Setelah Ruqaiya mendapatkan informasi tentang Nadha. Tanpa pikir panjang, Ruq langsung menuju toko Ameeri Florist dimana Nadha bekerja. Ketika taksi yang ditumpangi oleh Ruq tiba di depan toko itu, Ruq langsung masuk ke dalam toko. Matanya berputar mencari sosok Nadha. Setelah menemukannya, Ruq langsung menghampiri Nadha yang sedang sibuk menata bunga yang baru datang dari supplier. "Maaf, bisakah anda membantuku nona...??", tanya Ruq. "Ohh, iya nona. Apa yang bisa saya bantu untuk anda??", tanya Nadha sambil tersenyum ramah. "Saya ingin membeli bunga untuk bibiku, namun aku bingung memilih bunga yang pantas untuknya. Kamu bisa membantuku memilihkannya??", tanya Ruq pura-pura sambil memandang Nadha dengan tatapan tajam dan sinis. "Kalau boleh tahu, bibi anda itu seperti apa orangnya?? Maksudku sifatnya??", tanya Nadha. "Bibiku itu orangnya lemah lembut, pemberani, tegas namun kadang dia rapuh", jawab Ruq bohong.
Nadha diam sejenak memikirkan bunga yang cocok untuknya. Ruq mengamatinya dengan sinis, "gadis ini wajahnya... sepertinya aku kenal. Mata itu, aku tidak bisa melupakan mata itu. Tapi bagaimana mungkin?? Apakah benar dia Jodha??", batin Ruq bertanya-tanya.
"Bagaimana kalau bunga Daisy pink, white Lily dan yellow Rose??", tanya Nadha. "Perfect, dapatkah kamu merangkaikannya untukku??". "Tentu, mohon anda menunggu sebentar. Silahkan duduk, nona", pinta Nadha.
Ruq mengamati Nadha dengan tatapan tajam. Memandang penuh kebencian terhadapnya, "ohh, jadi ini gadis yang bertunangan dengan Jalal. Yang ingin merebut Jalal dariku??!!", batin Ruq kesal.
"Ruqaiya", ucap Ruq. "Maaf, anda mengucapkan sesuatu??", tanya Nadha sambil merangkai bunga. "Namaku Ruqaiya", ucap Ruq sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman. "Aku Nadha Kapoor", sahut Nadha sambil menyambut uluran tangan Ruq untuk bersalaman. "Oya, aku dengar dari bibiku, katanya disini bisa belajar merangkai bunga??", tanya Ruq. "Iya bisa, namun hanya waktu tertentu saja. Aku sendiri yang menjadi pengajarnya. Apa anda nona Ruq, mau mencobanya??". "Tolong panggil aku Ruq saja. Sepertinya kita seumuran. Iya, aku ingin sekali untuk mencobanya. Saat ini aku sedang mencari kegiatan lain yang akan menjadi hobi baruku. Kira-kira kapan kita bisa mulai??", jawab Ruq pura-pura excited. "Bagaimana kalau minggu depan??. Minggu ini kebetulan jadwalku sedang padat". "Oke, bagaimana aku dapat menghubungimu", tanya Ruq masih dengan memandang Nadha dengan tatapan tajam.
Nadha memberikan rangkaian bunganya yang sudah jadi beserta notel ponselnya dia kepada Ruq. Cukup lama Nadha dan Ruq berbicara. Tentu saja kedatangan Ruq ke toko bunga itu tidak lain untuk mendapatkan informasi tentang Nadha agar dia bisa menjalankan aksi jahatnya.
Setelah cukup lama berbicara akhirnya Ruq pamit untuk pulang. Ketika dia keluar dari toko dan berdiri di depan toko. "Akhirnya aku mendapatkanmu, Nadha. Tunggulah pembalasanku karena kamu sudah merebut Jalal dariku", batinnya Ruq sambil menghancurkan rangkaian bunga yang dibelinya sambil menyeringai jahat.
*****************
Keesokan harinya, Jalal kembali disibukkan oleh aktivitasnya di kantor. Namun, hari ini dia sudah bertekad untuk bisa bertemu dengan Nadha karena dia sudah sangat merindukannya. Ketika menjelang siang, Jalal meneleponnya.
Terdengar ponselnya berbunyi, Nadha langsung mengangkatnya.
Jalal: "hallo sayang, bagaimana kabarmu hari ini??"
Nadha: "aku baik-baik saja, Jalal. Ada apa kamu neleponku?? Apakah ada hal yang penting?"
Jalal: "apakah harus ada hal yang penting bagiku untuk bisa meneleponmu, sayang? Kamu itu sekarang adalah tunanganku, calon istriku...!”
Nadha: "tidak, Jalal. Hei, jangan marah dong, aku kan hanya ingin menggodamu saja".
Jalal: "oohh, jadi sekarang kamu sudah bisa menggodaku ya?? Lihat saja nanti jika aku sudah berada disampingmu...!
Nadha: "memangnya apa yang akan kamu lakukan terhadapku??"
Jalal: "lihat saja nanti, sayang saat kita bertemu"
Nadha: "baiklah, akan aku tunggu"
Jalal: "oohhh, jadi kamu mencoba menantangku, sayang?! Sekarang calon Nyonya Jalaluddin Mohammed Akbar sudah berani mau main-main denganku ya?!"
Nadha: "hahaha...maafkan aku sayang. Aku tidak bermaksud untuk menggodamu dan membuatmu marah. Oya, kamu belum menjawabku, ada apa kamu meneleponku?
Jalal: "aku merindukanmu, sayang. Apakah hari ini kita bisa bertemu? Aku ingin mengajakmu makan siang"
Nadha: "oohh, hari ini ya? Sepertinya bisa, Jalal. Kebetulan hari ini, jadwalku tidak terlalu sibuk seperti kemarin. Dimana kamu ingin kita bertemu?
Jalal: "di cafe langganan kita saja, Nadha. Aku akan menunggumu disana.
Nadha melirik jam tangan Bvlgarinya dan berkata, "baiklah Jalal, mungkin sekitar 30 menit lagi aku akan sampai".
Jalal: "ok, then. See u my Jodha". Jalal langsung menutup telepon. Membereskan berkas-berkas yang berserakan di mejanya lalu mengambil kunci mobilnya dan segera melajukan Audinya menuju cafe.
Nadha hanya diam terpaku saat mendengar Jalal kembali memanggilnya dengan nama Jodha. Dia mulai salah lagi menyebut namaku. "Apakah gadis itu masih ada di hatimu, Jalal?", batin Nadha sedih.
Jalal sudah berada di cafe langganan mereka dan dia menunggu Nadha. Tidak lama kemudian sekitar 5 menit, Nadha sudah berada di cafe itu. Matanya berputar mencari sosok Jalal. Ketika sudah melihatnya, Nadha menghampirinya. Saat Jalal melihat Nadha mendekatinya, dia langsung bangun dari duduknya dan memberikan kecupan manis di kedua pipi Nadha. Lalu merekapun duduk dengan kedua tangan mereka saling bertautan.
"Bagaimana kabarmu, sayang??", tanya Jalal memandang Nadha dengan tatapan rindu. "Aku baik-baik saja, Jalal. Kamu sendiri bagaimana kabarnya??", tanya Nadha. "Aku sakit, Nadha". "Kamu sakit??. Sakit apa, Jalal", tanya Nadha panik sambil tangannya memegang pipi dan kening Jalal. "Aku sakit karena cintamu", jawab Jalal sambil tertawa dan mengedipkan sebelah matanya menggoda Nadha.
Melihat kelakuan Jalal yang mulai menggodanya lagi, membuat Nadha menjadi kesal dan manyun lalu dia memalingkan muka. Melihat Nadha yang seperti itu, Jalal langsung menarik dagu Nadha dan sekarang mereka berhadapan kembali.
"Maafkan aku sayang. Jika ketemu dirimu, aku tidak bisa untuk tidak menggodamu", ucap Jalal menatap kedua mata Nadha secara intens dan memegang kedua tangan Nadha. "Aku langsung panik saat kamu bilang sakit. Aku sangat mengkhawatirmu", ucap Nadha masih kesal. "Maafkan aku sayangku. Aku tahu kamu pasti khawatir karena kamu sangat mencintaiku kan??!. Aku ingin melihat senyummu. Aku sangat merindukanmu. Oleh karena itu, kita bertemu sayangku".
Kekesalan Nadha berubah menjadi senyuman yang manis setelah mendengar kata-kata Jalal dan melihat senyuman mautnya.
Tiba-tiba waitress datang membawakan buku menu makanan. Setelah melihat-lihat menu tersebut lalu mereka memutuskan menu makanan yang dipesan. Selagi menunggu pesanan mereka datang. Jalal dan Nadha melanjutkan kembali pembicaraan mereka. Tiba-tiba entah darimana datanglah si pengganggu yang bernama Ruq.
"Hai, Jalal. Aku engga nyangka bisa ketemu denganmu disini", tanya Ruq pura-pura polos. "Ru... Ruq... kau?? Sedang apa kau disini??", tanya Jalal kaget dengan mata hampir melotot. "Kebetulan aku baru ketemu temanku disekitar sini, dalam perjalanan pulang aku merasa lapar jadi aku mampir kesini saja. Tak kusangka akan bertemu kamu ditempat ini, Jalal", ucap Ruq bohong.
Ruq tiba-tiba menarik kursi yang ada disitu dan duduk dengan mesra disamping Jalal. Ruq masih pura-pura tidak melihat Nadha yang ada disitu.
Melihat kedatangan Ruq yang secara tiba-tiba membuat Jalal resah dan acara untuk bisa berduaan dengan Nadha jadi bubar. (Memang betul ya, jangan berduaan karena yang ketiganya adalah pengganggu...hahaha#abaikan)
"Ruq, perkenalkan ini Nadha dan Nadha perkenalkan ini, Ruqaiya Sultan, sepupuku", ucap Jalal.
Ketika mereka saling berhadapan, mereka berdua berbarengan berkata, "kamu...". Lalu mereka berdua tertawa. Jalal yang melihat hal itu nampak bingung.
"Ga nyangka, kita akan bertemu lagi disini, Ruq. Dan kau adalah sepupunya, Jalal??!!", tanya Nadha penasaran.
"Iya, Nadha. Oohh, jadi kau baru tahu ya kalau aku sepupunya, Jalal??", tanya Ruq kepada Nadha sambil tersenyum sinis ke Nadha dan tersenyum manis ke Jalal.
"Kamu tidak menceritakan siapa diriku, kepadanya Jalal??", tanya Ruq kepada Jalal dengan mesra.
"Iya, Jalal. Kamu tidak pernah menceritakan tentang Ruq kepadaku...!", tanya Nadha dengan menatap tajam ke arah Jalal.
Sebenarnya Jalal malas untuk menceritakan tentang Ruq. Karena dia masih saja terbayang akan perbuatan ayahnya Ruq terhadap Jodha dan juga terhadap ayahnya. Namun, di dalam hatinya yang paling dalam. Dia masih menyayangi Ruq karena bagaimanapun juga dia adalah sepupunya dan teman masa kecilnya. Akhirnya mau tidak mau Jalal menceritakan tentang Ruq.
Lalu Jalal bertanya kepada Nadha, bagaimana mereka berdua bisa saling kenal. Nadha menceritakan kalau mereka berdua bertemu di toko bunga milik neneknya. Jalal sedikit kaget darimana Ruq tahu tentang Nadha dan juga dimana Nadha bekerja. Kegelisahan Jalal semakin menjadi. Dia takut akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan kepada Nadha.
Ketika mereka bertiga terdiam, Ruq melihat cincin yang melingkar di jari Nadha. Ruq mengambil tangan Nadha dan berkata, "Nadha, kalau tidak salah itu adalah cincin.... dan berarti kalian sudah??", ucap Ruq pura-pura tidak mengetahui kalau Jalal dan Nadha sudah bertunangan sambil melirik kepada Jalal dan Nadha bergantian.
Jalal kaget dan bingung bagaimana menjelaskan kepada Ruq karena tidak mungkin dia berbohong kepada Ruq, sudah jelas terlihat barang buktinya ada dijari Nadha.
Nadha menarik tangannya dan berkata, "i... iya Ruq, kami sudah bertunangan", jawab Nadha terbata-bata sambil menatap Jalal secara intens.
"Oohh, kapan kalian bertunangan??", tanya Ruq penasaran dengan masih pasang muka sinis.
"Kamu, ingat sewaktu aku baru pulang dari perjalanan keluar kota??. Itu sebetulnya kami sedang melakukan love trip dan di salah satu tempat yang ada disana, aku melamarnya", sahut Jalal sambil menatap Nadha secara intens.
Nadha langsung tersenyum begitu mendengar perkataan Jalal yang juga sedang memandangnya. Ruq yang melihat hal itu langsung cemburu, hatinya terasa panas. Dengan memasang wajah santai, Ruq mulai melancarkan aksinya.
"Oiya, Nadha setelah aku perhatikan baik-baik. Wajahmu nampak familiar, aku seperti sudah mengenalmu dengan sangat lama... tapi siapa dan dimana ya??", ucap Ruq sambil pura-pura mengingat. "Ya, wajahmu mengingatkanku akan Jodha. Jika dia masih hidup, wajahnya pasti mirip denganmu", ucap Ruq.
Nadha dan Jalal yang mendengar pengakuan Ruq nampak sangat terkejut. Terutama Nadha, wajah Nadha tiba-tiba berubah pucat, senyum diwajahnya memudar. Jalal yang melihat hal itu berusaha untuk menggenggam tangan Nadha namun, Nadha menarik tangannya. Ruq yang melihat perubahan pada wajah Nadha semakin gencar melakukan aksinya.
Tiba-tiba waitress datang mengantarkan makanan pesanan mereka. Ketika waitress selesai menaruh hidangannya di atas meja. Mereka bertiga pun menyantap makanannya dalam diam. Nampak Jodha, tidak bersemangat untuk menyantap makanannya.
Jalal yang melihat hal itu langsung bertanya, "ada apa sayang?? Apakah makanannya tidak enak? Kamu mau aku pesankan yang lain?".
Ketika Jalal akan memanggil waitress kembali, Nadha menghentikannya. "Tidak usah, Jalal. Makanannya enak koq", ucap Nadha sambil memaksa makanannya ke dalam mulutnya.
Sambil memotong-motong steaknya, "kau tahu Jalal?? Melihat kita berkumpul bertiga seperti ini mengingatkanku akan kebersamaan kita dengan Jodha dulu.. Kau tentunya masih ingat bagaimana aku, kamu dan Jodha selalu bersama sama baik di sekolah maupun diluar??", ucap Ruq kepada Jalal.
Ucapan Ruq spontan membuat Jalal hampir tersedak makanan dan membuat wajah Nadha kembali pucat. Jalal melihat Nadha untuk melihat bagaimana reaksinya setelah mendengar perkataan Ruq. Namun, yang dilihatnya tampak asik memainkan makanannya tanpa memperdulikan perkataan Ruq.
"Sekarang aku jadi merindukannya. Dia sudah aku anggap sebagai saudaraku. Apalagi saat Jalal dan Jodha akan bertunangan, aku semakin bahagia karena dia akan menjadi bagian dari keluarga kami", ucap Ruq basa basi. "Kamu masih ingatkan, Jalal betapa bahagianya dirimu saat itu ketika akan bertunangan dengan Jodha?? Senyumanmu tidak pernah lepas dari wajahmu di hari itu. Ketika musibah itu terjadi dimana Jodha diculik dan dinyatakan tewas, kamulah yang sangat terpukul akan insiden itu. Hal itu terlihat jelas dimatamu kalau kamu mempunyai perasaan terhadap Jodha.", ucap Ruq sambil melirik ke arah Jalal dan Jodha untuk melihat bagaimana reaksi mereka berdua.
Jalal dan Nadha masih saja terdiam. Tidak ada ekspresi apapun dari Nadha dan hal itu membuat Jalal menjadi takut kalau Nadha akan termakan oleh ucapan Ruq.
"Oya, Jalal, kamu sudah menceritakan tentang Jodha kan kepada Nadha?", tanya Ruq sambil melirik ke arah Jalal.
Begitu pula Nadha menatap tajam ke arah Jalal sambil berkata, "Haa, Jalal sudah menceritakan padaku siapa itu Jodha, tapi sepertinya ada beberapa hal yang baru kuketahui tentangnya, darimu Ruq...!".
Jalal melihat ke arah Nadha dan terlihat jelas ada rasa cemburu, kesal dan marah di mata Nadha. Setelah mereka saling menatap, Nadha memalingkan wajahnya. Ruq yang melihat hal itu tersenyum senang dalam hati. Rencananya mulai berhasil.
Akhirnya Ruq memutuskan untuk pergi dari sana dengan alasan yang dibuatnya. "Rasakan itu Nadha...!!! Itulah akibatnya jika kau mencoba merebut Jalal dariku...!!!", batin Ruq. Hatinya tertawa puas dan senyum jahatnya terlukis diwajahnya.
Sekarang hanya tinggal Nadha dan Jalal yang ada disitu, namun suasana romantis ketika mereka hanya berdua tadi telah lenyap dan yang ada hanyalah ketegangan, mereka hanya bisa diam dan membisu. Jalal merasa tak berdaya saat Ruq membicarakan tentang Jodha karena yang ada dihadapannya saat ini adalah Jodha yang sedang hilang ingatan.
"Jalal, aku ingin pulang", ucap Nadha sambil berdiri dan segera meninggalkan Jalal.
Jalal yang melihat hal itu, langsung memegang tangan Nadha untuk menghentikan langkahnya. "Tunggu, Nadha biar aku antar kamu pulang", ucap Jalal sambil mengeluarkan uang yang ada didompetnya untuk membayar makanannya lalu menggandeng tangan Nadha dan berlalu dari sana.
Jalal mengantarkan Nadha pulang kerumahnya dan selama perjalanan pulang, mereka berdua nampak diam. Nadha memalingkan wajahnya ke arah jendela untuk menatap jalanan. Dia tidak ingin Jalal mengetahui perasaannya saat ini. Sejenak ada setetes airmata mulai jatuh dari matanya dan Nadha langsung menghapusnya.
Merasakan suasana yang diam membisu seperti itu, Jalal menghentikan laju Audinya dan memarkirkan dipinggir jalan. Dia memegang tangan Nadha dan berkata, "Nadha, apakah kamu baik-baik saja sayang??. Aku perhatikan kamu diam saja sedari tadi??". "Aku baik-baik saja, Jalal. Kenapa kamu menghentikan laju mobilnya??", ucap Nadha masih memalingkan mukanya. "Nadha, please look at me, honey...!. Aku tahu pasti ada sesuatu yang membuatmu seperti ini?? Aku tidak akan melajukan mobilku kembali sebelum jelas apa yang terjadi padamu", pinta Jalal sambil membelai rambut Nadha dengan tangan satunya lagi.
Akhirnya Nadha memutar kepalanya dan menghadap ke arah Jalal. Namun, Nadha malah menundukkan kepalanya dan tidak berani untuk menatap wajah Jalal. Jalal yang melihat hal itu langsung memegang dagu Nadha dan mengangkat wajahnya. Akhirnya mereka bertatapan. Jalal melihat ada kesedihan yang tersirat dimata indah Nadha. Jalal tahu kalau peristiwa di cafe tadi berdampak kepada Nadha.
"Sayang, ada apa sebenarnya?? Apakah kamu baik-baik saja?", tanya Jalal dengan tatapan sendu. "Iya, Jalal aku baik-baik saja. Hanya saja tiba-tiba kepalaku terasa sakit tadi makanya aku ingin segera pulang", jawab Nadha memohon.
Jalal membelai pipi Nadha dan menatap matanya secara intens. Dia ga mau berdebat terlalu lama dengan Nadha karena Jalal tidak mau membuatnya menderita.
Jalal kembali menyalakan mobilnya dan mulai melajukan Audinya lalu berkata, "aku antar kamu ke rumah sakit ya??, aku cemas dengan sakit dikepalamu", pinta Jalal sambil menyetir dengan pandangan mata lurus ke depan. "Tidak usah, Jalal. Hanya terasa sakit sedikit, setelah aku minum obat dan tidur, rasa sakitnya akan hilang", jawab Nadha sambil memejamkan matanya. "Baiklah sayang, aku akan mengantarkanmu pulang", ucap Jalal melihat ke arah Nadha sambil membelai kening dan rambut Nadha.
Setelah sampai dirumahnya, Jalal mengantarkan Nadha sampai ke kamarnya. Jalal memeluk dan mencium Nadha untuk menghilangkan segala kekhawatiran yang ada pada Nadha bahwa dirinya akan selalu ada untuknya. Jalal lalu pamit dan berlalu dari sana.
Sebelum menyalakan mesin mobilnya, "maafkan aku Jodha karena aku belum menemukan cara untuk mengembalikan ingatanmu tanpa membuatmu menderita dan kauuu... Ruq...!! Apa yang sebenarnya sedang kau rencanakan?? Jika kau sampai membuat Jodha terluka lagi, kau tidak akan aku maafkan...!!!”
Jalal lalu menyalakan mesin mobilnya dan segera berlalu dari sana. Setelah kepergian Jalal, Nadha langsung menangis. Menumpahkah semua emosinya yang tertahan sedari dari. Ucapan Ruq terus terngiang-ngiang dipikirannya. Nadha mulai meragukan cinta Jalal kepadanya........... TBC--> Part 31
Precap: Konflik Jalal dan Nadha dimulai
Sekali lagi terima kasih neng Dewi Agasshi atas bantuanmu utk part ini.
FanFiction Love From The Past Part yang lain Klik Disini