Written
by Bhavini Shah
Mata Maham
penuh air mata setelah mendengar kata-kata Adham yang penuh kepahitan... dia menjawab
dengan nada sedih “Adham, kau sungguh berpikir aku tidak menyayangimu... Menurutmu
kenapa aku selalu mendukung Jalal? Demi kau... agar kau mendapatkan rasa hormat
dan jabatan yang tinggi... Menurutmu kenapa aku lebih mementingkan Jalal
daripada dirimu... hanya karena dia tunduk padaku... Adham kau adalah putraku dan aku menyayangimu
melebihi hidupku sendiri...”
Kemarahan
Adham semakin menjadi apalagi setelah melihat tangis di mata Maham... dia
berteriak dengan kasar “Hentikan kepura-puraanmu di depanku... Kau bisa
memainkan permainan manipulatif ini dengan putra tersayangmu Jalal... Aku tahu
benar dirimu... kau orang paling egois dan wanita yang menjijikkan yang pernah
kukenal... aku membencimu lebih dari kebencianku pada Jalal.”
Maham
berbalik marah mendengar kata-kata Adham yang tidak hormat padanya “Kau
menyebutku egois... dan penuh kebohongan... dan kau kira air mataku palsu... jadi
dengarlah, air mataku... yang kau sebut hanya pura-pura, telah menyelamatkanmu
hari ini... aku sudah bekerja sangat keras untuk mencapai posisi ini... aku
juga sudah mencoba menjelaskannya padamu berulang-ulang kali... suatu hari
kemarahanmu akan menghancurkan semuanya... kau bukan raja dan sayangnya kau
juga tidak berotak, kau tidak tahu kapan saatnya kau bicara dan kapan saatnya
kau menunjukkan amarahmu... karena kebodohanmu hari ini kau tidak menghasilkan
apa-apa... keberadaanmu di Saltanat ini tidak dianggap penting lagi jadi jangan
berteriak padaku... Aku tetaplah Vajir E Aliya... Saat kau tahu Jalal
tergila-gila pada wanita Rajvanshi itu, kau tetap mengucapkan kata-kata kotor
padanya di depan seluruh dewan... Bodohnya kau... Kau lebih buruk dari
Javeda...”
Dengan
kemarahan Adham berteriak bahkan lebih keras “Cukup omong kosongmu... Tutup
mulut berbisamu itu... aku lelah dengan semua alasanmu setiap hari... akan
kutunjukkan padamu siapa diriku! Kau akan menyesal... Sudah waktunya
bertindak...” Adham mendorong Maham dengan kasar dan melangkah keluar dari
kamar itu membawa seluruh kemarahannya.
Maham
gemetar melihat kemarahan yang begitu besar... dia melihat kepergian Adham dari
kamarnya dengan penuh tangisan.... dan berbisik memanggil Adham... Aku
menyayangimu melebihi hidupku...
Konspirasi Adham
Setelah
menutup pertemuan di Diwan E khaas, Jalal melangkah keluar... dengan perasaan
tertekan... hatinya hancur melihat semua administrator Mughal bertentangan
dengannya... Dia bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang besar yang akan terjadi
dan dia berpikir bahwa konspirasi besar-besaran untuk melawannya adalah hasil
akhirnya... Dia merencanakan strategi menyusupkan seseorang dan dia sedang
memilih nama-nama dalam pikirannya... Jalal terhanyut dalam pikirannya sendiri
ketika berjalan menuju ruang senjata... untuk menemui pengawal pribadinya... saat
itulah Abdul datang berlari ke arahnya... Menangkap kekhawatiran di wajahnya
Jalal bertanya “Abdul, ada apa.... kenapa kau kelihatan tertekan?”
Dengan
ekspresi yang sangat serius dia menjawab “Shahenshah... Ada masalah yang sangat
serius dan berbahaya... Mata-mata kita punya informasi kalau Adham
berkonspirasi untuk membunuhmu... dan menurut informasi itu juga dia berencana akan
menyerangmu malam ini. Tapi yang mengejutkan dia bahkan tahu rencana rahasiamu,
bahwa kau akan mengunjungi warga desa dengan menyamar... dan saat kau akan
menyeberangi sungai, saat itulah dia berencana menyerangmu dengan beberapa
pengawalnya... Sebaiknya kau membatalkan rencanamu malam ini...”
Mata Jalal
melebar penuh amarah... Dia menarik napas dalam-dalam dan dengan marah berkata
“Aku tidak percaya jika Adham bisa bertindak serendah indah... Aku selalu
memperlakukannya seperti saudaraku sendiri tapi dia tidak layak untuk
dihormati... Cukup... Aku tidak akan membiarkannya begitu saja kali ini...” Dia
menggertakkan giginya menahan amarah... Beberapa saat kemudian dia bertanya
pada Abdul “Berapa banyak orang yang tahu tentang rencana pribadiku??”
Abdul
menjawab “Sangat sedikit, Shahenshah... Ibu angkat... Atgha Shahib... Shariffudin...
dan aku... Apa kau memberitahu orang lain lagi tentang rencanamu malam ini??”
“Tidak,
aku bahkan belum memberitahu Ratu Jodha... Ini rencana yang tiba-tiba dan aku
baru memikirkannya beberapa saat yang lalu... jadi bagaimana dia sudah tahu
informasi ini...”
“Shahenshah...
apakah mungkin Ibu angkat???” Abdul dengan ragu berkata.
“Aku tidak
punya dugaan apa-apa sekarang tapi mari kita fokus pada rencana untuk
menangkap basah dirinya... Pertama aku
tidak bisa mempercayai siapapun disini sekarang... mungkin saja salah satu
pengawal atau menteri juga terlibat hal ini... Jadi pertama kita harus tahu
berapa banyak prajurit yang benar-benar bisa dipercaya... kita butuh sedikitnya
empat puluh prajurit terpercaya...”
Abdul
menjawab “Shahenshah, aku bisa mengatur itu dengan mudah...”
Jalal
memerintahkan Abdul “Dengar baik-baik Abdul... awalnya aku akan pergi sendirian
lalu beberapa menit kemudian siapkan dua puluh prajurit di belakangku
bersembunyi di semak-semak... Pastikan kau mengirim mereka diam-diam... kalau
tidak Adham akan mengubah rencananya... Mereka tidak akan menyerangku hingga
aku sudah naik perahu... Jadi kirimkan seseorang dengan menyamar memakai
jubahku.... dan aku akan bersembunyi di sana dan menunggu mereka menyerang... tapi
pastikan prajurit yang naik perahu adalah perenang yang handal dan memakai
semua pelindung badannya... Ketika mereka menyerang perahu kita akan menyerang
mereka dari belakang dan akan kutangkap Adham dengan mudah.”
Dengan
penuh konsentrasi, Abdul menjawab...”Shahenshah... kurasa kau mengambil resiiko
yang sangat besar.. .seharusnya kau tidak pergi dan biarkan orang lain yang
menjalankan rencana ini.”
Dengan
suara tertahan Jalal menjawab...”Abdul, sangat penting bagiku untuk menangkap
basah Adham... Jika masalah ini juga melibatkan orang lain bukan Adham maka aku
akan mendengarkan saranmu...”
Jalal
melompat ke atas kudanya dan berderap keluar istana menuju ke arah sungai... Abdul
pergi untuk menyiapkan prajurit-prajurit yang akan dikirim untuk melindungi
Jalal secara diam-diam.
Saat itu
menunjukkan pukul 5 sore... Jodha ingin menemui Jalal, jadi dia berjalan ke
arah Diwan E Khaas dan tanpa sengaja dia mendengar beberapa orang sedang
berbicara dari dalam ruang senjata... Dia mendengar... Jalal akan segera mati
hari ini bagaimanapun caranya... Terhenyak dan dengan wajah ketakutan dia
berhenti untuk mendengar lebih jelas... Adham berbicara pada salah satu anak
buahnya tentang rencananya membunuh Raja... Jodha mendengar semuanya dan saat
mengintip ke dalam dia melihat Adham... Dia tak percaya Adham lah yang
berkonspirasi melawan Jalal... Dia sangat ketakutan bahkan tidak mampu
menggerakkan tubuhnya selama beberapa detik... Setelah beberapa saat dia
menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberaniannya dan mengendalikan
dirinya. Kemudian Jodha berjalan dan berlalu dari tempat itu tanpa menimbulkan suara
sama sekali....
Dia ingin
segera memberitahu Jalal semuanya tentang konspirasi Adham untuk membunuhnya...
dia berlari menuju ke Diwan E Khaas tapi tidak ada seorangpun disana... Dia
bertanya pada salah satu Menteri dimana Shahenshah... Menteri itu memberitahu
jika Shahenshah pergi keluar istana dan tidak akan kembali sampai besok.
Jantungnya serasa berhenti berdetak... dia berlari ke arah pintu gerbang untuk
menyusulnya... Jodha mencari Atgha Shahib... dan Abdul... keduanya juga pergi
keluar istana... (Abdul baru saja pergi beberapa saat sebelumnya) Dia tidak
tahu harus mempercayai siapa lagi untuk masalah ini. Informasi ini sangat
rahasia dan dia tidak tahu siapa lagi yang terlibat di dalamnya... Dia juga
baru diberitahu kalau Jalal baru saja pergi lima menit yang lalu.