Written by Samanika
Translate by Chusnianti
Malam itu Jodha dalam keadaan menydihkan.
Dia belum memberitahu Jalal apa yang ada didalam benaknya. Setelah makan siang,
waktu berlalu begitu cepat. Dia terlalu sibuk dengan laptopnya, mengetikkan
laporan bulanan departemennya yang harus diserahkan pada Jalal. Meskipun dia
harus berperang dengan perasaan dan pikirannya yang terus tertuju pada Jalal.
Sudah hampir jam 7 malam. Jodha pergi ke
kabin Jalal dan sebelum mereka bisa melakukan sesuatu, dia cepat-cepat
meninggalkan kabin Jalal dengan alasan sudah terlambat. Dia mengemasi
barang-barangnya dan meninggalkan kantor secepat dia bisa. Dia melakukan ini
karena dia teringat saat dia bersama Jalal, dia sering kendali atas pikirannya.
Jadi, sebelum apapun terjadi, dia segera meninggalkan kantor. Dia berlari
kearah taksi dan naik taksi.
Dalam perjalanan kerumah, dia menyadari
bahwa dia sudah lupa untuk memberitahu Jalal bahwa mereka tidak bisa
melanjutkan kesalahan mereka. Sebagian dirinya merasa sedih karena dia tidak
bisa mengatakannya pada Jalal, tapi bagian dirinya yang lain merasa senang
karena dia tidak membuat Jalal sedih. Jalal begitu manis telah memberinya bunga
tadi pagi, dan kata-katanya hanya akan menyakiti Jalal, tetapi di sisi lain,
sangat penting untuk memberitahunya segalanya. “Aku tahu, aku tidak
memberitahunya kemarin. Tapi suatu saat nanti, aku pasti memberitahunya. Dia
tersenyum lebar saat memberikan bunga pagi ini. Bagaimana aku bisa merusak
kebahagiaan itu? Aku merasa buruk jika aku melakukannya. Terima kasih Tuhan,
aku terus menutup mulutku.”
Setelah sampai dirumahnya, Jodha makan
malam dan kemudian kembali ke kamarnya. Dia berbaring di tempat tidurnya dan
mulai membaca buku. Teleponnya berdering dan dia segera mengangkatnya.
Jo: “Hai Sukanya! Lama sekali kita tidak
ngobrol!”
Sukanya: “Hai Jo! Pekerjaan ini benar-benar
membuatku sibuk! Apa yang terjadi padanmu ahri ini?
Jo: “Banyak hal yang terjadi selama
beberapa bulan.”
Jodha kemudian menceritakan semua runtutan
insisden-insiden yang terjadi, Penghianatan Adham, bagaimana Salima, Ruqs dan
dirinya berencana untuk mengambil file-file yang disembunyikan Adham, Ayahnya
yang di promosikan dan bosnya yang berubah.
Sukanya: “Wow! Banyak sekali perubahan
bihupmu dna bahkan aku tidak tahu! Dan Bosmu, Pacarnya mengkhianatinya dan dia
masih saja sendiri sampai sekarang. Apakah kamu tidak mencoba keberuntunganmu,
Jo?” Mata Jodha terbelalak, “Sukanya! Apa yang kamu katakan!”
Sukanya: “Jodha, bukankah kamu tertarik apdanya.
Maksudku, dia anak tunggal, kaya, sukses dan belum lagi dia sangat tampan! Dan
menakjubkan juga! Kalian akan menjadi pasangan yang awesome!”
Jodha: “Sukanya, aku tahu persamaan kami
telah berubah selama bulan-bulan, tapi aku bersumpah bahwa kami tidak tertarik
dengan satu sama lain! Dan apa pun yang kamu katakan tidak akan pernah terjadi!”
Jodha berbaring. Dia sangat tertarik pada Jalal
tapi dia tidak mau memberitahu Sukanya apa-apa tentang itu, apalagi tentang apa
yang terjadi antara mereka.
Sukanya: “Ha baba! Dia benar-benar berhenti
mengganggumu?”
Jodha: “ya! Sangat aneh kan. Sebelumnya, ia
akan mencari kesempatan untuk memberiku masalah! Tetapi semuanya telah berubah
secara drastis! Aku melihat sisi yang berbeda darinya. Dia begitu peduli dan pengertian!
Kamu tahu, aku mengalami demam selama dua hari kemarin dan ketika aku tidak
memberitahunya, dia bergegas menemuiku.”
Sukanya: “Wow yaar! Apa yang terjadi
padanya? Begitu banyak perhatian!”
Jodha: “Kamu tahu, aku sudah salah telah menghakiminya.
Aku selalu berpikir bahwa Dia sombong, manja dan egois. Aku merasa sangat marah
padanya setelah insiden di pesta dan ketika aku kehilangan pekerjaan. Tapi
setelah aku mulai bekerja untuk dia, aku menyadari bahwa dia menyembunyikan
eksterior yang lembut di balik sikapnya yang dingin dan kesombongannya. Kamu
tahu, ia kehilangan ayahnya ketika ia berusia 13 tahun. Ia bukanlah orang yang
buruk, keadaan yang membuatnya seperti itu! Ia memiliki hati emas!”
Sukanya: “Oh ho! Aku pikir kamu mulai
menyukainya!” Wajah Jodha langsung memerah, “Sukanya! Aku tidak! Aku hanya
salah dalam persepsiku tentang dia!”
Sukanya: “Oke Maaf! Sekarang katakan padaku
apa lagi yang terjadi dalam hidupmu!”
Mereka berdua berbicara selama beberapa
Jam. Kemudian Jodha mengatakan padanya bahwa dia lelah dan perlu tidur. Dia
berjanji bahwa mereka akan bertemu dan minum kopi bersama.
Jodha mengakhiri panggilannya dan berbaring
di tempat tidurnya. Dia memejamkan matanya tapi tidur tak kunjung
menghampirinya. Seluruh kejadian yang terjadi hari ini terus berkelebat dalam
ingatannya, terutama saat dia menghabiskan waktu dengan Jalal selama istirahat
makan siang. Dia mulai memerah saat teringat bagaimana Jalal menciumnya. Dia
meletakkan tangannya di dadanya karena dia merasa detak jantung nya yang
semakin cepat. “Hei Kanha! Apa yang terjadi kepadaku? Mengapa aku tidak bisa
berhenti memikirkan Pak Presiden? Mengapa ia mulai mempengaruhi pikiranku? Aku
tidak bisa membedakan antara yang salah dan benar! Aku tahu bahwa aku
seharusnya menceritakan tentang bagaimana kita tidak bisa bersama-sama, namun
ketika ia melimpahi perhatiannya dan menciumku, aku benar-benar lupa tentang
apa yang seharusnya aku katakan! Tapi aku harus mengatakan kepadanya! Jodha, kamu
bisa melakukannya! Anda harus memberitahu dia bahwa mama dan papa tidak akan
menerima apa yang kami lakukan!”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Di sisi lain, Jalal sudah berada di dalam
kamarnya. Dia merasa bahagia karena bisa menghabiskan waktu bersama Jodha. Dia
tida bisa melupakan senyum diwajahnya saat dia memberinya bunga. Dia ingin
melihat senyum manis diwajahnya selama sisa hidupnya dan dia bersedia untuk
melakukan apa saja untuk itu. Dia siap untuk mengambil semua rasa sakit yang
Jodha miliki dalam hidupnya dan mengisinya dengan kebahagiaan. Dia hanya tidak
bisa menahannya lagi. Dia ingin segera bertemu dengan Jodha dan mengatakan
betapa dia sangat mencintainya. Tetapi dia harus menahan dirinya untuk
sekarang. Dia perlu menunggu untuk waktu yang tepat untuk memberitahu betapa dia
sangat mencintainya dan ia bisa melakukan apa saja demi kebahagiaannya. Dengan
pikiran-pikiran ini, ia berbaring di tempat tidurnya, dengan mata terbuka lebar
saat dia memikirkan bidadarinya. “Oh Jodha, bagaimana aku bisa memberitahumu
bagaimana rasanya. Hal ini seperti beban besar di hatiku! Hal ini menyakitkan
untuk menyimpannya waktu yang lama, tapi aku siap untuk bertahan demi dirimu!
Karena aku mencintaimu lebih dari hidupku.” **Ohhh....
meleleh... emangnya lilin meleleh??? Abaikan**
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jodha terbangun keesokan paginya. Dia
menyelesaikan tugas-tugas nya dan melanjutkan untuk mandi. Dia kemudian memilih
pakaiannya, kemeja putih Gading dan celana panjang berwarna krem. Dia menambahkan
syal sutra biru di lehernya. Dia memakan sarapannya dan meninggalkan rumah tapi
tiba-tiba ponselnya berdering.
Jodha: “Halo, Pak Presiden?”
Jalal: “Selamat pagi, Jodha!”
Jodha: “Apa yang terjadi?”
Jalal: “Hanya turunlah ke gerbang kompleksmu
dengan cepat!”
Jodha: “Tapi kenapa? Apakah ada yang salah?”
Jalal: “Oh... turunlah saja!”
Jodha: “Haan, Oke saya akan segera ke sana!”
Jodha kemudian mengenakan sepatu dan
berdiri ke Lift. Dia berpikir tentang apa yang diinginkan Jalal. “Aku ingin
tahu apa yang dilakukannya sekarang? Apakah kejutan lain?”
Pintu lift terbuka dan Jodha melangkah
keluar. Dia berjalan menuju pintu masuk lobi dan turun tangga. Dia menuju ke
pintu gerbang dan ada pemandangan asing yang menyambutnya. Jalal sedang
menunggu di luar mobilnya dan ia memegang rangkaian bunga yang sama dengan
kemarin. Jodha memberinya senyum lebar saat dia mulai berjalan ke arahnya.
Ketika ia berdiri di hadapannya, matanya berkilau dengan cinta dan kebahagiaan.
Jodha: “Selamat pagi, Pak Presiden. Jadi karena
ini mengapa Anda memanggil saya!”
Jalal: “Iya Jodha, aku datang untuk menjemputmu
hari ini.”
Kemudian Jalal menyerahkan bunga kepada Jodha
dan tangan mereka bertabrakan dengan satu sama lain. Jodha segera tersipu sedangkan
Jalal tersenyum memandangnya. Dengan cepat Jodha menarik tangannya dan
memalingkan wajahnya. Jalal kemudian memegang tangannya yang lain dan mulai
berjalan menuju mobilnya. Jodha terkejut tapi terus mengikuti dia. Jalal
membuka pintu mobil, menyuruhnya untuk masuk. “Please, ladies first.” Jodha
masuk ke dalam mobil. Dia tersenyum karena dia benar-benar tersentuh oleh
gerakannya. Jalal kemudian masuk dan duduk di sampingnya. Dia memberitahu sopir
untuk membawa mobil ke kantor.
Jalal dan Jodha duduk ebrjauhan. Jalal
terus melihatnya sementara Jodha hanya meliriknya. Jodha ingin melihatnya
tetapi di terlalu malu saat dia berpikir bahwa sopir mungkin melihat mereka.
Jalal faham dengan kekhawatirannya, tetapi dia tidak ingin menyia-nyiakan
kesempatan yang telah diperolehnya. Perlahan-lahan tangannya merangkak naik dan
meletakkannya diatas tangan Jodha. Mata Jodha terbelalak, sementara Jalal hanya
tersenyum. “Pak Presiden! Apa yang anda lakukan? Bagaimana jika dia melihat
kita?” Jalal menjawabnya dengan nada menggoda, “Jangan takut, Jodha. Dia selalu
fokus pada jalan.” , “Haan, tapi anda tidak takut?” Jalal semakin genjar
menggodanya, “Takut apa? Ini adalah mobil pribadiku. Aku bisa melakukan apapun
yang aku inginkan! Selain itu kamu dapat menutup partisi ini tepat di depanDaerah
depan dan kursi belakang dipisahkan dan (menempatkan tangannya lain pada bahunya)
kita bisa melakukan apapun yang kita inginkan!” **Yang sudah pernah nonton Lie To Me, pasti bisa membayangkan bagaimana
bentuk mobilnya... Dan disini, saya hanya ingin ngeplak tangan Presdir kita.**
Jalal mengedipkan matanya dan Jodha melihat
tanda-tanda nakal di matanya. Itu pertama kalinya sesuatu seperti itu terjadi
dengan dirinya. Jalal di sisi lain, tidak ingin meninggalkan kesempatan untuk
menggoda dia. Ia sudah memperhatikan semburat merah akibat rasa malunya dan ia
menikmati menatapnya secara menyeluruh. Namun, Jodha akhirnya mengambil
keberanian dan memandangnya lurus. Jodha sedikit tersenyum, “Pak Presiden,
Siapa saja yang telah mengatakan pada anda bahwa anda sangat berbelit-belit dan
licik?” , “Haan, aku tahu. Tapi apakah kamu tahu bahwa kamu lebih menarik?” ,
“Apa itu?” tanya Jodha. Jalal menconongkan tubuhnya lebih dekat dan mengedipkan
matanya, “Fakta bahwa kamu tahu itu bahkan tanpa aku memberitahumu.”
Jodha memalingkan wajahnya karena dia
tersipu berat! Dia tidak pernah tahu bahwa Jalal memiliki sisi seperti ini juga!
Dia pernah digoda seperti itu oleh orang lain. Meskipun ia merasa malu, dia
menimatinya. Jalal juga menikmati menghabiskan waktu dengan dia! Dia senang
telah mengambil keputusan untuk menjemputnya di rumahnya. Jalal berkata pada
dirinya sendiri, “Sangat menyenangkan
melihat dia tersenyum lebih awal. Mulai sekarang, aku akan menjemptnya setiap
hari.”
Sepanjang jalan, mereka duduk berdampingan.
Mereka tertawa, bercanda dan berbicara sampai mereka akhirnya tiba di kantor. Setelah
turun, Jalal menyuruh Jodha untuk menemuinya di kabinnya. Jodha berjalan di
belakang Jalal sambil membawa bunga pemberian Jalal. Dia berjalan menuju ruang
resepsionis dan masih hilang dalam dunianya sendiri. Tiba-tiba ada seseorang
yang memanggilnya, “Jodha! Lihat disini!” Jodha berbalik, “Haan... apa...” , “Hey
Sleeping Beauty, where are you lost? Dan bunga-bunga apa ini di tanganmu?” Pertanyaan Ruqaiyya yang tiba-tiba
membangunkan Jodha dari tanah impiannya. Dia terkejut tetapi segera menenangkan
dirinya, “Oh... hi... hi Ruqs! Kuch nahi! Hanya berpikir tentang pekerjaan! Bunga-bunga
ini! Oh aku hanya membelinya sendiri! Bukankah mereka cantik?” Ruqaiyya mulai
menggoda Jodha, “Ya tentu saja mereka cantik! By the way, kamu terlihat berbeda
hari ini.” Jodha terpana dan memerah, “Apa! Nahi! Tentu tidak! Mengapa aku
harus jatuh cinta?” Jawab Jodha mencoba menutupi apa yang dirasakannya. “Lihat!
kamu bahkan memerah sekarang!” , “Ruqs, tidak! Berhentilah! Sampai jumpa nanti
waktu makan siang!” Jodha bergegas keluar dari sana, sementara Ruqaiyya
menatapnya dan tersenyum. Dia sangat menyadari Jalal yang memberinya bunga. Itu
tampak di seluruh wajahnya, Dia mengagumi dan sangat menyukainya. Ruqaiyya
sengaja menanyakannya pada Jodha dan mengatakan tentang cinta. Dia pikir itu
akan membantu dia berpikir tentang perasaannya pada Jalal dengan perspektif
baru.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Pagi telah berlalu dan Jodha tidak bisa
berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Goodaan Ruqaiyya sebenanrnya telah memaksanya
untuk berpikir tentang perasaanya. Sementara itu, satu-satunya yang bisa dia
pikirkan adalah apakah yang dikatakan Ruqaiyya adalah benar atau tidak. Dia
merasa tenggelam dalam perasaan dan pikirannya dan tidak mampu menemukan jalan
keluar. “Mengapa hal ini sangat
mempengaruhiku? Mengapa satu pernyataan dari Ruqs membuatku merasa begitu
berbeda? Apakah aku benar-benar mencintai Presdir? Aku memang menikmati saat
menghabiskan waktu dengannya dan aku suka kalau dia menciumku. Tapi apakah itu
berarti bahwa aku mencintainya?” Pertanyaan yang sama terus berjalan dalam
benaknya berulang-ulang seperti tape. Dia tidak dapat mengetahui apa yang
terjadi. Semua yang bisa dia pikirkan pada saat itu adalah Jalal. Setelah
berpikir selama beberapa waktu, dia menyimpulkan bahwa dia sangat menyukai
Jalal. Sejenak dia merasa bahagia, namun pada saat yang sama dia khawatir dengan
reaksi kedua orangtuanya, mereka pasti tidak akan menerima hal itu. Namun,
Jodha memutuskan untuk tidak mengatakan apapun pada Jalal, karena dia sangat tidak
ingin menyakitinya.
Waktunya makan siang dan Jodha menuju meja
Salima. Dia memasuki kabin Jalal dan berjalan melewati mejanya karena meja
Salima berada di ujung lain. Saat Jodha berlalu, dia memberikan senyuman
misterius tapi sangat seksi kepada Jalal. Jalal membalasnya dengan senyuman
nakal.
Jodha menarik keluar dan duduk. Salima dan
Ruqaiyya memberinya senyum lebar. Tiba-tiba, Jodha merasa sangat malu untuk
melakukan apa yang ia lakukan sebelumnya. Dia sangat merasa bersalah. Dia belum
pernah melakukan sesuatu seperti itu kepada siapa pun. Itu seolah-olah bahwa
Jalal telah memunculkan sisi lain dari dirinya yang tidak pernah ada dalam
pikirannya. Dia merasa ada yang salah dengan dirinya dan dia akan mengamuk. Ia
makan siang dengan Salima dan Ruqaiyya, duduk dengan tenang karena mereka
berdua berbicara dan dia mencermati perilaku nya. Dia tahu bahwa dia harus
berhenti atau hal-hal lain akan keluar dari kendalinya. Salima dan Ruqaiyya
dengan mudah bisa melihat bahwa Jodha sedang gelisah, tapi seberapa banyak pun
mereka menanyakannya, Jodha akan selalu mengelaknya. Mereka segera menyelesaikan
makan siang mereka dan Jodha kembali ke mejanya dan melanjutkan pekerjaannya
selama sisa hari.
Waktu sudah hampir malam. Semua orang mulai
kembali ke rumah masing-masing. Jodha menyelesaikan bagian terakhir dari
pekerjaannya. Dia harus menemui Jalal sebelum pulang, namun dia sendiri tidak
yakin dengan apa yang harus dia lakukan. Dia berusaha untuk menunda bertemu
dengannya, namun hal itu tidak bisa ditahannya. Dia bangun dan berjalan dengan
cepat menuju kabinnya. Berusaha menjaga wajahnya tetap lurus sementara waktu.
Dia mengetuk pintu dan masuk ke ruangan Jalal.
Jalal segera menghentikan segala pekerjaannya
dan beralih memandangnya. Dia tersenyum saat Jodha berjalan untuk duduk di
depannya. Jalal bangkit dari kursinya dan duduk di kursi disamping Jodha. Jodha
mengalihkan pandangannya karena dia sangat tersipu. Jalal terus memandangnya
dan tersenyum, dia begitu mengagumi sikap Jodha yang menurutnya sangat
menggemaskan.
untuk duduk di kursi sampingnya. Jodha
namun menolak untuk memenuhi matanya dengan dia, karena ia tersipu berat. Dia
terus memandangnya dan tersenyum, seperti yang ia dikagumi kelucuan nya.
Jalal (nakal): “Kya hua? Mengapa kamu
merasa begitu malu?”
Jodha: “um... uhh... Tidak! Saya tidak
merasa malu! Apa yang membuat Anda berpikir begitu?”
Jalal (nakal): “Tidak apa-apa. It's just
that you were blushing heavily! Jadi aku pikir bahwa kamu merasa malu! Tapi
mungkin karena kamu tidak merasa baik!”
Mendengar itu, Jodha merasa lebih malu! Dia
tidak pernah berpikir bahwa Jalal akan menagtakannya secara terbuka akan
menceritakan tentang hal itu! Tapi ia jelas tidak tahu alasan yang tepat. Dia
terus memandang ke arah lain. Tiba-tiba, perlahan-lahan Jalal membalikkan
wajahnya ke arahnya. Ia melihat ke dalam mata cokelat besar nya dengan cinta.
Jalal (dengan lembut): “Mengapa kamu tidak
datang menemuiku hari ini?”
Jodha: “Um... ada begitu banyak pekerjaan...”
Jalal: “Aku tahu mengapa kamu tidak datang
setelah istirahat makan siang (dengan nakal): “Ini karena kamu ingin memberikan
senyumanmu padaku di sore hari, kan?”
Jodha terkejut untuk mengetahui bahwa ia
telah memperhatikannya. Matanya yang besar melebar karena terkejut dan takjub!
Dia mulai merasa lebih malu! Jodha mulai gugup, “A... Apa... Apa yang anda katakan?
Saya tidak pernah melakukan sesuatu!” Jalal membungkuk lebih dekat ke
telinganya dan berbisik, “Aku melihat semuanya... Saat kamu berjalan, kamu
tersenyum misterius dan agak seksi kearahku. Dan kamu tidak bsia menyangkalny!
Aku melihat dan menikamatinya setiap saat! Kamu tampak polos, tetapi juga
dengan perpaduan panas! Dan aku harus mengatakan bahwa kamu begitu sangat
menarik!” Jodha tersipu lebih keras daripada sebelumnya! Dia merasa sensasi di tubuhnya,
terutama pada kalimat terakhir. Dia tidak bisa melihatnya lagi dan memalingkan
wajahnya lebih jauh.
Jalal tersenyum dan kembali ke kursinya,
“Anyway, aku perlu memberitahukan sesuatu yang penting. Ada konferensi bisnis
di Miami yang diselenggarakan oleh perusahaan. Mereka mengirimkan undangan dan
mengatakan kepadaku untuk membawa karyawan. Jodha menatapnya, “Oh...” Jalal
bertanya pada Jodha, “Jadi aku bertanya-tanya, apakah kamu akan datang
bersamamu? Ini adalah perjalanan yang disponsori oleh perusahaan, jadi semuanya
akan diurus oleh perusahaan.” , “Kapan konferensi ini, Pak Presiden?” tanya
Jodha. “Konferensi ini diselenggarakan tiga hari. Tanggal 9, 10 dan 11 bulan depan.
Jadi kita akan pergi selama 5 hari. Kita akan berangkat tanggal 7 dan akan
kembali pada tanggal 13.” Tutur Jalal. “Oh, baiklah. Saya akan menemani anda.
Apakah ada yang perlu saya siapkan?” tanya Jodha. “Untuk sekarang tidak ada.
Tapi aku akan memberitahumu jika kamu harus mempersiapkan sesuatu.” Jelas
Jalal. “Okay, terima kasih banya, Pak Presiden.” Ujar Jodha. Jalal bingung dengan
ucapan Jodha, “Terima kasih untuk apa, Jodha?” , “Karena telah mengajak saya
bersama anda. Ini adalah pengalaman terbaik bagi pemula seperti saya.”
Mendengar ucapan Jodha, Jalal berkata pada dirinya sendiri, “Aku akan membawamu sehingga kita bisa
menghabiskan lebih banyak waktu bersama-sama!” Kemudian dia berkata pada
Jodha, “Oh sudahlah! Kamu tidak perlu berterima aksih padaku.” Jodha tersenyum,
“Oh, baiklah! Sudah malam, saya pulang dulu, Pak Presiden.” , “Oke bye! Sampai
jumpa besok angle!” ..........TBC-->Chapter 29
Fanfiction His First Love Chapter yang lain
Klik
Disini