“Kenapa
dia mempunyai foto ini. Aku harus menanyakan hal ini pada Benazir, apa dia yang
telah mengirin foto tidak benar tentang diri ku pada mu. Aku tidak ingin ada
seorang pun yang ingin menghancurkan rumah tangga kita. “ kata Jalal dengan
geram.
Benazir telah
datang sambil menyunggingkan senyum nya tanpa ada rasa bersalah sedikit pun.
Dia belum mengetahui kalau Jalal telah melihat isi amplop yang di bawa nya
tadi.
“Apa kau
tdak ingin pergi sekarang juga dari rumah ku. Sebelum aku benar-benar akan
mengusir mu dgn cara paksa.” kata Jalal tenang, namun kata-kata nya benar-benar
sangat tepat menusuk langsung ke dlm hati Benazir yg langsung menangkap alarm
tanda bahasa melihat pada Jalal yg mendadak menjadi berubah merah padam.
“Jalal,
apa maksud mu? Aku tdk mengerti sama sekali, kemana arah pembicaraan mu. Tolong
kata kan pada ku, apa yg terjadi pada mu?” Tanya Benazir yg msh mencoba
bersembunyi dari kedok nya.
“Kau ini,
msh tdk mau mengakui kelakuan mu juga Benazir. Coba lihat amplop mu itu, kau
sudah mencoba menghancurkan rumah tangga ku dgn Jodha. Padahal selama ini, kita
selalu berteman sangat baik. Tapi, kau malah menghancurkan persahabatan kita,
karena ingin menghancurkan keluarga ku. Aku benar-benar tdk menyangka kau akan
berbuat seperti itu pada ku.”
“Jalal....
Aku tdk ingin kau berpikiran negatif tentang ku. Kau dengarkanlah dulu
penjelasan ku Jalal. Aku sangat mencintai mu sejak dulu, tapi kau malah menikah
dengan gadis lain & membuat luka hati ku. Tak bisakah kau mengerti diri ku
sedikit saja, kalau aku sangat mencintai mu Jalal.”
“Berhenti
Benazir.... Aku tidak ingin mendengar kau bicara apa pun lg. Sekarang pergilah,
& jgn pernah berani nya menginjakkan kaki mu di rumah ku lg. Kau lupakan
saja persahabatan kita dulu. Aku sudah tdk ingin mempunyai hubungan apa pun
pada mu.” kata Jalal sambil mendorong tubuh Benazir keluar dari pintu rumah
nya.
“Jalal...
Kau tdk boleh kasar pada nya.” kata Jodha sambil membantu Benazir bangkit. “Nona...
Maafkan suami ku, dia hanya sdg sgt emosi saat ini. Aku mohon, nona pergilah,
aku tdk ingin Jalal akan berbuat lebih kasar lg pada Nona.” kata Jodha pada
Benazir yang tersungkur di lantai teras rumah.
Benazir
menghempaskan tangan Jodha dengan kasar, lalu pergi dari sana dengan hati yang
sangat terluka. “Jalal... Kenapa kau sangat kasar sekali pada nya? Wajar kalau
dia melakukan itu, karna dia mencintai mu. Jadi, kau tadi seharus nya
bersikaplah sedikit lebih sopan pada seorang wanita. Apalagi, dia dulu nya
adalah teman masa kecil mu. Aku tidak suka kalau suami ku bersikap seperti
tadi.” kata Jodha yang sudah berada tepat di hadapan Jalal.
“Hah...
Aku benar-benar tidak bisa mengerti dengan diri mu Jodha. Kau sudah tau dia
ingin menghancurkan rumah tangga kita, tapi kau masih tetap saja membela nya.”
Jalal kemudian pergi dari sana dan meninggalkan Jodha seorang diri di depan
pintu masuk yang masih menganga tak percaya mendengar kata-kata Jalal tadi.
Seperti nya Jalal memang sudah tidak bisa di rubah menjadi orang yang berhati
seperti layak nya manusia lain, dia bahkan memperlakukan seorang wanita dengan
begitu kasar seperti tadi.
“Dia
seperti nya tidak bisa di rubah menjadi seseorang yang lebih berperasaan lagi.
Aku sendiri, bahkan merasa gagal menjadi istri nya.” kata Jodha yang masih
mematung di ambang pintu.
Sementara
itu dikamar nya, Jalal terlihat duduk di atas tempat tidur dengan kaki selonjor
dan punggung menyender di sisi tempat tidur. Dia membayangkan masa kecil nya
dulu saat bersama Ruqayah dan Benazir. Mereka selalu akrab sekali setiap hari
nya. Semasa SD, Jalal lah yang selalu menjadi pelindung mereka ketika mereka
tengah di jahili oleh sekelompok kakak kelas yang iseng dan membuat onar di
sekolah. Jalal selalu yang menjadi tempat mereka Curhat, saat masa Sekolah
menengah pertama dulu. Ruqayah dan Benazir sudah seperti saudara bagi nya.
Tapi, tiba-tiba Benazir datang dalam kehidupan nya dan merusak rumah tangga
dalam hubungan nya dengan Jodha. Dia masih belum percaya, Benazir melakukan hal
itu pada nya. “Aku tidak pernah menyangka kau akan melakukan hal seperti ini
pada ku Benazir. Kau yang dulu selalu menjadi teman terbaik ku, kini malah
menjadi penghancur rumah tangga ku dengan istri ku.” kata Jalal dalam hati.
Terdengar
suara decitan pintu terbuka, Jalal menghapus air mata nya cepat dan berpaling
ke arah yang lain. Jodha melangkah ke arah Jalal dan duduk di samping nya. “Kau
kenapa Jalal... Aku tau ini sangat berat bagi mu. Aku juga pernah merasakan
bagaimana rasa nya di hiatani oleh orang yang ku sayang. Tapi, semakin lama
rasa luka ku semakin menghilang dan pada akhir nya, aku bisa melupakan luka
itu. Memang tidak mudah untuk melaku kan nya, tapi berusaha lah Jalal. Aku tau,
aku tidak bisa berbuat banyak pada mu. Tapi, setidak nya kau bisa membuat diri
mu sendiri merasa bahagia untuk saat ini.” Jodha menolehkan wajah Jalal
menghadap nya. Air mata nya masih saja terus mengalir tanpa henti dari sudut
mata indah nya. “Jodha.... Aku sangat sulit untuk mempercayai ini, bahwa
Benazir lah yang telah ingin menghancurkan rumah tangga kita. Dia adalah orang
yang sangat mengerti dengan ku, kami selalu berbagi cerita & rahasia
bersama. Tapi kenapa dia menghianati ku Jodha? Aku benar-benar sulit sekali
untuk tetap bisa mempercayai bayangan ku sendiri.”
“Kalau
masih sulit untuk mempercayai hal ini, kau tdk perlu Percaya Jalal. Kau hanya
perlu mengingat semua kebaikan nya pada mu. Dia hanya membuat satu kesalahan
saja, tapi aku yakin dia sangat mempunyai banyak kebaikan pada mu. Mungkin
benar, walaupun seseorang telah banyak melakukan kebaikan, tapi dia melakukan
kejahatan setelah nya, maka kebaikan nya sudah tak terkenang karna kejahatan
nya. Jalal.... Mengertilah, semua orang pasti pernah melakukan kesalahan. Tdk
akan ada manusia yg sempura di bumi ini.”
“Jodha....
Aku sangat beruntung sekali mempunyai seorang istri seperti mu. Aku tdk akan
pernah mengecewakan mu.” Jalal menarik Jodha dlm pelukan nya. Ada rasa lega
& damai setelah bersama nya. Entah sejak kapan Jalal bisa merasakan
kenyamanan dgn Jodha, tapi yg jelas untuk saat ini dia sangat ingin memeluk
Jodha untuk meredakan sedikit saja rasa luka yg mendera hati nya.
“Jalal....
Kau ternyata cengeng sekali. Aku tdk akan pernah tau rahasia besar mu, kalau
aku tdk menikah dgn mu. Ku kira kau benar-benar sangat tidak punya hati, tapi
ternyata kau sangat lembut & perasa.” Jodha mengusap lembut punggung Jalal
untuk meredakan luka dalam diri nya. Hanya sentuhan nya, yg bisa sedikit
meredakan amarah dlm hati Jalal yg menggelora.
“Jodha....
Aku sangat mencintai mu. Kau jgn pernah berpikir akan meninggal kan ku. Aku tdk
akan pernah bisa membayangkan apa jadi nya hidup ku tanpa diri mu. Kau selalu
menjadi penenang dalam setiap emosi ku. Aku hanya bercanda soal mencintai
Benazir. Aku sangat mencintai mu. Kau jgn pernah mengecewakan ku lagi.” Jalal
semakin menarik tubuh Jodha sangat dalam di dekapan nya. Air mata nya berhenti
mengalir tak sederas tadi lagi. Jodha tersenyum mengingat kata-kata Jalal bahwa
dia mencintai nya.
Jodha
melepas pelukan Jalal lalu tersenyum bahagia menatap sosok laki-laki yang ada
di hadapan nya. “Aku boleh mendengar kata-kata mu tadi? Bisakah kau mengulangi
nya Jalal?” Jalal mendekatkan wajah nya ke wajah Jodha, dan berbisik pelan di
telinga nya. “Aku sangat mencintai mu Jodha. Aku benar-benar sangat mencintai
mu.” Jodha tersenyum, kemudian mencium pipi Jalal lembut. “Rasa nya, aku sudah
tidak sabar menunggu mu saat kau akan menyerahkan semua yang kau miliki untuk
ku.”
“Hah.....
Baiklah, kau pasti akan segera mendapatkan apa yang kau mau. Tapi, cepatlah
ganti baju mu sekarang. Kita harus segera menemui Surya.” Jodha membangkitkan
Jalal dan mengambilkan sebuah kemeja ganti untuk Jalal.
“Benarkah?”
“Hem...
Cepat bersiaplah. Aku juga akan mengganti pakaian ku. Kau di kamar mandi dan
aku di sini.”
“Apakah
kita tidak bisa mengganti pakaian kita di ruangan yang sama? Sebentar lagi kan
kita akan segera berbulan madu. Bukan begitu?”
“Sudah...
Jangan banyak berkata lagi Jalal. Sekarang cepatlah masuk ke kamar dan ganti
pakaian mu. Atau kau akan gagal mendapatkan yang kau inginkan itu.” Jodha
mendorong tubuh Jalal masuk ke dalam kamar mandi. “Aku akan secepatnya
mengganti pakaian ku Jodha.” teriak Jalal dari dalam kamar mandi. “Hah... Dia
memang sangat aneh jika sedang menginginkan sesuatu.” desah Jodha dalam hati
dan menuju ke lemari nya. Mengambil sebuah baju terusan selutut di padu dengan
rambut indah nya yang dia biarkan teruarai sebatas pinggang. Jodha mematutkan
diri di depat cermin sambil mengoleskan make up natural di wajah cantik nya.
Setelah di rasa sudah cukup, Jodha membuka kunci kamar mandi dan celingukan
mencari keberadaan Jalal.
“Jalal....
Kau dimana? Apakah kau kabur?” tanya Jodha setelah membuka pintu kamar mandi. “Hah,
hampi saja aku mati di dalam kamar mandi ini kalau kau tidak segera membuka kan
pintu nya.” Celetuk Jalal yang langsung hengkang dari balik pintu.
“Maafkan
aku Jalal. Aku kira kau membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengganti
pakaian mu.”
“Tapi
seharus nya, kau tidak perlu mengunci ku juga di dalam kamar mandi. Aku ini
laki-laki Jodha, untuk apa ada di kamar mandi selama itu. Kau kira aku sedang
apa di dalam sana?” celetuk Jalal lagi dengan tampang kesal.
“Ya
baiklah, aku memang yang salah. Sudah, kau jangan seperti anak kecil terus.
Sekarang ayo kita berangkat!”
“Tapi
sebelum berangkat, tak bisakah kau memberi ku sedikit saja nafas buatan. Aku
benar-benar sangat kekurangan oksigen saat ini” Jalal mempraktek kan gaya
seseorang yang tengah kehabisan nafas nya. Jodha hanya tertawa renyah, kemudian
menarik nafas perlahan dan CUP ..... Sebuah kecupan hangat mendarat di bibir
seksi Jalal singkat.
“Hah....”
Jalal mendesah lalu menatap puas ke arah Jodha. “Kenapa? Apa kau masih sesak
nafas juga ha?” tanya Jodha di buat dengan nada tidak perduli. “Jodha..,
Seperti nya aku harus sering kehabisan nafas dulu, agar kau mau mencium ku. Bukan
begitu?” tanya Jalal yang langsung membuat mata Indah Jodha melotot ke arah
nya. Jalal tidak menghiraukan tatapan mata Jodha yang terlihat seperti telur
mata sapi itu, dia berjalan keluar kamar dan menuruni anak tangga menuju garasi
mobil.
Jodha membutut
di belakang Jalal, kemudian menarik pintu mobil dan masuk ke dalam nya. Jalal
baru menyadari akan kecantikan Jodha begitu Jodha sangat berjarak dekat dengan
nya. Apalagi saat Jodha marah dan kesal pada nya, dia benar-benar terlihat
sangat cantik layak nya bidadari. Melihat bibir nya yang merah di poles oleh
lipstik, semakin menambah nilai kecantikan dan keseksian yang melekat pada
tubuh Jodha ramping itu.
“Kau
cantik sekali Jodha. Aku belum pernah melihat wanita secantik diri mu sebelum
nya.”
Jodha tersenyum
masam pada Jalal lalu mencubit pinggang nya panas. “Aw.... Sakit Jodha. Kenapa
kau mencubit ku. Apakah aku tidak boleh memuji kecantikan istri ku? Kau galak
sekali menjadi seorang wanita. Tak bisakah kau bersikap lebih lembut pada suami
mu yg tampan ini.” Jalal mengambil tangan Jodha dan mencium tangan lembut. “Sekarang
katakan pada ku tuan putri, kita akan pergi kemana?” tanya Jalal berlagak
seperti seorang kusir kuda. “Kita akan pergi menemui seorang pangeran tampan yg
saat ini berada di Giani Cafe. Bisakah kau melajukan kendaraan mu ini?” kata
Jodha tanpa merasa bersalah sedikitpun pd Jalal. “Pangeran? Seharus nya kau tdk
perlu mencari seorang pangeran lagi Jodha, karena sekarang pangeran yg kau cari
itu sudah berada tepat di hadapan mu.” Jalal menangkupkan ke dua tangan nya di
pipi Jodha, lalu berkata dgn nada sangat lembut “Kemana pun sekarang kau akan
pergi, aku akan mengantar mu istri ku. Ya seharus nya kau berterima kasih pada
dewa mu karna telah memberi mu seorang suami berhati dewa seperti ku. Tdk akan
pernah ada seorang suami pun yg akan merelakan istri nya menemui pria lain,
selain diri ku.” Kata Jalal & kemudian menancapkan gas mobil nya.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~