
“I miss you, Sayang”
“I miss you too, Mas”
Mereka berbicara tanpa bersuara karena takut ketahuan oleh yang lainnya, namun
yang sebenarnya adalah keluarga mereka hanya berpura-pura tidak tahu dan
menahan senyum melihat tingkah berlebihan Rajatha dan Faridha. Mereka
bertingkah seolah-olah akan dipisahkan selamanya, lagipula mana mungkin mereka
tidak jadi menikah padahal Jodha sendirilah yang paling antusias akan pernikahan
mereka sejak awal. Hahaa
^^^
Acara pertunangan antara Rajatha dan Faridha pun selesai, kini kedua keluarga
sudah bersiap kembali ke rumah masing-masing.
“Ma, boleh aku berbicara sebentar dengan Faridha. Sebentar saja” Mohon Rajatha
pada Jodha yang sudah menyuruh-nya masuk kedalam mobil sejak tadi
“Tidak boleh. Cepat masuk dan kita segera pulang” Jawab Jodha jutek
“Dua menit, please” Rajatha masih memohon
“Temui Faridha selama dua menit maka pernikahan kalian Mama undur sampai dua
bulan lagi” Kata Jodha sok ketus, didalam hati-nya ia geli sendiri sudah
menggoda anak-nya.
Tanpa membantah apapun lagi, Rajatha segera masuk kedalam
mobil. Tentu saja ia tidak mau pernikahan-nya diundur, Mama-nya ini memang
menyeramkan dan tidak terduga. Sedangkan Jalal yang berada disamping Jodha
hanya tersenyum dan geleng-geleng kepala melihat tingkah konyol istri-nya yang
membuat Rajatha ketar-ketir karena-nya.
“Sebenar-nya
siapa yang mau menikah? Aku atau Mama?!” Gerutu Rajatha dalam hati,
tentu saja. Mana mungkin dia berani bicara seperti itu pada Jodha.
^^^
Sedangkan di mobil lain-nya, Faridha yang berada di kursi belakang juga
terlihat resah dan sibuk dengan handphone-nya.
“Eem,, Mbak, apa saling menyapa lewat telepon juga tidak boleh?” Tanya Faridha
takut, entah kenapa sejak Jodha memutuskan untuk memisahkan Rajatha dan Faridha
selama dua minggu kedepan, Lavina jadi sangat protektif dan agak galak padanya.
Seperti-nya ia sudah menjadi “Teman baik” calon mertua-nya.
“Kalau kalian masih saling menghubungi, lalu apa beda-nya Faridha. Nanti
setelah sampai rumah berikan handphone dan laptop-mu padaku” Tegas Lavina
“Sayang,,” Panggil Ardhan pada Lavina yang berada disebelah-nya
Lavina menatap-nya sekilas “Kakak menyetir saja, jangan ikut campur urusan kami
para wanita” Kata Lavina pada suami-nya
Ardhan-pun menyerah dan memilih kembali fokus pada jalan didepan-nya.
“Mbak,,” Rengek Faridha lagi
“Turuti atau tidak sama sekali. Sudahlah, aku mau lelah ingin tidur, jangan
bicara lagi kalau hanya untuk bertanya hal tidak penting seperti itu” Putus
Lavina, lalu mengatur senderan kursi-nya agar lebih nyaman untuk dia tidur
Faridha melongo tidak percaya mendengar kata-kata Lavina “Tidak penting?? Oh my God… Bahkan ini
sangat genting! Baru saja menjadi sepasang kekasih tapi sudah tidak boleh
bertemu? Hufhhh,, Mama, tega nian kau” Keluh Jodha pasrah
Faridha melihat kearah Lavina yang tampak-nya sudah mulai
memejam-kan matanya, ia lalu melirik kearah Ardhan melalui kaca spion tengah
dengan wajah memelas-nya seolah meminta pertolongan padanya, namun Ardhan hanya
mengangkat kedua bahu-nya tanda ia tidak ingin ikut campur, Faridha memanyunkan
bibir-nya dan menatap keluar jendela dengan kesal, Ardhan terkikik geli
melihat-nya.
^^^
Kediaman Ardhan.
Setelah dua malam lalu Lavina menyita ponsel dan laptop-nya, Faridha sibuk mengurung
diri di-kamar. Lavina melaporkan aksi ngambek Faridha pada Jodha dan disambut
kekehan saja oleh Jodha, akhir-nya Lavina pun tetap melanjutkan aksi-nya,
ternyata menyenangkan juga menggoda si calon pengantin seperti ini atau mungkin
bayi yang berada didalam kandungan-nya inilah yang senang menggoda Faridha,
entahlah.
“Apa Faridha sudah memakan sarapan-nya Sayang?” Tanya Ardhan
sambil menikmati sarapan buatan istri tercinta-nya itu
“Sudah Kak” Jawab Lavina santai
“Benarkah? Jadi dia sudah tidak merajuk lagi sekarang?” Tanya Ardhan lagi
“Siapa bilang”
“Maksud-nya?”
“Calon pengantin kita itu masih merajuk dikamar-nya, tadi dia menghabiskan
sarapan-nya karena aku memaksa dan menunggui dia makan hingga selesai. Lucu
sekali melihat Tante-mu merengut seperti itu, ya kan Nak” Kata Lavina dengan
ceria sembari mengelus perut-nya.
“Hhmm,, Sudahlah aku tidak ingin ikut campur urusan kalian para wanita. Oh ya,
hari ini mungkin aku akan pulang larut malam, jangan menunggu-ku ya.” Kata Ardhan
menyudahi acara sarapan-nya
“Memang-nya ada apa sampai harus pulang larut malam? Aku kan tidak bisa tidur
kalau tidak dipeluk oleh-mu” Manja Lavina
Ardhan mendekati Lavina, mengecup kening istri-nya lembut
dan mengelus perut-nya dengan sayang.
“Hari ini setelah makan siang om Jalal mengundang-ku secara khusus untuk
meeting bersama para client-nya. Biasa sayang, urusan bisnis dan semoga saja ini
pertanda baik bagi perusahaan kita. Aku akan pulang secepat-nya setelah meeting-nya
selesai nanti. Oke” Kata Ardhan, Lavina-pun mengangguk mengerti lalu mencium
bibir suami-nya kilat
“Jangan menggoda-ku Sayang, atau aku akan membatalkan semua meeting penting-ku
hari ini” Kata Ardhan yang mulai tergoda oleh ciuman istri-nya barusan
“Maka cepat-lah pulang kalau begitu”
“Hhhh,,, Yasudah aku berangkat sekarang”
“Kakak tidak pamitan dengan Faridha dulu?”
“Oh ya, aku lupa. Godaan-mu membuatku lupa segala-nya Sayang” Kata Ardhan
mengedipkan sebelah mata-nya pada Lavina sebelum ia menuju kamar Faridha
“Dik,, Faridha” Panggil Ardhan begitu ia sampai di depan
pintu kamar Faridha
Ceklekk,.. Faridha membuka pintu kamar-nya, Ardhan menahan tawa-nya melihat
penampilan kacau Faridha
“Astaga,, Sejak kapan Dik Faridha-ku memelihara Medusa di kamar-nya ini” Kata
Ardhan yang mulai kembali mengejek Faridha
“KAKAK !!!!” Teriak Faridha jengkel pada Ardhan, dia sudah akan menutup kembali
pintu kamar-nya namun Ardhan lebih dulu menghalangi-nya
Lavina yang mendengar teriakan Faridha ikut terkikik geli
sebelum berlalu menuju dapur untuk membuat susu hamil-nya.
“Heyy,,, Kakak bercanda. Sudah jangan merajuk lagi” Bujuk
Ardhan
Faridha diam saja, ia mulai merapikan rambut-nya yang terlihat berantakan
akibat ulah-nya yang hanya tidur-tiduran saja sejak tadi.
“Sekarang Kakak pergi dulu, titip Mbak dan calon keponakan-mu ya. Dua minggu
menyeramkan-mu akan segera berlalu, santai saja dan nikmati semua proses-nya
Dik” Kata Ardhan lagi dan mencium kening Faridha seperti biasa-nya, Faridha
mengangguk dan tersenyum.
^^^
Keadaan-pun tidak jauh berbeda di kediaman Jalal
Kini Rajatha masih berusaha membujuk Jodha untuk menghubungi Faridha yang tentu
saja ditolak mentah-mentah oleh Jodha. Jalal yang berada diantara mereka hanya
diam saja memperhatikan perilaku tidak biasa jagoan-nya ini.
“Rajatha
memang berlebihan” Batin
Jalal
“Tapi
bagaimana jika hal itu terjadi pada-ku? Tidak bisa bertemu bahkan tidak bisa
mendengar suara Jodha selama dua minggu? Du-a-ming-gu?? Yang berarti 14 Hari?!!
Astaga,, Aku bahkan tidak berani untuk sekedar membayangkan-nya. Kalau begitu
Rajatha tidak berlebihan, pasti ia sudah sangat merindukan Faridha. Apa aku
harus membantu-nya dalam membujuk Jodha? Baiklah,,, Tapi,,, Ya Tuhan,,
Mengingat tatapan membunuh dari Jodha semalam yang mengatakan bahwa jangan
coba-coba membantu Rajatha atau,,, Huffhh.. Tidak. Tidak. Daripada aku harus
menerima amukan dari Jodha semalaman nanti dan tidur diluar selama seminggu,
lebih baik aku tidak usah ikut campur saja. Toh hanya dua minggu kan masa pingit-an
mereka, bersabarlah sedikit Jagoan” Jalal meracau dalam hati.
“Sayang,..” Panggil Jodha lembut dan mencium kening
suami-nya yang tampak berkerut seperti memikir-kan sesuatu
“Ah,,Ya” Jalal tersadar dari lamunan panjang tidak penting-nya
“Apa yang kau pikirkan sejak tadi, hm?” Tanya Jodha
“Tidak ada, kemana Jagoan?” Tanya Jalal mengalihkan pembicaraan
“Dia sudah berangkat Sayang, bukankah dia tadi sempat berpamitan padamu?”
“Oh,,ya ya. Kalau begitu, aku juga berangkat ya Sayang. Ada banyak sekali
meeting penting dan bertemu client hari ini” Kata Jalal bersiap
“Hhmm,, Kau seharus-nya jangan bekerja lagi Sayang, biarkan para pegawai-mu
yang mengurusi semua-nya, kau dirumah saja bersama-ku” Kata Jodha dengan manja
sambil memasangkan dasi untuk suami-nya, Jalal meraih pinggang istri-nya dan
mencium wajah Jodha bertubi-tubi
“Aku hanya mengawasi pekerjaan penting dan proyek besar dimana harus aku
sendiri yang turun tangan dalam menyelesaikan-nya, Sayang. Nanti setelah
waktu-nya tiba aku akan menyerahkan semua-nya pada Rajatha dan mungkin Ardhan”
Jawab Jalal sambil sesekali masih menciumi wajah Jodha
“Ardhan? Suami Lavina yang tinggal bersama Faridha?” Tanya Jodha yang seketika
mengehentikan “aktifitas” suami-nya
“Iya Sayang” Jalal mencubit hidung istri-nya gemas
“Aku lihat dia adalah tipe orang yang jujur,
pekerja keras dan bertanggung jawab. Hari ini aku mengajak-nya meeting
bersama dan menyerahkan sebuah proyek besar pada-nya, darisana aku bisa melihat
bagaimana cara-nya bekerja dan aku yakin dia tidak akan mengecewakan-ku. Dia
masih muda dan aku suka semangat-nya dalam bekerja. Dia bisa diandalkan untuk
membantu Rajatha meng-handle beberapa perusahaan kita nanti” Kata Jalal
semangat, Jodha mengangguk saja lagipula ia tidak terlalu mengerti tentang semua
hal itu.
^^^
Suasana di ruangan Rajatha begitu sepi, biasanya setiap pagi ada saja keributan
kecil antara dirinya dengan Faridha.
Tapi pagi ini yang ada hanya-lah sosok Rajatha yang serius
pada layar laptop-nya, tidak ada si cantik Faridha yang selalu setia
menemani-nya diruangan ini. Tentu saja semua ini karena ulah Yang Mulia Ratu
Jodha, tanpa berbicara pada-nya lebih dulu, Jodha mengatakan pada-nya kalau
Faridha cuti selama satu bulan dan itu berarti kekasih-nya baru akan kembali bekerja
setelah pernikahan mereka nanti, Faridha mengatakan ia masih ingin tetap
bekerja walau sudah menikah walaupun Jodha sudah melarang-nya waktu itu,
sebenar-nya Rajatha juga setuju dengan Mama-nya yang melarang Faridha untuk
tetap bekerja, tetapi baiklah lebih baik sekarang dia turuti dulu kemauan calon
istri-nya, semua itu bisa dibicarakan lagi nanti.
Rajatha mengalihkan pandangan-nya dari layar laptop yang
sangat membosankan dengan segala grafik dan angka rumit yang tertera disana,
ke-meja kerja Faridha dan beralih lagi pada meja-nya.
Tidak ada kopi spesial yang tersedia di meja-nya pagi ini.
Ya, sejak pertama ia meminum kopi buatan Faridha di kantor-nya, Rajatha tidak
pernah menyuruh orang lain untuk membuatkan-nya kopi selain Faridha.
“Masih tiga belas hari lagi. Kenapa rasa-nya lama sekali
waktu berjalan dan tidak ada yang bisa ku lakukan dalam membujuk Mama untuk
meringan-kan hukuman-nya. Huffhh” Rajatha memhembuskan napas kasar.