Hari
berikutnya Maham masuk ke kamar Rukaiya untuk meracuni pikirannya. Dia mulai
dengan seringai jahat, “Hari ini kau harus sangat bahagia Rukaiya Begum... Setelah
Jalal kembali... Dia pasti akan menghabiskan malamnya hanya denganmu... “
Rukaiya
menatap Maham dengan tatapan yang berapi-api dan berkata, “Kau tahu dengan baik
bagaimana menaburkan garam pada luka bakar... Aku tidak mengharapkan semua ini
darimu... Bagaimana bisa kau mengejekku seperti ini...”
Maham
membentaknya kembali, “Dan aku juga tidak mengharapkan ini darimu, hanya bisa
menangis pada takdirmu tanpa membuat usaha...”
Rukaiya
memandang Maham dengan penghinaan dan menjawab, “Kendalikan lidahmu Maham...
Kau jangan lupa bahwa aku Begum-e-Khaas Kesultanan ini dan nilaimu di Istana
ini tidak lebih dari seperti pekerja biasa... Bahkan hari ini aku memiliki
kontrol penuh atas Harem Mughal... Jadi kau lebih baik berbicara kepadaku
dengan hormat...”
Maham merasa
terbakar tapi entah bagaimana ia berhasil menelan kemarahan dan menjawab dengan
nada sangat tenang, “Maafkan atas kelancanganku Begum e Khaas... aku tidak
bermaksud menyakitimu... aku telah melihatmu tumbuh di depan mataku.. Aku
selalu memperlakukanmu seperti putriku sendiri... Hatiku terbakar melihat Jodha
membawa Jalal menjauh darimu... Aku hanya ingin membuatmu menyadari keberanaran
dan membantumu dengan menghilangkan hambatan terbesar dari jalanmu... Tapi aku
rasa kau salah paham.. Tetapi cara apapun... aku rasa aku tidak punya pekerjaan
yang tersisa di sini sekarang... Aku akan meninggalkanmu... Tuhan
memberkatimu...”
Rukaiya
menyadari kebutuhan situasi. Bagaimanapun juga dia ingin mendapatkannya
menyingkirkan Jalal dari cengkeraman Jodha. Dengan suara berat dia berkata,
“Tunggu Maham Anga... Katakan padaku dengan jelas apa yang ingin kau katakan...
Aku bisa melakukan apa sjaa untuk mendapatkan Jalalku kembali...”
Maham
menyeringai. Dia tahu tanpa melibatkan Rukaiya dalam renacananya, ia tidak akan
bisa berhasil. Dia menoleh padnaya dengan dengan sedikit seringai di wajahnya
ia berkata, “Kemudian dengarkan...” Dia datang dekat telinganya dan membisikkan
tetang seluruh rencananya.
Setelah
mendengar rencananya wajah Rukaiya sangat terkejut dan takut. Dia memandang
Maham dan bertanya, “Apakah kau yakin rencana ini akan berhasil???”
Maham
memberinya seringai jahat dan menjawab, “Rencana ini akan berhasil hanya jika
kau memiliki keyakinan penuh padaku...”
Rukaiya
dan Maham keduanya tersenyum jahat.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Siang itu
begitu cerah dan sejuk. Tiga hari telah berlalu dan Jodha sangat merindukan
Jalal. Dia duduk di bangku taman, pikirannya melayang sementara Reva bermain
dengan Rahim. Mereka sedang berjalan di taman. Mereka bermain banyak permainan
tapi Rahim mulai bosan dengannya. Dia akhirnya mendekati Jodha dan dalam nada
marah berkata, “Choti Ammi jaan... Aku tidak ingin bermain dengan Reva... Aku
bosan bermain dengan permainan lamanya yang selalu sama...”
Jalal
melihat Jodha dan Rahim berbicara dari agak jauh. Dia ingin mengejutkan Jodha.
Sehingga ia bersembunyi di balik pohon dan mendengarkan mereka berbicara manis.
Jodha
tersenyum melihat Rahim marah. Dia memanggilnya - “Kemarilah Rahim...” Rahim
duduk di pangkuannya dan dia bertanya lebih lanjut - “Hmmm... Sekarang katakan
padaku apa yang terjadi dengan Pangeran kecilku...”
Rahim
dengan ekspresi sedih dan nada marah berkata -”Choti Ami jaan... aku tidak
memiliki siapapun untuk diajak bermain... Dan ketika aku bertanya pada ammi
jaan untuk memberiku saudara dia tidak menjawab hal itu... Hari ini, aku mengeluh
kepada dadi jaan tentang hal itu... Tapi dia mengatakan bahwa kau akan memberiku
saudara... Semua orang mengelak... Tidak ada yang peduli tentangku... Dan Reva
ini juga memainkan permainan lama yang sama lagi dan lagi... aku tidak suka
bermain dengannya lagi...”
Ketika
berbicara dengan Jodha. Rahim melihat Salima yang datang ke arah mereka. Ia
dengan cepat melompat dari pangkuannya Jodha dan berlari pergi memanggil Salima
- “Ayo Ammi jaan... Datang dan tangkap aku... “
Ucapan
Rahim yang manis dan polos membuat Jodha menitikkan air mata.
Karena saat
malam pertama mereka, hati Jodha dipenuhi dengan keinginan untuk menjadi
seorang ibu. Akhir-akhir ini, kerinduan ini menjadi lebih dan lebih kuat. Ia
menyembunyikan keinginannya dari semua orang termasuk Jalal tetapi dia menangis
selama satu jam ketika ia menstruasi terakhir kali. Sudah dua bulan sejak malam
pertama mereka dan sekarang setiap kali dia melihat bayi, dia semakin mendambakan
anak.
Reva melihat
mata Jodha yang berkaca-kaca. Dia duduk di arah yang berlawanan dari Jodha dan
bertanya padanya - “Ada masalah apa Jodha??? Mengapa kau begitu marah setelah
mendengar Rahim??? Dan mengapa air mata ini di matamu??? “
Air mata
Jodha semakin deras dan dia mulai menangis.
Hati Jalal
terasa sakit melihat Jodha menangis. Dia terkejut melihat dia terisak-isak dan
berpikir apa yang terjadi padanya tiba-tiba?
“Reva...
kau tahu... Terakhir kali, ketika aku periode bulanan, aku begitu marah dan berteriak...
“
Reva
melihat Jalal mendengarkan percakapan mereka dan berjalan ke arah mereka. Ia
memberikan sinyal kepada Reva untuk tidak mengatakan apa-apa.
Jodha
terus berbicara - ”Reva... Apakah kau tahu akhir-akhir ini aku merasa seperti
aku bukanlah wanita sempurna... setiap kali aku melihat bayi kecil aku sangat
ingin untuk memiliki anakku sendiri... aku benar-benar ingin punya bayi kecil
bermain dalam pelukanku, manis... aku ingin mendengar sedikit tawa bayi... Aku
ingin bahwa seluruh Istana bahagia dengan kehadiran bayi... Aku ingin
memberikan Shahenshah ahli warisnya... Inilah Nazar (mannat) ku saat pergi ke Kuil
Ambe Mata... “
Reva
bangkit dari sana diam-diam dan menjauh dari sana dengan tawa.
Jodha
merasa terganggu melihatnya cekikikan dan melarikan diri dari dia tiba-tiba...
Jalal
tersenyum melihat wajah marah setelah tiga hari. Dia masih tidak bisa
melihatnya... Jalal datang dari belakang dan duduk di bangku... dan dengan
hati-hati menyeka matanya. Tiba-tiba ia menyadari kehadiran Jalal. Dia mengangkat
matanya yang basah dan melihat Jalal di depannya. Matanya merekah dengan
kebahagiaan.
Jodha
tiba-tiba menyadari bahwa Jalal mendengarkan percakapannya dengan Reva dan dia
merasa sangat malu.”Shahenshah... Mengapa kau selalu mendengarkan pembicaraan
rahasiaku bersama Reva???”
Jalal
dengan seringai - “Maka mengapa kau selalu berbicara kepadanya tentang aku diam-diam???”
Jodha
berpaling ke arahnya - ”Tapi... aku hanya mengatakan bahwa...”dia tidak
menemukan kata apapun untuk menyelesaikan kalimatnya. Dia merasa sangat malu
dan memerah di seluruh wajahnya.
Jalal
menangkupkan wajahnya dengan cinta dan berkata - “Hmmm... Jadi Begum kecilku ingin
menjadi seorang ibu...”Dia berhenti sejenak kemudian pura-pura marah - ”tapi
aku sangat marah denganmu Jodha... Mengapa kau menyembunyikan perasaan luar
biasa ini dariku??? Aku tidak tahu Begumku begitu putus asa untuk menjadi
seorang ibu... aku berharap Tuhan memenuhi keinginkanmu ini segera...“ Ia
melihat ke arah langit dan berkata “Ameen...”
Jodha menundukkan
pandangannya dan dengan malu berkata - “Shahenshah... Bagaimana aku harus
memberitahumu tentang ini...”
Jalal
menikmati melihat nya memerah dan dengan nada menggoda berkata - ”Dan apa gunanya
berbagi keinginanmu dengan orang lain... Kapan saja aku dapat memenuhi keinginanmu
ini... Reva tidak melakukan apa-apa di dalamnya... Dan Kanhamu sendiri
mengatakan... Hanya tetap melakukan kerja keras dan jangan khawatir tentang
hasilnya...” Dia berhenti sejenak dan melanjutkan dengan nada sensual -”Melangkah
ke depan, aku akan hanya memiliki satu tujuan dan itu adalah untuk memenuhi
keinginanmu... Aku tidak akan mendengarkan lagi... Sehari-hari kita akan
melakukannya tiga kali selama hari dan dua kali waktu malam...” Jalal
mengedipkan mata padanya.
Mulut
Jodha terbuka, dia terlalu malu akan hal ini.
Jalal menyeringai
melihat wajahnya malu-malu dan dalam waktu singkat membawanya dalam pelukannya.
Jodha terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba - “Apa yang kau lakukan
Shahenshah???”
Jalal
memandangnya nakal dan berbisik - “Aku hanya berusaha memenuhi tugas aku untuk
mencapai keinginanmu Jodha Begum...”
Rukaiya
dan Maham memainkan permainan besar mereka...