Jodha tersenyum dan mengangguk pelan, melihat wajah Jodha yang polos seperti
ini membuat Jalal tidak tahan untuk mencium pipi chuby nya, tiba-tiba ia
teringat pernyataan cinta Jodha padanya sesaat sebelum Jodha pingsan di pelukan
nya semalam
“Jodha” Panggil
Jalal pada Jodha sembari merapatkan kursi yang diduduki ke ranjang Jodha,
sebelah tangan Jalal mulai menggenggam tangan Jodha, tidak ada penolakan sama
sekali dari Jodha, tidak munafik Jodha memang menikmati setiap sentuhan dan
saat-saat ia bersama dengan Jalal dan begitu pun sebaliknya (jangan ditanya
kalau si Jalal mah,,haha),
Jalal menatap Jodha intens seolah ia menyalurkan perasaan terdalamnya pada
gadis yang dicintainya ini, membuat wajah Jodha seketika merona tersipu malu
dengan tatapan Jalal
“Ja-jalal” Panggil Jodha berusaha menutupi kegugupan nya walau tetap tidak
berhasil karena justru ia tergagap memanggil nama Jalal barusan
“Hhmm,, Ada yang ingin aku tanyakan padamu Jodha” Jawab Jalal dengan tidak
mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Jodha
“Apa?”
“Jodha, apa kau masih ingat saat aku membawa mu pergi dari rumah Surya semalam”
Jodha diam sejenak berusaha mengingat-ingat kejadian semalam, tak lama kemudian
ia mengangguk
“Eemm,,,” Jalal tampak bingung, ia tidak tahu mulai darimana mengatakan nya
pada Jodha, sebenarnya Jalal hanya ingin memastikan lagi apa Jodha masih ingat
pernyataan cinta padanya semalam, jujur saja jika tidak dalam keadaan genting
seperti semalam pasti Jalal sudah mengekspersikan rasa bahagia nya
“Hey Tuan,, Kau ingin menanyakan apa padaku,,hmm” Tegur Jodha membuyarkan
lamunan Jalal
“Ahh,, Itu,,saat kita sudah berada di dalam mobil” Jalal kembali menghentikan
ucapan nya
“Ya? Lalu?” Kata Jodha menanggapi perkataan Jalal walau dia sendiri juga masih
belum paham apa maksud Jalal
“Saat,,Saat,,Aku memelukmu,, Aku mengatakan padamu bahwa kau akan baik-baik
saja dan aku meminta mu untuk tetap bertahan demi orang-orang yang kau cintai”
Jalal menghentikan kembali perkataan nya untuk melihat ekspresi Jodha
Jodha yang mendengar perkataan Jalal barusan sudah mulai bisa menangkap kemana
arah pembicaraan Jalal, yah,, yang dimaksud Jalal adalah pernyataan cinta nya
yang spontan ia ucapkan pada Jalal semalam, Jodha menundukan wajahnya yang
entah sekarang sudah berwarna apa, Jodha benar-benar malu ia tidak menyangka bahwa
Jalal akan mengingat hal itu bahkan sampai nekat menanyakan padanya sekarang.
“Sesaat setelah aku mengatakan itu padamu aku mendengar samar-samar kau
mengatakan sesuatu padaku” Kata Jalal melanjutkan lagi ucapannya
“Eemm,,a-aku mengatakan apa memangnya?” Balas Jodha berpura-pura tidak tahu
“Kau mengatakan bahwa orang yang kau cintai adalah aku. Apa itu benar Jodha,
kau mencintai ku?” Kata Jalal, ia sudah benar-benar mengatakan semuanya pada
Jodha karena ia tidak tahan dengan tanggapan Jodha yang sedari tadi cuek
seolah-olah tidak menanggapi nya
“I-itu,,a-aku,,Jalal” Jodha gelapan mencari kata-kata yang pas untuk menjawab
pertanyaan Jalal
“Oh my God, salah siapa nona kau disaat
sedang kritis sempat-sempat nya menyatakan cinta padanya, dasar bodoh. Tidak
mungkin aku menyangkal semua itu tapi kalau untuk jujur aku rasanya tidak
sanggup, bagaimana kalau ia malah menjauh dariku setelah ia tahu perasaan ku
yang sesungguhnya.” Batin Jodha kacau
Jalal menyadari
Jodha mulai tidak nyaman dengan pembahasan ini dan sepertinya Jodha memang
tidak perduli, Jalal menghembuskan nafas kecewa
“Yasudah,,Tidak
usah di fikirkan perkataan ku tadi. Lupakan saja” Kata Jalal datar pada Jodha
dan ia mulai beranjak dari kursi yang di dudukinya
Jodha yang menyadari Jalal akan pergi segera meraih lengan Jalal
“Jalal,,Kau mau kemana?”
“Aku mau keluar sebentar, menunggu Paman Khaibar disana, aku khawatir mereka
akan kesusahan mencari ruangan mu saat sampai disini nantinya” Kata Jalal
beralasan, ia sudah hendak melepaskan tangan Jodha yang mencekal lengan nya
“Tuggu dulu” Kata Jodha cepat
“Tidak mungkin paman Khaibar tidak tahu
dimana ruangan ku, bukan kah ada banyak receptionist di rumah sakit ini di
setiap lantainya mereka pasti memberi tahu dengan jelas pada semua tamu yang
akan berkunjung. Apa,, Apa dia sengaja menghindari ku karena kesal dengan tanggapan
ku yang acuh tak acuh tadi? Ya Tuhan,, Aku harus bagaimana, bukan ini yang ku
inginkan” Kata Jodha dalam hati
“Jodha,,Ada apa?
Kau butuh sesuatu?” Tanya Jalal
“Eemm,,Tidak,, duduklah sebentar Jalal” Kata Jodha setengah memohon pada Jalal
Jalal menuruti keinginan Jodha, ia kembali duduk di kursi yang tadi di duduki
nya, Jodha sudah melepaskan cekalan tangan nya di lengan Jalal
Jalal masih diam menunggu Jodha untuk berbicara lebih dulu karena tadi Jodha
yang sudah menahan nya untuk tetap disini, padahal ia ingin keluar untuk
menenangkan sedikit pikiran nya dan menahan perasaan cintanya yang sudah
menggebu-gebu pada Jodha
“Pembicaraan
kita yang tadi belum selesai Jalal” Akhirnya Jodha membuka suaranya setelah
hampir dua menit mereka hanya diam tanpa kata
“Tidak perlu Jodha, lupakan saja” Jawab Jalal, ia tidak mau membahas ini lagi,
ia takut kalau Jodha akan mengatakan bahwa pernyataan cintanya semalam adalah
sebuah kesalahan, jadi lebih baik menghentikan pembicaraan ini sampai disini
saja, Jalal tidak mau lagi membahas ini sekarang, ia akan mencari waktu yang
tepat untuk menyatakan cintanya pada Jodha nanti
“Apa dia marah? Hufhh,, Baiklah,, Aku
akan mengatakan cintaku padanya sekali lagi. Masa bodo nanti jawaban dia apa.
Oke. Fighting” Kata Jodha dalam hati
dan menyemangati dirinya sendiri
“Jalal,,please,,dengarkan
aku dulu” Bujuk Jodha
Jalal masih diam, wajahnya tidak menatap kearah Jodha
“Heyy Tuan,,” Jodha meraih wajah Jalal dan menghadapkan kearahnya
Jodha tersenyum manis pada Jalal, sedangkan Jalal ia berusaha mati-matian untuk
tidak tergoda dan tetap menjaga gengsi nya yang seolah-olah sedang tidak
perduli dengan tingkah manis Jodha saat ini
“Demi Tuhan Jodha,, Hentikan ini semua
atau aku akan “memakan” mu sekarang juga. Sial” Batin
Jalal
Jodha mengelus
kedua pipi Jalal dengan ibu jarinya, ia tahu Jalal sudah mulai luluh dan
sekarang saatnya ia mengatakan nya pada Jalal
“Kelakuan mu sudah membangunkan singa
yang sedang tidur nona, maaf,, aku tidak bisa menahan nya lagi sekarang” Batin
Jalal lagi
“Jalal,,Yang kau
dengar semalam itu, semua itu,,,be,,mmmpphhhh”
Jodha terkejut karena tiba-tiba saja Jalal sudah mencium lembut bibirnya, tangan
Jodha yang masih berada di kedua pipi Jalal kini beralih mengalungkan tangan
nya pada leher Jalal, sedangkan Jalal satu tangan nya menahan tengkuk Jodha dan
tangan satu lagi mengelus mesra punggung Jodha.
Mungkin inilah bentuk pernyataan cinta Jalal dan Jodha (Hahahaa,,, aya aya wae)
Setelah beberapa
saat Jodha melepaskan ciuman mereka karena keduanya mulai kehabisan nafas dan
mereka mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya, Jalal masih menahan
tengkuk Jodha dengan tangan nya begitu pun dengan Jodha tangan nya masih
melingkar posesif pada leher Jalal, Jalal menyatukan keningnya dengan kening
Jodha, dalam diam mereka memandang satu sama lain kemudian tersenyum bahagia,
ciuman kali ini sangat berbeda dengan ciuman pertama mereka di dalam lift
beberapa waktu lalu yang di selimuti dengan amarah dan kesedihan.
Jalal meraba
sudut bibir Jodha dengan ibu jarinya dan ia bergumam pelan di depan bibir Jodha
“Terima kasih sayang”
Ucapan sayang dari Jalal lagi lagi membuat pipi Jodha merona dan ia pun menyembunyikan
wajah nya di dada Jalal, Jalal tertawa kecil melihat tingkah Jodha dan memeluk
Jodha dengan erat
“Jalal”
“Hhmm”
“Tadi aku belum selesai bicara” Rajuk Jodha
“Baiklah,, Sekarang bicaralah” Kata Jalal, dan ia ingin melepaskan pelukan nya
pada Jodha
“Seperti ini saja” Kata Jodha cepat dan ia kembali memeluk Jalal, dan tanpa menunggu
Belanda menyerang pun Jalal langsung membalas pelukan Jodha
“Itu,,Semua itu,,A-Aku,,,,”