sudah merasa nyaman dengan kondisiku sekarang tapi kehadiranmu...” ,
“Aku mencintaimu Jodha...” Jalal segera memotong ucapan Jodha, sesaat Jodha terdiam dan tertunduk kembali lalu tertawa geli “Kenapa kamu tertawa?” Jodha hanya menggelengkan kepalanya “Aku bukanlah orang tepat untuk kamu cintai, Jalal... kondisi kita sangat jauh berbeda, jadi jangan rayu aku dengan kata kata cintamu” kata Jodha sambil sedikit tertawa, “Aku serius! apakah kamu percaya love at the first sight? cinta pada pandangan pertama?” Jalal terlihat serius namun Jodha tetap tertawa geli melihat keseriusan Jalal “Sudahlah... kamu buang buang waktu saja, ayooo... kita pulang, sudah malam” , “Aku serius Jodha! aku mencintaimu sejak pertama kali kita bertemu!” ada nada marah yang terdengar dalam suara seraknya namun Jodha masih tidak percaya, Jodha masih tertawa geli. “Jalal, tolong jangan buat aku melayang tinggi ke langit ke tujuh dan setelah itu kau hempaskan aku begitu saja, laki laki seperti kamu ini kebaca banget, kalian selalu mempermainkan perasaan perempuan, lalu setelah kalian mendapatkan apa yang kalian inginkan, kalian membuangnya begitu saja seperti sampah yang sudah tidak berguna dan aku tidak mau jadi korbannya!” suara Jodha kali ini terdengar serius, ada nada marah yang tertahan “Tapi... tidak semua laki laki itu seperti itu, Jodha!” bela Jalal, “Apa kamu bilang? tidak semua? heh... aku punya banyak bukti yang bisa menunjukkan bahwa semua laki laki itu tidak bermoral, bukti yang paling dekat adalah Moti sahabatku sendiri!” Jalal melihat mata Jodha berkaca kaca “Kamu tahu, kalau bukan karena laki laki buaya itu, Moti masih ada disini bersamaku tapi karena dia memiliki banyak kenangan bersama Adam si brengsek itu, dia memilih pergi dari sini dan pindah ke kota lain! itu baru satu bukti, Jalal... “ tiba tiba Jodha terdiam dan disekanya pipinya yang mulai basah karena air mata, Jalal bisa merasakan ada luka yang cukup dalam disana “Sudahlah... lupakan... maafkan aku... bisa kah kita pulang? aku tidak ingin membahas soal ini lagi” kemudian Jodha memalingkan wajahnya memandang jauh melalui jendela mobil Jalal, “Jodha... tidak bisakah kamu memberikan aku kesempatan untuk membuktikan ini semua?” Jodha langsung menggelengkan kepalanya tanpa melihat kearah Jalal “Tidak perlu... lagian diluar itu semua, aku tidak pantas buat kamu, dunia kita jauuuh berbeda, bisakah kita pulang sekarang?” Jalal tidak tahu lagi bagaimana caranya meyakinkan Jodha, malam itu sepanjang perjalanan menuju ke rumah Jodha, mereka berdua hanya saling diam membisu dengan pemikiran mereka masing masing, Jodha memang penuh dengan misteri... Bersambung ke Part 5