By
Seni Hayati
“Lara yang kurasa sepertinya kini tak lagi berasa
Karena ada dirimu sebagai pendamping hidupku
Dirimu laksana obat bius yang melumpuhkan syaraf-syaraf nyeri
Hanya satu harapku
Jangan tinggalkan aku
Apapun adanya diriku
Apapun buruknya keadaan diriku
Karena AKU tidak akan pernah jadi KITA jikalau KAMU tidak ada
Tetaplah mencintaiku karena Alloh
Do'a malamu adalah perisaiku
Andai rasa frustasi menyapaku
Ingatlah agar aku tetap meletakan kepalku di atas lantai
Agar aku tetap sujud menyembah Rabb-Ku..sang penguasa kehidupan
(Alloh SWT)
Pasang surut imanku
Anggap sebagai coach/pelatih kesabaranmu
Karena aku ingin kau tetap bersamamu di surga-Nya
Ana Uhibbuki Fillah
(Seni Hayati, Bandung 2015)
“A..katakan padaku apa yang sedang terjadi, siapa yang menelephonmu?”
Jodha mencecar Jalal dengan pertanyaan..Jalal terlihat gugup sekaligus khawatir
“Bukan sesuatu yang penting sayang.. aku bisa mengatasinya.. percayalah”
“Aku mendengarnya.. mendengar tentang kau mengatakan tentang
perceraian..apa ada yang mengancammu?..katakanlah a..itulah fungsiku sebagai
seorang istri..menjadi tempatmu berbagi”
Jalal terlihat frustasi dengan desakan Jodha..Jodha membimbing Jalal
untuk duduk di kursi tunggu depan ruang ICU..Jalal menurut dengan pasrah..dia
menyandarkan sikunya diatas lutut..bertopang dagu dengan tatapan sedih sambil
menatap Jodha
“Kamu sungguh ingin mendengarnya sayang?”
Jodha mengangguk mengiyakan sambil mengerutkan halisnya.. tatapannya
memohon
“yang tadi menelophon ayahmu.. tuan Barmal..dia menyuruhku agar
aku...menceraikanmu..klo tidak dia akan menghancurkan apapun yang aku miliki”
mendengar penuturan Jalal, Jodha nampak sock..Jalal kembali melanjutkan
ucapannya
“Dan aku memilih kamu” air mata tak sanggup lagi di bendung dari sudut
mata Jalal..dengan terbata-Jalal kembali bicara
“Apapun yang terjadi aku tidak akan menceraikanmu sayang..walau aku
kehilangan semua yang aku meiliki..walau aku kehilangan perusahananku..walau
dunia meninggalkanku aku akan tetap bertahan dengan rumah tangga kita..dengan
cinta kita karena kau hartaku yang paling berharga..karena kau yang telah
mengenalkanku pada Robb-Ku” hal yang sama terjadi pada Jodha aliran air mata
telah membanjiri pipinya. Perlahan Jodha mulai berkata
“Tapi A..perusahaan itu peninggalan ayahmu..dan menjadi seorang CEO
adalah mimpimu..jika kau memilihku berarti aku menghancurkanmu, menghancurkan
mimpimu..aku tau ayahku A..dia tidak main-main dengan apa yang
diucapkannya..dia akan menghancurkan apapun yang menghalangi keinginannya..sebaiknya
aa turuti kata-kata ayah..ceraikan aku..aku tak pantas mendapat perlakuan
istimewa dari mu A” Jalal segera menarik Jodha kedalam pelukannya. Mereka
berdua kini menangis.
“Sayang..sekuat apapun badai yang menghantam rumah tangga kita..kumohon
jangan pernah meminta cerai dariku..aku tidak akan mengucapkan kata itu sampai
nyawa meninggalkan jasadku” Jalal mempererat pelukannya, berkali-kali dia
mencium kepala Jodha dari balik hijab
“Tapi..a..”
“Tidak ada kata 'tapi'..aku sudah pernah kehilanganmu sekali..dan tidak
ingin kau pergi lagi..kau tau kehilanganmu rasanya seperti membunuhku” Jalal
melepaskan pelukannya..memegang kedua bahu Jodha..mengarahkan agar Jodha
menatapnya
“Sayang berjanjilah..apapun yang terjadi kau selau ada di sisiku..kau
adalah separuh jiwaku....ya? (Jalal memohon) berjanjilah kumohon” Jodha masih
diam, terlihat klo dia sedang berfikir..suara batin Jodha berkecamuk
'Apa yang akan kau lakukan Jodha..membiarkan suamimu kehilangan semua
yang dia miliki..klo kamu berbuat seperti itu kberarti amu egois Jodha..lebih
baik kamu pergi..dan Jalal akan aman..dia tidak akan kehilangan
perusahaannya..mimpinya'..Jalal seolah punya firasat klo Jodha tidak ingin
dirinya menderita karena ulah ayahnya..Jalal kini berlutut di hadapan Jodha yang
masih duduk, kepala sejajar dengan dada Jodha, tangannya menggenggam tangan
Jodha
“A..apa yang kamu lakukan..ayo bangun..tidak pantas suami berlaku
seperti itu!”
“Tidak sayang..aku tidak akan bangun sampai kau mau berjanji akan tetap
bersamaku..menjaga pernikahan kita”
“A..kumohon jangan kekanak-kanakan..aku tidak mau jadi orang egois, yang
hanya memikirkan diriku, dan membiarkanmu berkorban begitu banyak..tidak A”
“Jo..justru kamu egois klo kamu meninggalkanku..kau sebagai seorang
akhwat lebih mahfum akan janji suci pernikahan..susah senang bersama..pahit
getir berdua..apalah artinya aku kehilangan harta..harta bisa kita cari
lagi..semua itu hanya titipan Alloh..kapanpun sang penitip mengambil aku harus
merelakannya..dan klo saat ini Alloh ingin mengambilnya..aku rela..bukannya kau
yang bilang kita harus bergantung sepenuhnya pada Robb kita..kenapa kamu jadi
pengecut seperti ini hemm?”
Terlihat dari kejauhan dokter berjalan ke arah mereka
“A..ayo bangun..ada dokter datang”
“Tidak..aa akan tetap berlutu..sampai kau mau berjanji” Jodha terlihat
kesal..dia memutar bola matanya
“Baiklah..aku berjanji..aku akan selalu bersamamu apapun keadaanmu”
Jalal tersenyum bahagia..dia menciumi jemari Jodha
“Syukron sayang”
“Ayo bangun!” perintah Jodha greget dengan Jalal yang masih saja
berlutut, akhirnya Jalalpun bangun dan duduk kembali di samping Jodha.
**
Seorang dokter bernama Fikri memasuki ruangan ammijan, diikuti dengan
Jalal dan Jodha..dokter Fikri nampak
khawatir...beberapa suster menghampirinya, sepertinya kondisi ibu anda
melemah..
“Kita harus segera melakukan tindakan” dokter Fikri menyuruh Jalal dan
Jodha menunggu di luar...
“Ayo..sayang” Jodha menarik tangan Jalal yang merasa terpukul dengan
kondisi ammijannya.
“Ammi..bejuang..hiduplah untuk aku” ratap Jalal sambil mengikuti tarikan
tangan Jodha..namun tidak melepaskan tatapannya pada ammijan.
“Apapun yang terjadi..itu yang terbaik menurut Alloh..berdo'alah.”
Mereka kini melangkah menuju mushola..mengambil air wudhu dan menunaikan
shalat sunat..memohon yang terbaik pada sang Khalik, zat yang maha menghidupkan
dan maha mematikan setiap makhluk. Kini mereka larut dalam sujud yang penuh
pengharapkan.
Perlahan Jodha bangkit, tangannya membelai punggung Jalal mencoba
memberikan kekuatan..Jalal ikut bangkit dari sujudnya lalu membenamkan
kepalanya di dada Jodha, seolah mencoba berbagi ketakutan yang sedang
melandanya
“Jo..bagai mana klo ammijam meninggalkanku..dia satu-satunya keluarga
yang aku punya” suara Jalal serak..dengan penuh kasih sayang Jodha membelai
rambut suaminya..mencium pucuk kepala Jalal
“Jangan putus berharap sayang..meski kita tau setiap yang bernyawa basti
akan berakhir dengan kematian..termasuk juga kita...satu lagi yang harus kamu
tau..kamu masih punya aku sebagai keluargamu yang selalu siap menjadi tempat
kembali dan berbagi”
***
Jodha dan Jalal telah kembali ke ruang ICU, dokter Fikri nampak sedang
menunggu mereka
“Pa Jalal..ma'af kami tidak bisa menolong ibu anda” meski hal itu sudah
diduganya, tetap saja Jalal dan Jodha tidak bisa menyembunyikan kesedihan,
perlahan mereka menghampiri jasad ammijan yang telah terbujur kaku, Jalal duduk
lemas di samping ammijan..satu persatu memori indah bersama ammijan melintas di
fikirannya..saat ammijan membacakan dongeng sebelum tidur, saat mengantarnya
kesekolah, kecemasan saat dirinya sakit..bahkan ammijan pernah tidak tidur
semaleman saat Jalal sakit DBD..hingga saat dewasa hubungannya dengan ammijan
mulai renggang, dia mulai sering bertengkar dengan ammijan yang dirasa terlalu
overprotektif, dia terdampar dalam pergaulan rusak, hingga suatu saat ammiijan
memberikannya seorang istri yang menjadi titik tolak penyebab perubahan seorang Jalal..ammijan adalah sosok
yang begitu berarti dalam hidupnya, dialah satu-satunya orang yang tanpa putus
asa mensuportnya agar jadi manusia yang lebih baik...Jalal menyeka air mata
yang merembes dari ujung matanya..
“Ammi..aku ikhlas dengan kepergianmu..satu hal yang membuatu kecewa
adalah aku belum sempat berbuat banyak untukmu mi”
“Sayang..jadilah anak yang shaleh..yang selalu mendoakan kedua orang
tuanya..do'amu akan selalu menjadi tambahan amal buatnya...kita do'akan semoga
ammi mendapat tempat yang lebih indah dari tempatnya di dunia, mendapat teman
yang lebih baik dari temannya didunia, kedudukan yang lebih baik dari
kedudukannya didunia, kasih sayang yang lebih baik dari kasih sayangnya
didunia.”
****
Di sebuah rumah sederhana yang menghadap area pesawahan di pinggiran
kota Bandung, nampak seorang wanita cantik berhijab lebar sedang menyiapkan
makanan, sepertinya dia hendak mengantarkan makanan tersebut buat seseorang,
wajahnya nampak sumringah dan segar meski tanpa makeup.
Kini dia mengenakan tudung caping ala pa Tani yang bertengger
dikepalanya yang berhijab..menyusuri pematang sawah.
Dia nampak ramah, itu terbukti dari senyuman yang selalu tersungging
dari bibirnya beserta anggukan sopan ketika berpapasan dengan orang...tak lama
ia sampai ketempat yang dituju..seorang laki-laki tampan meski dalam balutan
baju yang sederhana menyambutnya dengan rona bahagia,,laki-laki itu mencuci
kakinya yang penuh lumpur sawah di pancuran samping gubuk panggung sederhana
namun nampak bersih..(hehe..menulis scene ini seperti sedang menceritakan kang
Kabayan dan Nyi Iteung, abaikan)
“Assalamu'alaikum sayang..gimana rasanya jadi CEO leutak (leutak=lumpur)”
“Wa'alikumsalam..CEO yang bergelut dengan cangkul ternyata lebih membuat
tubuhku sehat, di bandingkan CEO yang duduk manis dibalik meja sambil
menandatangani dokumen” keduanyapun tertawa tanpa beban..ya itulah Jalal dan
Joda.
Sudah 6 bulan tinggal disini, kebangkrutan menimpa mereka, dana talangan
yang di pinjamkan Barmal menjadi hutang yang bunganya berbunga lagi hingga tak
sanggup di bayar oleh Jalal, seluruh harta Jalal termasuk perusahaan, rumah,
dan mobil di sita semua oleh Barmal. Beruntung Jodha masih punya simpanan uang
belanja dari Jalal yang selalu ia sisakan tiap bulannya, hingga ia bisa membeli
sebuah rumah sederhana di daerah Banjaran di pinggiran kota Bandung..dengan
halaman yang cukup luas untuk menanam beberapa jenis sayuran..ditambah sepetak
sawah yang lumayang bisa mengusir kejenuhan Jalal.
Ruamh mereka tiap sore ramai dikunjungi anak-anak kampung yang ingin
belajar ngaji..Jodha dan Jalal menjadi semacam guru sukarelawan di kampung
tersebut yang taraf pendidikannya masih rendah, meski terbilang keluarga muda
Jodha dan Jalal di jadikan panutan bagi warga kampung..di akhir pekan Jalal
atau Jodha sering di daulat mengisi ceramah di masjid kampung tersebut.
“Hai..ayo kita makan, kenapa melamun?” tanya Jalal menegur istri
tercintanya..
“Kau nampak sedikit hitam dan kurus a”
“Memang kenapa hemm? apa kau tidak mencintaiku lagi?” Jalal mendekati
Jodha dan tanpa permisi mencium pipi Jodha.
“Tak peduli peran yang diberikan Alloh seperti apa..aku akan tetap
mencintai suamiku, meski kulitmu menghitam..bahkan kau jadi aki-aki peot
sekalipun..”
“Klo suamimu jadi aki-aki peot berarti kamu juga udah jadi nenek-nenek
keriput dong...hehehe”
“Terus klo aku udah keriput..aa mau cari yang baru lagi?!” Jodha
bertanya sambil melotot
“Sayang..meski nanti kamu berubah bentuk jadi melebar atau membesar
cintaku tidak akan berubah..aku mendapatkan cantikmu dan harus menerima apapun
jadinyakamu karena aku mencintai apa yg ada di balik fisikmu, aku mencintai
hatimu”
“Apa kau menikmati peranmu sekarang a..??”
“Roda dunia itu perputar ..mau tidak mau, siap tidak siap, suka tiidak
suka, kita harus mau, harus siap, dan harus suka dengan peran apapun yang Alloh
berikan..peran sebagai seorang CEO, sebagai petani, sebagai orang kaya, sebagai
orang miskin, semuanya harus siap kita jalani..bahagia itu soal rasa bukan soal
status..bahagia itu adanya di hati kita, pekan menurut pandangan orang..dan
satu hal yang membuatku bahagia adalah adanya dirimu disisiku Jo”
Mereka kini menikmati santap siang..meski dengan menu yang sederhana,
tumis kangkung, tahu, tempe, ikan asin, dan sambal, tapi berasa nikmatnya,
terlebih memasaknya menggunakan cinta.
Azan dzuhur berkumandang, mereka mengambil air mudu di pancuran dan menuanikan shalat
berjamaah di gubuk sawah sederhana di temani semilir angin yang bertiup
sepoy-sepoy..menambah kekhusuan..terasa sangat dekat dengan alam, terasa sangat
dekat dengan zat yang menguasai keindahan.
* * *
* * * * * * * * * * * * * *
(TBC..sekitar
satu partan lg end)