"MsoNormal" style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify; text-indent: 21.3pt;">
Air mata Jodha mulai
membasahi wajahnya... Dia menatap Jalal dengan perasaan terluka, sedih dan
berlari pergi dari sana...
Kanika melihat
seluruh kejadian itu dari sudut ruangan. Dia menyeringai dan bicara pada
dirinya sendiri, “Jodha, sekarang aku akan membalas dendam untuk tahun-tahun
yang telah berlalu... Sekarang aku tahu kelemahanmu... Kau dulu selalu
mengalahkanku.... Sekarang giliranmu... Aku akan merayu Jalal dan tidur
dengannya... Aku ingin lihat kau tidak berdaya dan menangis di sudut
ruangan...”
Pada malam harinya...
Jalal duduk sendirian dengan sedih di Diwan, dan Jodha juga duduk sendirian di
sebuah bangku di luar... Jodha juga merasa menyesal pada Jalal.... Dia merasa
bersalah atas apa yang telah terjadi... Dia bisa memahami sikap Jalal...gaun
itu memang tidak pantas dikenakan oleh wanita terhormat manapun... Tapi dalam
kemarahannya yang membabi buta... Dia tidak bisa mengendalikan dirinya dan
kata-katanya telah menyakiti perasaannya... Ketika Jalal masih kecewa akan
sikapnya, dia membuat Jalal lebih kecewa lagi karena dia berkeras mengenakan
gaun itu dan menyinggung perasaannya...
Lila melihat Jodha
duduk merana di bangku itu... Dia tahu temannya sedang bersedih jadi dia ingin
menghiburnya... Dia duduk di sebelah Jodha dan mulai mengajaknya bicara-“Sangat
indah dan menyenangkan berada di luar sini....”
Jodha tersenyum
padanya dan menjawab-“Kau benar, hari ini sangat indah...” Dengan nada datar
Lila berkata-“Jodha, kau dan Shahenshah sering bertengkar tapi saling
mencinta...” Jodha tersenyum manis pada Lila..
(Jalal yang sedang
duduk di dalam Diwan di dekat jendela... Bisa mendengar obrolan mereka dengan
sangat jelas.)
Lila tersenyum
menggoda dan berkata-“Jodha, Shahenshah-mu adalah orang yang sangat
romantis...”
Tiba-tiba Jodha lupa
pada semua kesedihannya dan menjawab dengan penuh semangat-“Lila, aku tidak
sabar menceritakan padamu semua tentang dirinya... Dia sangat mencintaiku
hingga dia tidak bisa jauh dariku bahkan hanya untuk sedetik saja... Tidak
peduli betapa kecewa dan marahnya dia padaku, namun ketika dia melihatku
menangis maka semua amarahnya akan luruh saat itu juga... Seluruh Sultanat
menganggapku sebagai penjahat dan semua bukti mengarah padaku dan Rukaiya Begum
menghukumku di Diwan, tapi kepercayaan Jalal padaku tidak goyah... Dia bersedia
mengubah peraturan atau meninggalkan kesultanan demi cinta kami... Lila, kau
ingat pertemuan terakhir kita aku berkata aku iri padamu dan aku juga berkata
kau adalah wanita yang paling beruntung...”
Lila tersenyum
melihatnya ceria dan penuh semangat-“Tentu, Jodha, mana mungkin aku lupa... Kau
sangat sedih hari itu, hatiku juga ikut sedih melihatmu... Dan sepuluh bulan
terakhir, aku sangat mencemaskanmu... Kau tidak mengirimkan satu lembar
suratpun untukku...”
Jodha berkata dengan
menyesal-“Maaf Lila... Aku sedang melewati banyak masalah jadi aku tidak
mengirimkan pesan padamu, tapi aku akan mengirimkan surat setiap bulan untukmu
dan kau harus menjawabnya... Lila, kau tahu setelah kami mengakui perasaan
masing-masing, aku merasa menjadi wanita paling beruntung di seluruh muka
bumi... Tidak bisa disangkal bahwa suamiku memiliki banyak wanita dalam
hidupnya, tapi jantungnya hanya berdetak untukku... Dia sangat mencintaiku dan
aku juga sangat mencintainya... Aku tidak bisa menjelaskannya dalam kata-kata
untukmu, tanpa dirinya aku merasa hampa... Ketika kami terpisah, aku bernapas,
tapi jantungku berhenti berdetak tanpanya... Kau tahu setiap kali aku
memandangnya, jantungku berdetak sangat cepat bahkan aku bisa mendengar detak
jantungku sendiri... Saat dia memandangku penuh cinta... Rasanya hidupku penuh
warna... Kau ingat kita sering membayangkan tentang cinta saat kita masih
kecil... Dan biasanya kita menertawakan orang yang menjadi gila karena cinta...
Itu benar... Aku tergila-gila padanya... Aku tidak bisa menjelaskannya, saat
aku melihatnya dari atas balkon pagi ini... Kebahagiaanku tak terkira... Satu
sentuhan kecil darinya membuatku bergetar... Kau tahu saat dia pergi untuk
urusan politik selama berhari-hari... Aku hanya akan duduk di teras dan
menunggunya pulang... Kau tahu, aku bisa merasakan jika dia terluka... Ketika
kau jatuh cinta... Rasa sakitmu tidak aka ada apa-apanya dibandingkan rasa
sakitnya... Kau hanya ingin menyerahkan dirimu untuknya... Setetes air matanya
bagai sembilu dalam hatiku dan senyumnya adalah kebahagiaan untukku dan
membuatku merasa sempurna... Saat kekasihmu bersedih... Tidak ada kesedihan
yang mampu kau tanggung lebih dari itu...
Jodha menjadi sangat
sentimental hingga dia memeluk Lila dan berkata-“Aku akan meminta maaf pada
Shahenshah karena telah menyakiti perasaannya dengan kata-kataku yang buruk
hari ini... Aku sebenarnya tidak bermaksud begitu, aku tidak tahu kenapa aku
sangat marah pada Kanika... Kau tahu Lila... Kanika selalu menghinaku dan
berusaha mempermalukan aku dan menjatuhkan diriku di depan banyak orang... Dia
selalu ingin bersaing denganku... aku tidak terima jika Jalal memujinya... Bukan
karena aku tidak mempercayai Jalal, tapi aku benci Kanika...Hanya karena, kami
punya hubungan politik maka aku tidak bisa menghindarinya... Tapi aku yakin
pada satu hal, dia tidak akan bisa merendahkanku atau mencoba untuk
menyakitiku...
Jalal menguping
seluruh pembicaraan itu dan membuat matanya sembab... Dia telah memaafkan
Jodha... Kata-katanya membuat hatinya melambung... Dia sangat bahagia mendengar
semua isi pembicaraan Lila dan Jodha... Kemarahannya mencair seketika... Dia
sudah tahu kalau Jodha mencintainya sangat dalam, tapi mendengarnya langsung
dari mulutnya seakan mengirim dirinya memasuki dunia JODHA... Seakan dia
terbang dari dunia ini... Dia ingin memeluknya dan menciumnya selamanya... Tapi
dia memilih untuk tidak mengganggu obrolan kedua wanita itu... Dan pergi masuk
ke kamarnya dan tidur dengan damai...
Jodha bangun
pagi-pagi sekali karena hari itu akan menjadi hari yang sangat sibuk... Dia
ingin meminta maaf pada Jalal dan mengajak bicara Surya tentang Sukanya
secepatnya... Dia menyelesaikan doa dan tulsi pooja-nya... Dia melihat Jalal
sedang berlatih pedang... Jodha memandangnya tanpa berkedip...Otot-ototnya,
peluhnya, tubuhnya mengkilap di bawah sinar matahari... Jodha membawa nampan
Aarti dan berjalan mendekatinya. Jalal tersenyum lembut pada Jodha...Wanita itu
terlihat segar seperti kelopak mawar yang baru mekar... Beberapa tetes air
berkilauan di wajahnya... Rambutnya yang ikal dan basah membuatnya makin
menggoda... Jantung Jalal mulai berdetak cepat...
Dengan kalem, Jodha
memberi salam-“Pranam Shahenshah...” dan mengulurkan nampan aarti padanya...
Jalal tersenyum lebar
dan menjawab salamnya dengan Adab lalu mengambil Aarti dan Prasad darinya... Lalu
seperti kebiasaannya dia mengambil sejumput Sindoor dan mengisi maang-nya dan
mengecup keningnya denga penuh cinta...Mereka saling berpandangan dengan penuh
kasih... Jalal kembali teringat semua percakapan semalam... Dia mengambil alih
nampan dari tangan Jodha dan meletakkannya di samping, lalu mengambil handuk
berwarna merah dan menyeka keringatnya dan menutupi tubuh atasnya dengan handuk
itu...
Masih menatap mata
Jodha, dia berkata lembut-“Jodha, aku ingin mengatakan sesuatu padamu...”
Jodha juga berkata
pada Shahenshah, “Aku juga ingin membicarakan sesuatu denganmu... Jika kau
mengijinkan aku ingin mengatakannya lebih dulu.”
Dengan isyarat
matanya, Jalal mempersilakannya...
Jodha bicara dengan
nada menyesal-“Shahenshah, kumohon maafkan aku... Aku tidak tahu apa yang
terjadi pada diriku, tapi aku sudah melakukan kesalahan yang besar..” matanya
terselubungi dengan air mata...
Jalal menangkup
wajahnya dan menyeka air mata itu, lalu dia memeluknya dengan hangat... Jodha
menyandarkan kepalanya di dada Jalal yang terbuka-“Jodha, aku juga bersalah...
Seharusnya aku tidak menamparmu... Aku membuat kesalahan besar dalam
kemarahanku juga...”
Tiba-tiba Jodha
melepaskan tubuhnya dari pelukan Jalal dan berkata-“Kau benar Shahenshah...Itu salahmu,
dan tidak tahu kenapa aku cemas sepanjang malam... Dan menyalahkan diriku
sendiri...”
Jalal menyeringai dan
berkata-“Jodha Begum, sebenarnya kita berdua sama-sama bersalah.”
Jodha langsung
memotong-“Aku setuju, Shahenshah, kita berdua bersalah, tapi kesalahanmu lebih
besar... Tapi tenang saja aku orang yang berhati besar... Aku memaafkanmu..”
Kanika memperhatikan
semua gerak-gerik pasangan kekasih itu, dengan sengaja ingin mengganggu mereka,
dia mendekat ke arena latihan dan berkata dengan suara keras pada Jalal-“Adab
Shahenshah..”
Jodha melihatnya
dengan aneh dan berkata... “Astaga Kanika... Kau berubah-ubah seperti bunglon
saja...Pranam berubah menjadi Adab... Bahkan sekarang kau malu bicara dengan
bahasa aslimu...”
Kanika memandang
remeh ke arah Jodha.. “Ohh tidak Jodha... Anggapanmu salah.... Aku hanya
mencoba menunjukkan pada Shahenshah bahwa aku mudah menyesuaikan diriku di
semua tempat, orang dan keadaan... Perubahan sangat dibutuhkan... Kurasa kau
tidak akan mengerti hal itu... Bandingkan gaunmu dan milikku.... Aku bisa
berubah makin baik sedangkan kau masih tetap sama seperti dulu...”
Jalal juga merasa
terganggu dengan kata-kata Kanika... Dengan pandangan mencemooh dia menimpali..
“Kanika... Kau pasti tidak tahu berapa banyak perubahan yang telah dialami
Jodha dalam hidupnya...Namun dia tetap mempertahankan bahasa dan budayanya... Dua
hal itu adalah identitas seseorang... Dan semua orang tidak seharusnya merubah
hal itu demi orang lain... Ditambah lagi Jodha-ku adalah wanita yang suci dan
terhormat.... Dia tidak butuh perubahan dalam hal berbusana agar terlihat lebih
cantik... Tapi memang... Kau tidak akan mengerti hal itu..”
Kanika sadar
sepertinya Jalal tidak terima jika Jodha dihina... Jadi dia merubah
strateginya... Dan berkata... “Shenshah kau salah, aku dan Jodha selalu
berbicara seperti ini... Pemikiran kami selalu berbeda... Aku tidak bermaksud
menyinggung Jodha... Aku tahu dia cantik, kalau tidak, mana mungkin kau
menikahinya...”
Jodha makin tidak
suka mendengarnya, namun dia sudah terlambat untuk Ganesh Sthapna Pooja... Jadi
tanpa meladeni argumennya lagi dia berkata-“Tidak apa Kanika... Aku sudah
terbiasa dengan gaya bicaramu... Jangan khawatir... Aku sudah terlambat untuk
Ganesh Pooja... Sampai bertemu lagi...” setelah mengatakan itu, Jodha pergi...
Jalal juga sudah
selesai dengan latihannya... Dan Kanika memanfaatkan kesempatan itu untuk
mendekati Jalal... Dengan sedikit merayu dia berkata... “Shenshah... Aku ingin
mengenalkanmu pada beberapa temanku... Maukah kau ikut denganku...”
Sebenarnya Jalal
tidak ingin bersamanya tapi permintaannya tak mungkin dia tolak...Mereka
berjalan berdua menuju ke dalam istana... Kanika melihat sebuah batu besar di
tengah jalan... Dan dengan sengaja tersandung dan jatuh ke arah Jalal... Jalal
melihatnya jatuh dan secara otomatis menahan tubuhnya... Kanika berpura-pura
terluka di kakinya... dan luka itu berdarah... Dia berteriak kesakitan... Dan
bersikap seolah dia kesulitan berjalan... Berlawanan dengan kata hatinya, Jalal
membopong tubuh Kanika menuju kamarnya... Jalal merebahkannya di atas tempat
tidur dan berkata “Aku akan memanggil Jodha”... Sebelum dia sempat pergi... Kanika
menarik tubuh Jalal dengan sekali hentakan... Jalal hampir jatuh menimpanya...
Dengan pandangan penuh nafsu Kanika melingkarkan tangannya ke sekeliling tubuh
Jalal... Dan mulai menciuminya dengan liar..Gerakannya sangat cepat... Bahkan
Jalal terlambat menyadarinya...
Salah satu pelayan
mengabarkan pada Jodha bahwa Kanika terluka dan Shenshah membawanya ke
kamarnya...
Jodha terlihat
khawatir dan berlari menuju kamar kanika untuk memastikan kondisinya... Dan
melihat tubuh Jalal berada di atas
Kanika, memeluknya, dan Kanika menciumnya...Matanya membelalak tak percaya... Setetes
air mata keluar dari kelopaknya... Dia berteriak-“Jalal...”
Saat Jalal mendengar
suara Jodha, dengan sekali hentakan kuat dia menjauhkan tubuhnya dari Kanika...
Dengan cepat dia berbalik menghadap Jodha yang sedang melihatnya dengan tatapan
terluka.... dia tersentak melihat Jodha yang menatapnya dengan nanar... Jodha
hanya berdiri kaku seperti patung, air mata mengalir di wajahnya... Melihatnya
membeku seperti itu Jalal mengguncang tubuhnya... Jodha menatapnya terluka....
Suaranya tercekat di tenggorokannya, Jalal sangat takut... Dia tidak sepenuhnya
bersalah tapi Jodha melihatnya dalam posisi yang mencurigakan, berpelukan dan
berciuman. Dia bingung harus berkata apa, bagaimana dia bisa membuktikan
dirinya tidak bersalah... Jalal menangkup wajah Jodha dan memeluknya dengan
erat, namun dia hanya bisa berkata-“Jodha... Kumohon percayalah padaku... Aku
tidak melakukan apa-apa..”
Jodha kembali dari
keterkejutannya dan berkata dengan suara keras dan tegas-“Shahenshah. Kumohon
hentikan, aku tidak ingin mendengar apapun...”
Kanika senang sekali
karena dia berhasil dalam rencananya... Dia tahu Jodha akan segera lari
padanya...
Dengan cepat Kanika
berkata-“Jodha, kumohon maafkan aku, Aku dan Shahenshah, Kami terlena karena
sentuhan kecil tadi... Dan Shahenshah juga terpesona pada kecantikanku... Aku
terluka dan dia menggendongku dengan tangannya yang kuat, tubuh kami menempel,
kami saling mendengar detak jantung kami dan darah muda kami yang bergejolak
membuat kami tidak sadar kapan kami mulai saling memeluk dan saling berciuman...
Jodha aku sungguh minta maaf, tapi kami berdua tidak bisa menahan diri...”
Jalal
membantahnya-“Jodha, aku tidak melakukan apa-apa...”
Sebelum Jalal
meneruskan kata-katanya... Jodha malah bertepuk tangan dan berkata-“Woww
Kanika... Aku sudah tahu kalau kau akan melakukan segala cara untuk
menjatuhkanku tapi aku tidak mengira kau bisa melakukannya sampai serendah
ini... Aku benar-benar jijik padamu hari ini Kanika... Aku marah dan menyesal
pernah menganggapmu sebagai temanku... Dan kau kira cinta kami selemah itu
hingga aku akan percaya pada aktingmu dan tidak mempercayai Jalal... Jalal
tidak akan menyentuhmu meski kau membuka semua bajumu dan telanjang di
depannya... Dia sudah punya ribuan wanita sepertimu di Harem-nya... Jadi jangan
pernah berpikir kau bisa memisahkan kami dengan caramu yang kotor dan
menjijikkan... Dan selama keyakinanku masih kuat maka keyakinanku pada Jalal
juga tetap kuat, bahkan jika Tuhan sendiri yang datang dan mengatakan padaku
bahwa Jalal telah mengkhianatiku, aku tidak akan percaya pada Tuhan, lalu siapa
dirimu... Begitulah kepercayaanku pada suamiku...cintaku... Kuminta kau jangan
muncul lagi di depanku...”
Kanika terkejut
dengan respon Jodha... Dia tidak percaya rencananya yang sempurna telah gagal...
Dia merasa tak percaya dengan kepercayaan Jodha pada Jalal...
Sambil memandang
Jalal, Jodha berkata dengan tenang-“Jalal, sudah waktunya untuk Ganesh Pooja,
maukah kau pergi dan membersihkan tubuhmu...”
Jalal terpaku
mendengarnya... Dia membeku karena sikap Jodha... Air matanya jatuh. Bahkan dia
tidak tahu, dia harus merasa bahagia atau sedih, tapi sungguh mengejutkan
baginya menyadari setinggi apa kepercayaan Jodha pada dirinya... Bahkan saat
tampak jelas dia memeluk dan Kanika menciumnya, kepercayaannya tidak goyah
sedikitpun... Sungguh sulit untuk memahaminya, betapa tenang Jodha menghadapi
semua itu...
Jalal membersihkan
diri dengan cepat... Dia khawatir... Dan masih bingung dengan reaksi Jodha
tadi, dia ingin bicara dengan Jodha sebelum puja dan memastikan bahwa dia tidak
kecewa dan menyembunyikan kemarahannya dari dirinya. Dia ingin memastikan, apa
yang dikatakannya itu memang yang sesungguhnya... Dia justru takut dengan sikap
tenangnya... Dia ingin memastikan Jodha baik-baik saja...Pikirannya entah
kenapa mulai berpikir negatif... bagaimana seandainya Jodha ingin bunuh diri?
Dia hampir saja berlari agar cepat sampai ke tempat pooja...
Semua orang
mengelilingi tempat pooja...Pandit mulai membacakan mantra untuk pooja... Jalal
melihat Jodha melakukan pooja... Dia lega melihatnya, tapi sebelum pooja dia
ingin bicara dengannya sendirian dan meluruskan kesalahpahaman yang terjadi....
Dia sudah tidak sabar hingga rasanya mencekik...
Jalal berkata dengan
keras-“Pandit Ji, tolong hentikan dulu... Sebelum pooja aku ingin membicarakan
sesuatu yang penting dengan Jodha Begum, aku ingin meluruskan sesuatu yang
penting lebih dulu...” Semua orang terkejut dan mulai cemas.... berspekulasi
tentang apa yang sebenarnya terjadi? Semua melihat ke arah Jalal sambil
bertanya-tanya... Jalal bicara lagi dengan keras “Jodha Begum, aku akan
menunggumu di ruanganmu..”
Jalal berjalan cepat
tanpa menoleh lagi... Jodha sudah tahu apa yang ada dalam pikiran Jalal, dia
tahu Jalal bingung dengan sikapnya, sambil memohon maaf Jodha bangkit dan
berjalan menuju ruangannya...
Jalal menunggu Jodha dengan
tidak sabar.... Begitu Jodha masuk ke dalam ruangan itu, dia berlari dan
menutup pintu...
Jodha bertanya-“Ada
apa Shahenshah???”
Jalal meremas lengan
Jodha dan dengan sedikit panik berkata-“Jodha, percayalah padaku, aku
benar-benar tidak bersalah... Saat aku
membungkuk untuk merebahkan dia ke tempat tidur, tiba-tiba dia menarikku ke
arahnya dan aku kehilangan keseimbangan... Dan belum sempat aku berdiri, dia
menahan tubuhku dalam rangkulannya dan mulai menciumku tepat saat kau masuk dan
melihat kami seolah berpelukan dan berciuman... Kumohon percayalah padaku, aku
tidak melakukan apapun dan tidak juga terlena karena kecantikannya. Kumohon
percayalah padaku Jodha...” Matanya mulai berkaca-kaca dan dia hampir memohon
agar Jodha memahami semuanya...
Jodha berkata dengan
cepat-“Tapi Shahenshah, kapan aku bilang aku tidak percaya padamu... Aku sudah
menngatakan dengan sangat jelas saat itu bahwa kau tidak akan melakukan hal
serendah itu... Dengan jelas aku mengatakan aku sungguh percaya padamu lalu
kenapa kau begitu gelisah dan cemas... Kau pikir aku mengatakan semua itu hanya
di depan Kanika... Tidak Shahenshah, aku percaya padamu lebih dari diriku
sendiri...”
Setelah mendengar
jawaban Jodha, air mata Jalal mengalir... Dia merasa lega, dan menarik Jodha dalam
dekapannya dan berkata-“Jodha, maafkan aku, aku begitu kecewa padamu hingga
membuatku sering menyakitimu..”
Jodha menjawab penuh
cinta-“Maafkan aku juga Shahenshah... Seharusnya aku tidak meninggalkanmu dan
pergi ke Amer seperti ini...”
Jalal benar-benar
lega... Dan sifat jahilnya mulai muncul lagi... Berkata-“Kucing liar kecilku...
Kau membuatku lari mengejarmu setiap waktu dan juga membuatku menangis...
Tidakkah kau ingat aku adalah Shahenshah dan air mata tidak cocok untuk seorang
Shahenshah...”
Jodha menjawab dengan
lebih ceria-“Kenapa begitu??? Bukankah Shahenshah juga punya hati???Atau dia
tidak merasakan sakit???Sekarang Jalal-ku yang arogan sudah memiliki hati yang
besar yang terisi dengan banyak cinta... Kesedihan dan pengampunan untuk semua
orang... Sekarang kau bukan lagi orang yang kejam dan tidak berperasaan.... Kau
adalah milikku sekarang.... Jalal-nya Jodha...”
* * * * * * *
* * * * *