Translate by Chusnianti
Akhirnya pengumuman
dibuat untuk kedatangan Jodha dan hamidah ... Mata semua orang tertuju pada
Jodha yang sedang dalam perjalanan... Jodha berjalan perlahan-lahan seperti
mempelai yang baru menikah... Dia tampak seperti Ratu peri dari dunia peri...
Mereka semua sungguh merasa kagum dengan pernampilannya seperti Ratu Mughal...
Kecantikannya membuat setiap orang yang hadir di Diwan E Khaas terpesona...
Bahkan perempuan yang menatapnya tampak cemburu dengan kecantikannya....
Akhirnya, Jalal memandang ke arahnya dan tertegun melihatnya dalam pakaian
Mughal, dia tersenyum... Kecantikannya benar-benar membuat dia terpesona... Dia
tidak sanggup mengalihkan pandangannya dari Jodha...
Akhirnya Jodha datang
didekatnya dan memberi hormat kepadanya, “Pranam Shahenshah” Jalal tidak bisa mengalihkan
pandangannya dari Jodha... Jalal benar-benar terpesona dengan penampilan
barunya... ada senyum yang tersebar di wajahnya seolah-olah ia lupa tentang semuanya
yang terjadi dan mantra Kecantikan Jodha bekerja padanya... Perlahan-lahan Jodha
berjalan dan duduk di sampingnya... Jalal masih terus memandangnya... Ia
menatap Jodha dan menunggunya untuk melihat dia (Jalal)... akhirnya Jodha
perlahan-lahan mengangkat matanya dan sekilas menatap mata Jalal... Segera
setelah dia menatap matanya, dia mersa shock dan tubunya menggigil dan ia
kembali ke indranya lagi... Senyumnya hilang dari wajahnya...
Rukaiya dan Maham keduanya terkejut melihat Jodha
dalam pakaian Mughal... mata mereka penuh dengan kemarahan... Maham berkata
dalam nada sinis, “Oh... jadi inilah rencananya untuk membuat Jalal dibawah
kendalinya lagi, aku meremehkan begum licik ini... dia sangat cerdas seperti
rubah licik.”
Jalal berbisik di telinganya dengan tatapan bermusuhan,
“Akhirnya aku bisa melihat niatmu, tidak diragukan lagi kau hanya menginginkan
kekuasaan... Jodha... Hari itu wajahmu bersinar dalam kekuatan politik dan sebutan
Malika E Hindustan...” Jodha terkejut, dia memberikan senyuman pahit. Jalal
melihat ekspresi yang mengerikan, dia marah dan merasa terhina kemudian
memalingkan wajahnya...
Jashn dimulai... Banyak orang-orang penting yang diundang,
banyak program direncanakan... Setelah banyak pertunjukan yang menghibur dan pujian-pujian
dari semua orang. Sudah waktunya untuk upacara memberi makan manisan satu sama
lain sebelum fungsi yang lain.
Maulvis datang di depan Jalal dan Jodha dan memberkati
mereka berdua. Kemudian ia mengumumkan, “Sekarang Malika e Hindustan akan memberi
makanan manis pada Shahenshah... dan kita semua akan berdoa kepada Tuhan manisan
ini akan membasuh semua kepahitan dari kehidupan mereka dan mengisinya dengan kehidupan
yang manis.
Jodha mengambil
sepotong manis dan meneruskan tangannya dekat mulut Jalal... dia mengingat
bagaimana Jalal selalu memegang tangannya dan makan manisan... Jalal memegang
tangannya dan menunggu Jodha untuk menatapnya... Segera setelah mata mereka
bertemu, Jalal makan dari tangannya, dia menggigit sedikit manisan dari
tangannya... Hati Jodha seakan teriris menjadi potongan-potongan kecil...
Hatinya benar-benar hancur, bahkan dia sekarang berpikir tidak ingin makan
sepotong manisan dari tangannya... Tenggorokannya terkekat, dia bahkan tidak mampu
menahan air matanya. Sementara Jalal justru tersenyum atas kemenangannya... **Saya
benar-benar ingin menjitak kepala Jalal karena kelakuannya ini...!!!**
Kemudian senyum Jalal menghilang. Dia tidak mampi
menatap matanya lagi.. Dia sendiri tidak mengerti apa yang mengganggunya...
rasa sakit Jodha atau kata-katanya sendiri. Dia sangat marah pada dirinya
sendiri, tetapi dia sadar bahwa dia tidak akan menerima kekalahannya... Dia
ingin menghancurkan ego Jodha.. Dia ingin menyakitinya dengan memutusan semua
ikatan darinya sehingga Jodha tidak akan pernah berani datang kepadanya.
Maulvis mengumumkan, “Shahenshah akan memberi manisan kepada
Malika e Hindustan sekarang dan memberikan berkah dan manisnya padanya...”
Jalal mengambil sepotong manis dari piring dan meneruskan
tangannya terhadap dirinya dengan tatapan tajam... Ia meneruskan tangannya ke
mulutnya... dia hampir meletakkan manis di mulutnya tetapi kemudian pada detik
terakhir, ia menarik tangannya dan berkata dengan nada rendah, “Kau tidak
pantas mendapat berkah dariku...” maka ia meminta Rukaiya begum datang ke depan
dan mengumumkan, “Rukaiya begum, aku ingin memberikan kehormatan ini padamu karena
kau adalah ratu pertamaku dan ratu dihatiku...”
Rukaiya tersenyum dan mentap Jodha dengan pandangan
pemenang... Jalal bangun dari tahtanya dan mengejutkan semua orang dengan
memberi makan Rukaiya setengah sepotong manis dan memberikan setengah potongan
lainnya kepadanya Jodha... Tindakan Jalal ini sukses membunuh hati Jodha dan
menghancurkannya berkeping-keping.. Dia ingin menjerit keras dan ingin segera
pergi dari sana... Namun Jodha berusaha untuk mengumpulkan kekuatannya dan
menahan air matanya supaya tidak keluar... Sementara Rukaiya tersenyum puas dan
semua ritual itu pun selesai...
Jalal bangun dari takhta... Semua orang termasuk Jodha
bangun untuk menghormati raja tapi pandangan Jodha masih diturunkan...
Akhirnya, Jalal mulai berjalan keluar dari Diwan E khaas... Dalam sejarah,
Jalal belum pernah menoleh ke belakang setelah beranjak meninggalkan DWK...
tapi hatinya sangat tahu bahwa dia telah menghancurkan hati Jodha dengan sangat
brutal... dia tidak bisa mengendalikan dirinya, dia sangat tahu bahwa Jodha terus
mengamatinya. Anehnya, Jalal berhenti dan dengan cepat menoleh untuk melihat
mata Jodha... Pandangan mereka bertemu... Jalal terkejur melihat matanya yang
tenang dan mematikan... Dia benar-benar terkejut... ia mengingat tampilan yang
sama dan perdamaian di matanya ketika Jodha mencoba bunuh diri dalam perjalanan dari Amer menuju
Agra... Itu sangat trauma setelah kejadiha itu. Jantungnya serasa berhenti
berdetak... selama beberapa detik, segalanya berubah gelap... Kemarahan ini
berubah menjadi ketakutan bagianya... Tubuhnya menggigil karena cemas...
Keduanya bertatapan dalam waktu yang cukup lama... Akhirnya Jalal berbalik dan
berjalan keluar dari DWK... Jodha hanya bisa menatap Jalal yang berjalan
keluar.
Hamidah... Salima...Atgah sahib...Abdul dan semua
orang benar-benar terguncang oleh perilaku Jalal yang sangat kasar terhadap
Jodha... Tapi Rukaiya dna Maham Anga sangat bahagia dan ingin segera menari
diatas penderitaan mereka... Perlahan-lahan Jodha bangun dan berjalan keluar
dari DWK.
Dengan cepat Jalal kembali ke ruangannya, mengingat
tatapan terakhir Jodha... Matanya yang tenang dan mematikan terus
menghantuinya... Raja yang pemberani dan kejam terguncang oleh dua mata itu...
Ia menyimpulkan bahwa Jodha tidak akan mampu menghadapi penghinaan ini... Dia
benar-benar panik dan tegang... Pandangan Jodha seolah-olah memberikan petunjuk
seolah-olah ia sedang melihat dia untuk terakhir kalinya... “Tidak... Aku tidak akan membiarkannya pergi.”
Jalal segera memanggil Abdul dan berkata dengan sangat
panik, “Abdul... Dengarkan baik-baik, aku ingin kau memilih 20 pelayan terbaik
untuk mengatur semuanya disekitar Jodha begum, segera... dia sedang melakukan
sesuatu... Pastikan kamarnya aman dan tidak ada yang bisa membahayakan dirinya
dan sebelum dia makan atau minum apapun, makanan dan minuman itu akan dirasakan
dulu olehku... jangan meninggalkannya sendirian, bahkan tidak untuk satu
detik.”
Abdul tersenyum pahit dan menjawab dengan sinis,
“Mengapa Shahenshah, mengapa anda tiba-tiba mengkhawatirkannya? Pertama, anda
dengan kejam menghancurkan harga dirinya dan sekarang kau mengkhawatirkannya?
Mengapa anda tidak membebaskan saja dia? Saran saya adalah bahwa daripada anda
memberinya racun sedikit-sedikit setiap hari lebih baik anda membunuhnya
langsung dengan satu serangan, maka anda akan terbebas dan dia juga akan
bebas.. Tidak ada kekhawatiran dan tidak ada sakit...”
Jalal marah dan berteriak, “ABDUL... AKU AKAN MEMBUNUHMU...”
Seluruh Istana terancam dengan tteriakannya... Dia berlari ke arah Abdul
seperti macam yang siap menerkam mangsanya dan menampar Abdul dua kali... Abdul
kehilangan keseimbangan dan jatuh... Dia terus berteriak “Beraninya kau
berbicara kepadaku seperti ini...? Beraninya kau berkata, membunuh dia... Aku akan
membunuhmu...” Jalal menarik pedangnya dan bersiap membunuhnya tetapi pada
detik terakhi, dia melihat Abdul tersenyum... Jalal segera tersadar... Dia
melemparkan pedangnya ke sisi yang lain... Kemarahannya sedikit mereda... Dia
berbalik dan mengepalkan tangannya untuk mengendalikan dirinya.
Abdul bangkit dan
berkata dengan nada yang tak kenal takut “Shahenshah, aku minta maaf tapi aku
benar-benar kasihan padamu... Egomu lebih besar daripada cinta... Aku tidak
malu dari apa yang aku katakan, aku tidak mengatakan sesuatu yang salah...
Suatu hari kau memberinya hati, mengumumkan pada dwk bahwa kau mencintainya dan
membuat dia menjadi Malika E Hindustan... kau memberikan nya jutaan impian dan
hari yang lain, kau telah sangat menghina dia karena kau tidak bisa menerima
kebenaran dari kekejamanmu. Ya, kau tak berperasaan dan raja yang kejam... Kau
benar-benar perlu untuk pergi keluar dan melihat apa yang orang lain pikirkan
tentangmu... Karena kau menikahinya apa yang telah kau lakukan... sebelumnya kau
melukai dirinya untuk menutupi cintamu... menyalahkan dia kemudian mengusirnya
dari Istana... dan sekarang kau menghukum dia karena kepintarannya dan egomu...
Betapa dangkalnya pikiranmu Jalal... Setelah melintasi batas-batas mu, setelah
memberikan rasa sakit yang sangat besar sekarang kau ingin untuk melindunginya.
Aku jadi bingung dengan pendekatanmu... APAKAH KEBENCIAN ATAU CINTA...?” Ia
berkata dalam satu nafas tanpa berhenti... ia berhenti sedikit dan berkata
dengan nada lembut “Shahenshah, Anda adalah sahabatku sejak kecil dan saya
harus mengikuti tugas saya tapi saya tidak akan ragu-ragu untuk menunjukkan
jalan yang benar dan baik. Tidak masalah bagi saya jika menyelamatkan Anda dari
rasa sakit ini, meskipun hidup saya taruhannya.”
Jalal tidak bisa mengambil kata-kata lagi... Ia mulai
menyadari dia salah lagi... Dia berteriak “Cukup Abdul... Tinggalkan aku
sendirian... keluar dari sini dan jangan pernah menunjukkan wajahmu dihadapanku
lagi.“
Abdul berjalan keluar dari ruang nya dengan mata berkaca-kaca.
Sementara mata Jalal sudah berkaca-kaca
Kenyataan yang mengejutkannya tapi pikirannya masih
tidak siap untuk menerima kesalahannya sendiri... Dia ingat ketika ia menikah
dengan Rukaiya... Betapa Rukaiya sangat memperhatikannya... dia adalah hidupnya
namun segera setelah ia mendapat kekuasaan, prioritas nya berubah... dan ketika
ia melihat Jodha berkuasa ketidakamanan tiba-tiba mengambil alih kebijaksanaan nya...
Egonya... kecemburuan... dan ketidakamanan nya mengambil alih hatinya... tapi
ketika ia melihat kebisuannya dna matanya yang mematikan, semua nafsunya,
kecemburuan, ketidakamanan berubah menjadi ketakutan. Pikirannya tidak mampu
berpikir lebih lanjut selain keamanan nya... Jodha menanggung perdamaian Jalal...
Keheningannya membunuh Jalal tapi egonya masih menghentikan dia untuk
mengunjunginya tapi hatinya ingin melihatnya.
Jodha kembali ke ruang nya... Dia terkejut dengan penghinaan
yang diberikan kepadanya... Hati dan pikirannya berpikir bahwa Jalal tidak
mencintainya... Ia teringat ucapan Rukaiya... Dalam satu minggu Jalal akan bermain
dengan kupu-kupu barunya... Dia memutuskan untuk menjaga jarak dari dia...
Menghindarinya sebisa mungkin... Ketika dia menyadari dia tidak mempunyai
apa-apa dalam hidupnya... dia memutuskan untuk mengabdikan hidupnya untuk kanah
nya... dia begitu banyak hancur dan rusak... perasaannya seakan mati... dia
bahkan tidak merasa sedih lagi... Memberikan hidupnya untuk kanah memberikan kedamaian
kepada jiwanya yang hancur... dia memutuskan untuk menjaga jarak dari Jalal...Dia
sekarang menerima bahwa ini adalah takdir nya... Itu tidak penting lagi baginya
untuk mengetahui mengapa Jalal tiba-tiba menjadi kejam terhadap dirinya.
Sesuai instruksi Jalal, Abdul segera mengirimkan
sebuah tim ke kamar Jodha untuk keamanan nya. Jodha dengan tenang dan damai
meminta semua orang untuk meninggalkannya sendirian... Saat mereka menolak, Jodha
mengerti dilema yang dialami Jalal... Dia langsung mengirim Reva ke kamar Jalal
dengan sebuah pesan.
Reva berkata pada penjaga dikamar Jalal bahwa dia
ingin menemui Jalal dan Jalal memperbolehkannya masuk. Reva dengan hormat
berkata “Pranam Shahenshah, Jodha begum telah mengirim pesan untuk Anda...”
Jalal menjawab, “ya... Apa itu pesan?”
Reva dengan tenang berkata “Shahenshah, Malika E
Hindustan telah mengatakan kepada saya untuk memberitahu Anda bahwa dia masih
mengingat janjiNya yang dia berikan kepada Anda saat kembali dari Amer ke Agra
di Ashram... Dia tidak memerlukan perlindungan tambahan...”
Jalal tercengang mendengar pesan itu... Dia pikir... “Bagaimana Jodha bisa membaca pikiranku
sepanjang waktu... Aku telah menyakiti dirinya tapi dia masih peduli
tentangku... Dia tidak ingin aku khawatir padanya... Dia benar-benar
mencintaiku... tapi dia juga telah menyakiti ku.”
Dia mengutus Reva kembali tanpa pesan.
Setelah menerima pesan itu, Jalal merasa sangat
lega... hatinya mulai bernapas lagi... tapi tatapan mata Jodha masih terus
membayanginya... dia tidak mampu memahami ketenangan dan keheningan di
matanya... Pikirannya yang tajam mencoba untuk membaca matanya, tetapi ia selalu
gagal. “Apa yang ada dalam pikirannya??
Mengapa keheningannya menggangguku?? Seolah-olah dia telah memutuskan untuk
meninggalkan seluruh dunia ini.”
Sepanjang malam Jalal tidak bisa tidur dengan damai...
Jodha juga mencoba yang terbaik untuk menerima kebenaran tetapi di suatu tempat
di sudut hati Nya kasihNya itu masih hidup... Keduanya tidak tidur dengan
baik... Jodha terbangun untuk melakukan pooja tulsi sangat awal dan selesai
sebelum Jalal datang untuk latihan pedang dan memutuskan untuk tinggal di dalam
biliknya sepanjang hari.
Jalal terbangun dan bersiap-siap untuk latihan
pedang... Matanya hanya ingin melihat satu pandangan nya... dia berharap untuk
bertemu dengannya tapi Jodha memutuskan untuk tidak datang kepadanya... Itu
sangat berangin dan dingin dingin di luar tapi Jalal memutuskan untuk makan
makan di luar di taman... dia tahu dia selalu datang ada untuk memberi makan
burung... tapi hari ia mengirim Reva untuk memberi makan burung-burung... Jalal
kehilangan kesabarannya... melihat satu tatapan Nya, ia memutuskan untuk
berjalan ke kamar nya... tetapi Jodha menyuruh pelayannya untuk menutup tirai
sehingga dia tidak bisa melihat siapa pun di luar... Jalal kecewa lagi... maka
dia pikir sekarang dia Malika e Hindustan... dan untuk tetap berkuasa ia akan
datang ke diwan e khaas tapi Reva datang dan memberikan pesan kepada Jalal... Jodha begum telah memutuskan untuk tidak
menghadiri DWK lagi... Jalal kecewa lagi dan marah tapi menunjukkan
seolah-olah itu tidak memiliki dampak pada dirinya... Ia membuat dirinya sibuk
dalam pekerjaan DWK... Dua minggu berlalu dan Jalal kehilangan keberanian untuk
menghadapi dia... Dia jelas memahami hasil dari ketidakamanan dan ketakutannya,
dan menyadari bahwa Jodha tidak menginginkan kekuasaan.
Jodha membuat dirinya sibuk di bhakti Kresna... Dia
membaca dan menulis sepanjang hari... Perlahan-lahan, dia adalah memisahkan dirinya
dari semua orang... Dia bahkan berhenti berbicara dengan Reva tentang Jalal.
Sebelumnya ia selalu berbicara siang dan malam hari tentang Jalal, pikirannya
dan hatinya hanya ingin berbicara tentang dia tapi sekarang sedikit demi
sedikit ia mengontrol emosinya... Matanya telah benar-benar kering... tapi api
dihatinya masih menyala... Cintanya masih tersentuh... tanpa sadar ia
berkali-kali berharap melihatnya. Tapi dia sadar yang mampu menguasai semua
emosinya... dia hidup seperti robot... kehidupan sekitarnya tidak lagi menjadi
masalah baginya... Semuanya perhiasannya satu per satu ia lepaskan dan juga
meninggalkan semua sringar... dia hanya terus memakai dua gelang, sindoor di
maangnya dan mangat sutra... Hamidah dan Salima berkali-kali mencoba untuk
menarik dia keluar dari ruangannya, tapi dengan hormat dia menolak setiap
waktu.
Sesuai rutinitas, Jalal makan di luar, di taman dan
dia melihat Abdul berjalan kearah kamar Maham... Setelah dua minggu, akhirnya
Jalal memutuskan untuk berbicara dengannya... Kemarahan Jalal menghilang dan
dia memanggil Abdul...
To Be Continued
FanFiction Is It Hate or Love Chapter yang lain Klik Disini