Jalal menggigit
lembut telinganya... dan mencengkeram kedua tangan Jodha..
Surya bertanya ragu...”Sukanya,
apa kau menyukai Mirza?”
Sukanya menatapnya
dan mencoba menerka apa maksud pertanyaannya.. dengan suara pelan dia
menjawab..”Mirza adalah pria yang sopan dan terpelajar... Dia juga mudah
bersahabat dan menyenangkan...”
Lalu mengubah nada
bicaranya untuk memancing Surya,”Tapi kenapa kau menanyakan itu, Surya?”
Surya terbakar
cemburu mendengar jawaban sukanya... dengan sedikit emosi dia menjawab..”Oh
baguslah.. kau juga menyukainya... Wow, Suku, hanya dalam dua hari kau jatuh
cinta padanya... Aku lihat tadi dia mengusap tanganmu...” dia terdengar kasar
dan sedih..
Sukanya terkejut
dengan reaksinya... dengan suara tercekat dia berkata... “kau ingin bilang aku
mencintai Mirza?” Dia memandang jijik dan melanjutkan, “Aku mengobrol dengannya
hanya semata karena dia adalah tamu kami dan dia memaksaku duduk di sebelahnya,
aku tidak bisa menolak... Wow Surya, aku telah menghabiskan jam demi jam hanya
berdua denganmu di teras ini... di dalam kamar jiji... seringkali aku memelukmu
ketika kau bersedih... aku yang menghapus air matamu... Saat itu tidak
sekalipun kau berpikir kenapa aku melanggar semua batasanku dan selalu ada di
sampingmu meski Ibu selalu melarangku... aku menyelinap untuk menemuimu di sisi
sungai hanya untuk menghiburmu... dan sekarang kau mempertanyakan arti Mirza
bagiku?!... Aku hampir tidak pernah bicara dengannya... Aku hanya mengobrol
sebentar dengannya dan kau sudah menuduhku...” Dengan nada pahit dia
melanjutkan, “Wow Surya...” Air mata mulai menetes di pipinya... tenggorokannya
tercekat... lalu dia bertanya sambil terisak, “Kau memintaku kesini hanya untuk
menanyakan tentang hubunganku dan Mirza.. Sekarang kau sudah tahu, Surya... Kuharap
jawabanku membuatmu puas... Kau tahu Surya?!... apa yang kudapat dari
persahabatan kita?..Hanya rasa sakit dan sikapmu yang selalu curiga... Aku
sudah membuang waktuku... dan jika aku masih bertahan maka aku akan hancur...”
Sukanya menatapnya dengan perasaan terluka sebelum akhirnya dia melangkah pergi...
Dengan perasaan
hancur, Surya menatap kepergiannya... melihatnya terluka membuat dirinya
terguncang... sebelum melangkah lebih jauh, Surya meraih tangan Sukanya dan
menariknya jatuh ke dalam pelukannya lalu didekapnya erat-erat...
Sukanya
memberontak dan berusaha melepaskan diri... dengan marah dan mata yang sembab,
dia meminta, “Surya lepaskan aku.”
Dengan penuh
emosi, Surya menolak..”Sukanya, maafkan aku... aku tidak bermaksud menyakitimu...
tapi ketika aku melihat Surya sedang bermain-main dengan tanganmu dan kau ridak
menolaknya... Kupikir kau menyukai dia..”
Sukanya makin
terusik mendengar nama Mirza disebut... Dia berkata dengan lebih keras, “Surya,
tinggalkan aku sendiri... dan kenapa kau harus peduli apa yang kulakukan dengan
Mirza? Mengapa itu mempengaruhimu? Mengapa kau selalu ingin mengendalikan
diriku seakan-akan aku ini milikmu? Kau suka sekali mendikte aku – Sukanya,
masakkan ini untukku... Sukanya, jangan pakai itu... Sukanya, jangan pergi ke
kuil sendirian... Kau marah padaku jika aku datang terlambat ke sungai, padahal
hanya sepuluh menit... Kau menanyaiku macam-macam... Tapi pernahkah kau
memikirkan aku? Bagaimana perasaanku? Aku selalu menuruti setiap perkataanmu
selama delapan bulan ini... Surya, aku bukan Jodha jiji... yang kau cintai... yang
kau tangisi setiap waktu... Aku Sukanya... Aku tidak berarti apapun dalam
hidupmu..” Air mata Sukanya makin deras mengalir.. “Lepaskan aku Surya... Aku
sudah tidak tahan lagi... Sangat menyakitkan tiap kali mendengar kau mencintai
Jodha jiji...”
Jodha terhenyak
dan ikut bersedih... Dia berbalik dan memeluk Jalal... Sambil terisak dia
berkata..”Jalal, aku bersalah pada Sukanya... Tanpa kusadari aku sudah
menyakiti hati adikku... Dia mencintainya sejak lama... dan aku tidak tahu... Sukanya
tidak pernah menunjukkan rasa marah atau cemburunya di depanku... Aku telah
gagal Jalal... Aku tidak bisa melihatnya tersakiti... Aku tidak pernah tahu,
dia telah terluka bertahun-tahun...”
Dengan suara
sedih, Jalal menjawab..”Jodha, tidak perlu merasa bersalah akan perasaan Surya
padamu, dan bila adikmu mencintai Surya, itu juga bukan kesalahanmu... Aku
tahu, melihatnya terluka sangat menyakitkan, tapi semuanya demi yang terbaik...
Surya akhirnya sadar betapa pentingnya Sukanya... Aku bisa lihat cinta yang
tulus di matanya..”
Surya menatap
Sukanya penuh cinta...”Sukanya, kumohon jangan menangis..” Dia seka air mata di
pipi Sukanya sambil tetap menatap matanya. Dengan suara berat dia berucap, “Aku
minta maaf Sukanya... Aku sudah memperlakukanmu sesuka hatiku... Jauh dalam
hatiku, aku sudah tahu kau mencintaiku sejak lama, tapi hatiku sedang patah dan
terluka... Aku tahu benar kau adalah Sukanya dan bukan Jodha... Sukanya,
cintaku pada Jodha adalah masa lalu... Aku sudah menyadari bahwa dia tidak
mencintaiku dan kau juga tahu itu... kami hanyalah sahabat... dia tidak pernah
melihatku lebih dari itu, tidak pernah menganggapku lebih dari teman... Kenyataannya
adalah aku tergila-gila padamu... beberapa bulan terakhir aku selalu datang
hanya untuk melihatmu... aku datang hanya untuk bersamamu... meski aku tidak
tahu kapan dan bagaimana perasaan itu mulai ada... tapi kau telah menjadi
hidupku... kau berarti segalanya untukku, aku ingin setiap hari kumulai dengan
melihat senyummu... dan malamku kuakhiri dengan ciumanmu..” Surya tersenyum
dengan penuh hasrat...
Seketika wajah
Sukanya merona merah... Dia tidak sanggup lagi bertatapan mata dengan Surya...
Dengan lembut
Surya menengadahkan dagu Sukanya dan bertanya pelan...”Sukanya... apa kau
mencintaiku?”..
Wajah Sukanya mulai
bersinar... Dia tidak mungkin menyembunyikan ronanya lagi... Tiba-tiba dia
membalik punggungnya tanpa menjawab...
Surya memeluknya
dari belakang dan berbisik di telinganya...”Suku, apa kau mencintaku?” Dengan
suara pelan hampir tak terdengar, dia menjawab, “Apa aku harus menjawab?”
Jalal tersenyum
sambil menggumam,”Jodha,sepertinya mereka akan melakukan ciuman pertama..”
Jodha membeku,
“Apa?????? TIDAK!!!”
Dengan penuh
hasrat, Surya menggumam, “Ya!!! Sukanya... Aku ingin dengar kau mengatakan
kalau kau mencintaiku..”
Dengan jahil
Sukanya berbisik, “Aku akan menjawab pertanyaanmu jika saatnya sudah tepat...”
Jalal juga
menggoda Jodha sambil memeluknya dari belakang...”Sepertinya kalian bersaudari
terlatih membuat seorang pria putus asa dan tergila-gila...”
Jodha menoleh
dengan wajah kesal...
Jalal mengecup
bibirnya sekilas... wajah kesalnya langsung kembali merona...
Surya berbisik
lagi pada Sukanya, “Aku tidak akan melepaskanmu sampai kau menjawab
pertanyaanku..”
Jodha menyeringai,
“Lihat Jalal, dalam hal ini Surya lebih pintar darimu..”
Jalal membalas...”Tunggu
dulu, sekarang kau akan bilang dia lebih cepat dariku... Aku menunggu sangat
lama untuk bisa menciummu... dan firasatku mengatakan mereka akan segera
berciuman...”
Jodha makin kesal,
“Jalal, tidak mungkin, mereka tidak boleh berciuman sebelum menikah... Aku akan
membunuh Sukanya kalau dia mencium pria itu..”
Jalal tertawa
pelan dan menggumam, “Kasihan Sukanya... ciuman pertamanya akan dihancurkan
oleh saudarinya sendiri...”
Jodha menatapnya marah,
“Jalal, ini bukan lelucon... Jangan buka mulutmu... kalau aku lihat mereka
bertindak lebih jauh lagi dari ini, aku akan keluar dan menendang Surya karena
berani menyentuh adikku..”
Jalal tertawa
kecil... menempelkan telunjuk di mulut Jodha dan menyuruhnya diam...”Jangan
ganggu mereka... ini momen romantis pertama mereka... jangan terlalu kejam..”
Sukanya menjawab
malu-malu, “hmmm..baik, tidak apa-apa... Kau bisa memelukku selama yang kau
mau, tapi aku tidak akan mengatakan apa yang ingin kau dengar..”
Surya pura-pura
mengancam, “Sukanya..aku memberimu kesempatan sekali lagi..”
Sukanya tertawa
jahil, “Oh..Pangeran pemarahku sedang mengancamku... hmmm..oops, maaf, tidak
berhasil..”
Dengan cepat Surya
mengarahkan wajah Sukanya ke arahnya... dengan penuh hasrat dia berkata..”Oh
Sukanya, kau sangat cantik..” Mereka berdua tenggelam dalam tatapan
masing-masing, “Sukanya, aku sangat mencintaimu... aku akan mati tanpa dirimu...
aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk mendengar tiga kata ini... Kumohon
katakan kau mencintaiku..”
Sukanya tersenyum..”hmm...
Surya, jangan mengancamku..” dia terkikik, “Aku tidak akan bilang..”
Jalal juga
tersenyum dan berkata, “Kau tahu, Jodha... dalam hal ini, adikmu lebih pintar
darimu... aku sendiri sudah sering menjebak perasaanmu... kau ingat aku pernah
bilang bahwa berciuman sebelum tidur adalah sebuah tradisi dan kau kira aku
serius lalu kau menciumku..”
Jodha menjawab
kecut, ”Oh..kaupikir sudah berhasil mengelabuhiku... berarti aku aktris yang
sangat hebat... Sebenarnya aku ingin menciummu saat itu...” lalu memberikan
senyum kemenangannya..
Sementara Surya
dengan suara rendah dan penuh hasrat berkata..”Maka aku akan menciummu sampai
kau mau bilang kau mencintaiku...”
Sukanya
tertawa..”Kau pasti bercana, Surya..kau tahu kau tidak boleh menciumku sebelum
pernikahan..”
Jodha tersenyum
bangga..”Adikku kecilku yang baik..”
Jalal menyeringai,
“Kita bertaruh..mereka akan berciuman...”
Jodha memandang
kesal, ”Aku akan menghentikannya..Surya memaksanya untuk mengatakan cinta..”
Jalal menahan
tubuh Jodha, “Kau tidak boleh pergi sekarang... Aku sedang menikmati tontonan
ini..Ini kesempatan seumur hidup... dan Jodha, kau terlalu membesar-besarkan
masalah ciuman ini..”
Jodha membeku dan
marah saat bertanya, “Apa???”
Dengan penuh
perasaan, Surya mencium kening Sukanya... dan berkata, “Sukanya, aku
mencintaimu.” Sukanya bergetar karena sentuhan pertama itu..tanpa sadar dia
memejamkan matanya...
Jalal tersenyum
lebar dan berbisik, “Aku menang.”
Jodha
tertegun..Mulutnya membuka lebar...
Surya terus
mencium pipi Sukanya sambil berkata, “Maafkan aku sudah menyakitimu... Aku
ingin kau tahu kaulah hidupku.” Lalu dia tengadahkan wajah Sukanya dan
berbisik, “Sukanya, kau adalah milikku... Aku akan menikahimu.” Dan mencium
bibirnya dengan lembut..
Jodha terhenyak,
“Jalal, lepaskan aku... Akan kubunuh Surya... mereka berciuman, Jalal lepaskan
aku, Ini semua salah..”
Jalal tersenyum
kecil, “Jodha, aku juga tahu... tapi lihatlah ke dalam mata mereka..mereka
sedang jatuh cinta... Kuminta kau jangan mengganggu moment intim pertama mereka...
Kita akan keluar beberapa saat lagi..”
“Jalal, kalau kau
tidak membiarkanku pergi, aku akan teriak.” Sebelum Jodha sempat teriak, Jalal
sudah menutup bibirnya dengan bibir Jalal sendiri...
*******************