mso 9]>
Normal
0
false
false
false
EN-US
X-NONE
X-NONE
“Saya
terima nikah dan kawin nya Faridha Anggun Binti Hermawan dengan mas kawin
tersebut, tunai”
SAH,,, SAH,,, SAAHHH
Resmilah
kini Faridha Anggun menjadi seorang istri dari pria yang ada disampingnya,
Ardhan Wijaya (Ehm,, Rajatha disimpen dulu di kamar Author,,hihihi)
Ardhan
memakaikan sebuah cincin emas di jari manis Faridha dan begitu pun sebaliknya,
tapi cincin yang dikenakan Ardhan bukan emas melainkan Titanium karena dalam
islam seorang pria di haramkan untuk memakai emas, selesai memasangkan cincin
ke jari suaminya, Faridha mencium tangan suaminya dan dibalas oleh Ardhan
dengan mencium kening Faridha dengan takzim.
Resepsi
pernikahan mereka tidak terlalu mewah, hanya di hadiri keluarga dan para
sahabat dekat saja, kedua pengantin gugup dan canggung satu sama lain saat
berdiri di pelaminan, itu wajar saja karena mereka hanya bertemu dua kali
sebelum pernikahan ini berlangsung, ya mereka di jodohkan oleh kedua orang tua
mereka yang sudah bersahabat sejak masih sekolah dulu.
Ardhan
Wijaya adalah seorang pria dewasa yang sudah cukup mapan, dia juga baik dan
dengan senang hati ia menerima saat orang tuanya ingin menjodohkan dirinya
dengan Faridha, gadis yang belum pernah ia temui sebelumnya namun ia percaya
apa yang orang tua pilihkan untuknya adalah yang terbaik.
Dan
tidak jauh berbeda dengan Faridha Anggun yang juga berasal dari keluarga berada
seperti Ardhan, ayahnya Hermawan adalah pemilik dari salah satu maskapai
penerbangan swasta yang ada di Indonesia yang sangat diminati.
Faridha yang merupakan putri tunggal Hermawan sangat disayang oleh ayahnya
karena memang sang bunda sudah meninggal tiga tahun yang lalu, dan sang ayah
pun sudah menikah lagi, Faridha adalah seorang gadis cantik yang periang dan
sangat manja dengan ayahnya walau terkadang ia kesal dengan ibu tirinya yang
sering bersikap manis padanya hanya saat ada sang ayah tapi ia tidak ingin
memperdulikan wanita ular itu, yang penting baginya adalah kasih sayang ayahnya
yang tidak pernah berkurang padanya selama ini.
Hingga
dua minggu lalu, ayah nya terjatuh di kamar mandi dan mengalami struk ringan,
walau hanya struk ringan namun bagi Faridha itu sudah cukup mengguncang dunia
nya yang selama ini baik-baik saja, kini sang ayah yang begitu dicintainya
hanya terbaring lemah dan menggunakan kursi roda jika kemana-mana, permintaan
sang ayah satu minggu lalu padanya adalah untuk segera menikah dengan pria yang
sudah dipilihkan, Faridha yang terlalu menyayangi sang ayah langsung menerima
lamaran itu tanpa membantah sedikitpun karena baginya senyum sang ayah adalah
segalanya, lagipula tidak mungkin ayahnya ingin menikahkan ia dengan orang yang
jahat.
Begitulah
perjodohan singkat tersebut dan terjadilah pernikahan yang terlaksana pada hari
ini, karena persiapan yang dilakukan begitu mepet maka mereka tidak bisa
menyiapkan pesta besar untuk pernikahan Ardhan dan Faridha, rencana nya 3 bulan
lagi baru akan di adakan resepsi besar-besaran untuk mereka dan Faridha
berharap saat itu nanti sang ayah sudah pulih kembali.
Para
tamu yang hadir tengah menikmati jamuan yang tengah disediakan, tampak pasangan
pengantin tersebut tengah berbincang di pelaminan sana.
“Dik
Faridha, apa kau bahagia hari ini?” Tanya Ardhan lembut pada Faridha
“Aku bahagia kak, tidak ada yang lebih membahagiakan bagiku selain melihat
senyum mengembang di wajah ayahku” Kata Faridha tersenyum
“Ya, aku pun begitu, melihat senyum dan tawa di wajah orang tua ku rasanya aku
tidak ingin apa-apa lagi di dunia ini” Balas Ardhan
“Kak, walau kita belum lama mengenal, aku percaya kakak orang baik yang
dipilihkan ayah untuk ku, tolong jangan pernah menyerah untuk mengajariku
menjadi istri yang baik seperti yang kakak harapkan” Kata Faridha tulus
“Kita sama-sama belajar dik, kamu juga terus ingatkan kakak disaat kakak terlupa
dan melakukan kesalahan, kakak harap pernikahan kita di ridhoi Allah dan cinta
akan hadir seiring berjalan nya waktu nanti”
“Aamiin”
“Rasanya tidak sulit untuk mencintai
gadis manis seperti mu Faridha, mari kita sama-sama mencobanya dalam ikatan
suci ini” Batin Ardhan
Kedua
orang tua Ardhan dan Ayah Faridha begitu bahagia melihat anak-anak mereka yang
mulai akrab dan sesekali tertawa disana.
“Aku tidak akan ada beban meninggalkan Faridha sekarang, dia sudah ada yang
menjaga sekarang” Gumam Hermawan
“Apa yang kau bicarakan Hermawan, jangan berbicara sembarangan” Tegur Wijaya,
ayah Ardhan
“Hhmm,,, Aku titip anak ku Wijaya, tolong jaga dan sayangi dia seperti anak
kalian sendiri, sedari kecil aku dan bundanya sangat memanjakannya” Hermawan
seakan tidak perduli teguran Wijaya padanya barusan
“Tentu saja aku akan menjaga dan menyayanginya, kami sudah mengenal putri
cantikmu itu sejak ia masih kecil, kami sudah menganggapnya sebagai putri kami
sendiri. Kau jangan bicara yang bukan-bukan Hermawan”
“Terima kasih, aku pegang janjimu Wijaya” Kata Hermawan sedang Wijaya
menggeleng tidak mengerti apa maksud perkataan sahabatnya itu sejak tadi
^^^
Resepsi pernikahan sederhana Ardhan dan Faridha sudah selesai, haripun sudah
menjelang sore, semua keluarga besar Hermawan dan Wijaya masih berkumpul di
ruang tamu di rumah Hermawan.
Tampak mereka memberikan petuah dan nasihat untuk pasangan pengantin baru yang
tampaknya sudah mulai akrab ini.
“Malam
ini kalian akan menginap disini atau bagaimana?” Tanya Wijaya pada putra dan
menantunya
Faridha diam dan menatap kearah suaminya, tentu saja ia akan mengikuti kemana
sang suami akan pergi membawanya, ia tidak akan menolak walaupun berat
sebenarnya berpisah dengan sang ayah
“Begini pah, jika ayah mengizinkan aku ingin membawa istriku ke appartement ku
malam ini,,aku ingin,,emm,,kami,,” Ardhan merasa malu untuk mengatakan kalau ia
ingin lebih dekat istrinya malam ini di malam pertama mereka tanpa ada yang
menganggu
Tapi tanpa dikatakan oleh Ardhan pun semua orang yang ada di ruangan itu
mengerti maksud Ardhan, mereka tersenyum bahkan ada yang tertawa kecil melihat
kegugupan Ardhan dan wajah merona Faridha
“Tidak usah meminta izin nak, Faridha sudah sah menjadi istrimu, kaulah yang
berhak atasnya” Kata ayah Faridha akhirnya
“Te-terima kasih ayah” Jawab Ardhan akhirnya
Faridha langsung mendekati ayahnya dan duduk bersimpuh di depan kursi roda sang
ayah dan merebahkan kepalanya di atas lutut sang ayah
“Heyy,,, Apa ini, kenapa putri cantik ayah menangis,,hmm.. Kau harus bahagia
sayang, kau sudah menjadi seorang istri sekarang, suami mu yang akan
menggantikan ayah dalam menjaga dan menyayangimu mulai sekarang, ayo,,, mana
senyum manismu yang selalu ayah sukai itu,,hmm” Bujuk Hermawan lembut pada
putri tercintanya, tangannya mengelus kepala Faridha
“A-ayahh,,, Hiks,,Hiks. Entah mengapa
aku merasa kalau kita akan berpisah jauh, aku takut tidak bisa melihat ayah
lagi”
“Kita akan sering kemari Faridha” Sahut Ardhan mencoba menenangkan istrinya
“Putriku, walau ayah sudah tidak berada disisimu lagi tapi percayalah ayah
selalu dekat denganmu, ayah dan bunda selalu ada dihatimu sayang” Hermawan
mengecup kening Faridha lama, tampak setetes air mata mengalir di pelupuk
matanya, Faridha memeluk erat sang ayah, perasaannya benar-benar tidak enak, ia
ingin merasakan pelukan hangat ayahnya seperti ini terus
^^^
Setelah sholat maghrib berjamaah dan berpamitan pada seluruh anggota keluara,
Ardhan mengajak Faridha pergi ke appartementnya yang sudah disiapkan untuk
malam pertama mereka.
“Kau
masih sedih dik” Tanya Ardhan pada Faridha, kini mereka sudah dalam perjalanan
menuju appartement menggunakan mobil Ardhan
“Sedikit, Maaf kak” Kata Faridha, ia merasa tidak enak pada suaminya
“Tidak apa-apa dik, itu wajar tapi kakak harap kesedihan mu jangan
berlarut-larut yah, ingat sekarang ada kakak yang selalu disisimu menggantikan
ayah” Kata Ardhan, sebelah tangannya menggenggam tangan Faridha memberinya
ketenangan
“Terima kasih kak”
Selang
berapa menit kemudian, handphone Faridha berdering
“Siapa dik?” Tanya Ardhan menoleh pada Faridha dengan masih memperhatikan jalan
di depan nya
“Tante Nora kak” Jawab Faridha
Tante Nora adalah ibu tiri Faridha, Faridha tidak pernah mau memanggil ibu pada
wanita itu
“Oh,, Angkatlah kalau begitu” Kata Ardhan, Faridha mengangguk dan menerima
panggilan tersebut
“Ya
Tante, ada apa?” Tanya Nora to the point karena ia sangat malas jika berbicara
dengan Nora
“Faridha,,itu,,ayahmu,,dia,,Hiksss,,,”
“Ayah? Kenapa dengan Ayah?”
“Dia,,,”
“TANTE PLEASE !!” Bentak Faridha di telephone membuat Ardhan menoleh kearah
Faridha, detak jantung Faridha seolah berhenti dan perasaannya semakin tidak
enak
“Ayah,,Ayahmu,, Terkena se-serangan jantung mendadak Faridha, mertuamu sudah
membawanya ke rumah sakit, mereka baru saja pergi,,, ayahmu mungkin,,,hikss,,”
“TIDAKK,, Tante jangan coba-coba membohongiku”
“Aku tidak bohong Faridha, kau boleh telephone mertuamu kalau tidak percaya”
Dan Nora langsung menutup panggilan nya
Handphone
ditangan Faridha langsung terlepas, dadanya terasa sesak seketika, tatapan
matanya kosong, tidak ada ekspresi di wajahnya membuat Ardhan yang sedari tadi
memperhatikan Faridha nampak cemas dan bingung, Ardhan ingin menepikan mobilnya
namun tidak bisa karena keadaan jalan yang sangat ramai dan mobil mereka berada
di jalur cepat saat ini.
“Ada apa dik? Apa yang dikatakan tante Nora? Apa ayah baik-baik saja?” Tanya
Ardhan yang penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya
Faridha tidak mampu mengeluarkan suara, jiwa Faridha seperti melayang entah kemana
meninggalkan raga yang hanya diam bak patung
“Baiklah, kakak akan mencari celah untuk berhenti, kau tenang dulu ya dan
bicara pada kakak apa yang sebenarnya terjadi” Ardhan mencoba melambatkan laju
mobilnya dan memberi tanda bahwa mobilnya akan bergeser ke jalur lain namun
belum sempat mobil menepi tiba-tiba Faridha berteriak keras dan meronta tidak
jelas, ia seperti kembali ke kesadarannya.
“Ayaahhhhh,,,, Ayaahhh,,,,, Aarrgghhh” Teriak Faridha
Teriakan dan reaksi tiba-tiba dari Faridha sontak membuat Ardhan kaget dan gerakan-gerakan
tangan Faridha tanpa sengaja membuat Ardhan hilang kendali dengan kemudinya,
reflek Ardhan menekan rem tapi ternyata dari belakang ada sebuah truk yang
berada dekat dengan mobil mereka dan sang sopir truk pun tidak sempat menginjak
rem lagi karena jarak mobil mereka yang sudah sangat dekat hingga terjadilah
kecelakaan naas itu, mobil yang di kemudikan Ardhan masuk kesebuah jurang
karena terdorong truk dari arah belakang, Ardhan berusaha mendorong Faridha
keluar dari mobil untuk menyelamatkannya
“Arrgghhh,,, Kakak,,, Aaaaa” Faridha berhasil terdorong keluar, Faridha berguling,
ia menutupi wajahnya yang berlumuran darah, entah apa yang terjadi padanya
Sedangkan mobil yang masih berisi Ardhan terus melaju kencang dan “BRAAAKKK”
mobil tersebut menabrak sebuah pohon dan berhenti seketika
Jarak antara Faridha dan Ardhan cukup jauh dan kini mereka sama-sama dalam
keadaan yang cukup mengenaskan dan tidak sadarkan diri.
^^^
“Dimana
aku? Ayah? Kak Ardhan,,, Aahh,, Kepala ku”
“Non,, Non Faridha udah sadar Non?”
“Bi Min?”
“Iya Non, ini Bibi. Bibi panggilkan dokternya dulu ya, non Faridha tunggu
sebentar disini”
“Bi,, Ke-kenapa gelap,, ini,, mataku,, kenapa di perban seperti ini?” Kata
Faridha panik
-To Be Continue-