Di tempat lain di Indira Ghandi International Airport, nampak seseorang keluar dari pintu Arrival International. Dia membuka sunglassesnya dan tertawa terbahak-bahak, "ha ha ha ha...akhirnya Aku kembali.....", lalu orang itu tersenyum menyeringai jahat.
Orang itu berlalu dari bandara menuju ke suatu rumah yang berada di kawasan elit di Delhi. Setelah orang itu sampai dirumah yang dituju, ia langsung memberitahukan tentang dirinya kepada seorang pelayan dan memintanya untuk memanggil majikannya. Ketika Hameeda menemui siapa tamunya itu, dia langsung menanyakan siapa dirinya karena dia samar-samar untuk mengenali pemilik wajah itu. Namun, betapa terkejutnya Hameeda saat tamunya itu adalah keponakannya sendiri yaitu Ruqaiya Sultan, putri dari mendiang Hindal Mirza.
"Ruqaiya??!! Masya Allah, sudah lama sekali bibi tidak bertemu denganmu...! Kamu selama ini kemana saja??!", tanya Hameeda terkejut dan sorot matanya berbinar-binar melihat wajah keponakannnya yang sudah 10 tahun tidak ditemuinya.
"Iya, Bibi. Ini aku, Ruqaiya. Keponakanmu tersayang. Bagaimana kabar Bibi??", tanya Ruqaiya dengan ekspresi senang.
"Bibi sehat, Nak. Bagaimana dengan dirimu??", tanya Hameeda masih dengan ekspresi wajah yang sama.
"Aku baik-baik saja, bi", jawab Ruqaiya datar.
Lalu Hameeda mengajak Ruq masuk ke dalam rumahnya dan mereka duduk di ruang keluarga. Sepintas Ruq melirak lirik tiap sudut ruangan itu dan batinnya berkata, "masih terlihat sama seperti 10 tahun yang lalu. Tidak ada perubahan yang signifikan".
"Selama ini kamu tinggal dimana Ruq??, bagaimana kabar ayahmu??", tanya Hameeda penasaran dan membuyarkan perhatian Ruq yang teralihkan.
Sebelum menjawab pertanyaannya Hameeda, pikiran Ruq bertanya-tanya, "kenapa Bibi Hameeda menanyakan hal itu?? Apakah dia tidak tahu mengenai peristiwa 10 tahun yang lalu?? Dimana Jalal telah mengasingkannya ke Kabul, Afganistan...!!".
"Selama ini aku tinggal di Dubai, Bi. Ayah diminta oleh almarhum paman untuk mengurusi perusahaan yang ada disana", jawab Ruq berbohong.
Sebelum Ruq menjawab pertanyaan Hameeda tentang ayahnya, tiba-tiba Ruq mengeluarkan airmata buaya, "a...ayahhh sudah lama meninggal, Bi terkena serangan jantung. Sejak ayah meninggal, aku diurus sama bibi Maham Angga dan beliau pun juga meninggal 1 bulan yang lalu karena sakit kanker rahim dan sebelum bibi Maham Angga meninggal, beliau menyuruhku untuk kembali ke India dan tinggal bersama bibi Hameeda karena sekarang aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi selain bibi Hameeda...!", jawab Ruq dan tangisannya semakin menjadi.
Hameeda langsung memeluk Ruq dan menenangkannya, "sssstttt, sudah jangan menangis lagi. Bibi turut sedih mendengar kabar tentang ayahmu dan juga bibimu. Sekarang kau tinggallah disini. Bibi dengan senang hati menerimamu", ucap Hameeda melepaskan pelukannya dan membelai rambut Ruq.
"Terima kasih, Bi sudah memperbolehkan aku tinggal disini", ucap Ruq dengan ekspresi wajah bahagia yang dibuat-buat.
"Kamu tidak perlu berterima kasih. Kamu ini adalah keponakanku, bagian dari keluarga Akbar. Anggaplah rumahku seperti rumahmu sendiri. Sekarang sebaiknya kamu beristirahat. Tapi sebelumnya, kita makan malam dulu.", pinta Hameeda.
Sebelum mereka menuju ke ruang makan, Hameeda memanggil salah seorang pelayannya untuk menyiapkan kamar tamu karena mulai sekarang Ruq akan tinggal bersamanya. Lalu Hameeda dan Ruq menuju ruang makan. Selama sesi itu, Hameeda dan Ruq terlibat pembicaraan yang asik dan seru. Sampai tiba-tiba Ruq menanyakan tentang Jalal.
Ketika Hameeda akan menjawab pertanyaan Ruq, adiknya Jalal yaitu Mirza datang. Dia menyalami tangan ibunya dan mengecup keningnya. Hameeda menanyakan bagaimana pekerjaannya di kantor selama Jalal tidak ada. Lalu Hameeda mengenalkan Mirza kepada Ruq. Betapa kagetnya Mirza melihat kehadiran Ruq kembali. Dia teringat akan cerita yang diceritakan oleh Jalal. Betapa marahnya Mirza setelah tahu kebenaran tentang kematian ayahnya dan juga insiden penculikan Jodha.
Mirza memasang muka pura-pura senang karena melihat kehadiran Ruq. Lalu Hameeda meminta Mirza untuk makan bersamanya. Tentu saja Mirza menurutinya, dengan maksud untuk melindungi ibunya karena Hameeda sama sekali tidak diberitahu mengenai dalang penyebab insiden 10 tahun itu. Mirza masih bisa mengingat dengan jelas bagaimana kondisi ibunya setelah insiden itu terjadi hingga akhirnya Jalal memutuskan untuk mengirim ibunya tinggal bersama Shehnaz di London untuk menghilangkan trauma yang dialami oleh ibunya.
Ketika Ruq menanyakan tentang Jalal, Mirza yang menjawabnya. "kak Jalal saat ini sedang dinas keluar kota untuk meninjau lokasi proyek selanjutnya", jawab Mirza bohong.
Mirza mencium gelagat yang tidak baik dari kedatangan Ruq. Makanya dia berbohong tentang kepergian kakaknya karena Mirza ingin melindungi kakaknya yang saat ini sedang berbahagia karena sudah menemukan wanita yang disayangi dan dicintainya selama ini.
Setelah sesi makan malam selesai, Mirza langsung pamit undur diri dan mencium pipi ibunya sebagai ucapan selamat malam dan juga memasang senyum maksa ke Ruq.
Saat Mirza sudah berada dikamarnya, dia bingung bukan main. Apakah harus memberitahu kakaknya kalau Ruq berada di India sekarang dan tinggal dirumahnya. Akhirnya Mirza memutuskan untuk tidak memberitahu Jalal karena dia tidak ingin merusak kebahagiaan kakaknya karena baru sekaranglah Mirza melihat kakaknya bahagia.
Ruq diantar oleh seorang pelayan menuju kamarnya. Namun ketika si pelayan pergi, Ruq pergi ke kamar Jalal dan masuk ke dalamnya. Dia melihat-lihat kamar tersebut. Banyak yang berubah di kamar tersebut karena kamar tersebut sekarang di dominasi oleh kemaskulinan seorang pria dewasa. Ruq mengamati deretan foto2 yang berada di atas buffet kecil. Ketika melihat foto Jalal bersama Jodha ketika masih remaja, Ruq memasang muka penuh kebencian karena dia teringat bagaimana Jodha sudah merebut Jalal darinya lalu dia menggeleng-gelengkan kepala memasang muka senang dan tersenyum menyeringai jahat mengingat kalau sekarang Jodha sudah mati dan sekarang tidak akan ada yang dapat mengganggunya untuk menjadikan Jalal menjadi miliknya.
Seringai jahat dan tertawa terbahak-bahak itu berhenti ketika dia melihat foto Jalal dewasa bersama dengan seorang wanita. Dia mengambil figura foto itu dan wajahnya memasang muka penuh kebencian dan kemarahan karena ternyata sekarang dia memiliki saingan lagi untuk mengambil hati Jalal.
Ruq menyimpan dengan rapi di memorinya akan wajah wanita yang berada disamping Jalal. Dia mengembalikan figura foto itu ke tempatnya dan kembali ke kamarnya. Di dalam kamarnya Ruq mondar mandir kayak orang kebakaran jenggot. Dia harus mencari tahu siapa wanita itu dan dia menunggu kepulangan Jalal untuk mendapatkan informasi itu.
***********
Setelah puas melihat sunset di pantai. Jalal dan Nadha kembali ke kamar mereka yang tidak jauh dari lokasi pantai. Nadha yang terlebih dahulu mandi.Selama Nadha mandi, Jalal menelepon petugas hotel untuk memesan makanan karena mereka akan makan di kamar saja.
Setelah Nadha selesai mandi, dia mengutuk dirinya karena lupa membawa baju ganti. Akhirnya Nadha keluar dari kamar mandi dengan memakai jubah mandi dan rambut panjangnya yang basah nampak tergerai dan Nadha sedang mencoba untuk mengeringkannya. Jalal nampak terlena dengan pesona Nadha yang baru selesai mandi, rambutnya yang basah karena keramas dan tercium aroma bunga dan buah dari sabun mandi yang dipakainya. Nadha nampak terkejut ketika mengetahui kalau Jalal sedang mengamatinya.
Jalal mendekati Nadha dan aroma sabun mandi itu semakin tercium di hidungnya. Nadha yang melihat Jalal mendekat segera mundur ke belakang, nampak wajahnya agak ketakutan. Setelah jarak mereka berdua tinggal beberapa inci, Jalal mendekati Nadha dan berbisik di telinganya, "kamu terlihat sangat cantik, seksi dan menggoda setelah mandi, aku sudah tidak sabar ingin segera melihat wajahmu dan juga menghirup aroma tubuhmu saat kamu bangun tidur di pagi hari.", goda Jalal lalu tersenyum penuh menggoda kepada Nadha.
Nadha nampak terkejut dengan membulatkan mata kelincinya dan perbuatan Jalal itu berhasil membuat wajah Nadha kemerahan bagai udang rebus. Saat Nadha masih terlena dengan omongan Jalal. Jalal langsung menuju kamar mandi namun dia berbalik lagi menghadap Nadha dan bilang, "aku tadi sudah memesan makanan dan kita akan dinner romantis di kamar kita. Tolong nanti kamu bukakan pintunya dan uangnya ada diatas meja", ucap Jalal dan mengeluarkan senyum mautnya untuk menggoda Nadha.
Jalal langsung masuk ke kamar mandi dan Nadha masih diam terpaku di tempatnya. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu kamarnya dan ternyata itu para petugas hotel yang membawakan makanan yang sudah dipesan oleh Jalal. Tanpa instruksi apapun, mereka langsung memindahkan meja dan kursi makannya ke balkon dan menghidangkan makanannya diatas meja lalu menaruh bunga rose beraneka warna, lilin dan beberapa petal rose disebarkan di sekeliling meja dan kursi makan tsb.
Nadha yang melihat hal itu, "aku tidak percaya kalau Jalal adalah seorang pria romantis", pikirnya Nadha. Setelah semuanya selesai, para petugas itu undur diri. Nadha membayar makanannya dan langsung masuk ke kamarnya untuk berpakaian.
Jalal sudah selesai mandi dan dia langsung menuju ke kamarnya untuk berpakaian. Malam ini Jalal hanya ingin berpenampilan santai atau casual saja. Jalal mengenakan kaos berkerah Polo shirt warna hitam dipadu dengan celana pendek berbahan cukup tebal berwarna abu2 dan tidak lupa sebelumnya dia menyemprotkan parfum favoritnya yaitu Black Code "Giorgio Armani". Sudah keliatan cukup tampan di cermin, Jalal langsung keluar dari kamarnya dan dia mencari Nadha.
Jalal mengtext Nadha kalau dia menunggunya di balkon. Nadha membaca text tersebut dan sebelum keluar kamar, dia memeriksa dirinya sekali lagi di cermin besar. Malam ini Nadha pun hanya ingin berpenampilan santai, dia mengenakan floral dress selutut yang di dominasi warna merah dengan sedikit berlengan. Lalu dia keluar dan menghampiri Jalal. Begitu aroma parfum Nadha tercium, Jalal langsung mengetahui kalau Nadha sedang berjalan menghampirinya dan Jalal langsung berbalik kearahnya.
Jalal selalu saja terpesona dengan kecantikan dan pakaian yang dipakai oleh Nadha. Seolah-olah pakaian itu yang mengikuti lekuk tubuh Nadha. Apalagi malam ini, Nadha sama sekali tidak memakai make up. Wajahnya terlihat seperti Goddess yang sedang turun ke bumi.
Jalal mengulurkan tangannya, menarik Nadha ke arahnya lalu menarik kursi untuknya duduk lalu dia menarik kursi untuk dirinya sendiri. Lampu di balkon sudah dipadamkan oleh Jalal sehingga cahaya yang ada di balkon hanya dari cahaya lilin saja. Lampu di dalam kamar mereka juga hanya beberapa yang dibiarkan nyala. Benar-benar menambah kesan romantis. Selama sesi makan malam, Jalal dan Nadha hanya sesekali saja berbicara. Mereka lebih banyak terdiam dan hal itu membuat suasana menjadi canggung.
Setelah makan malam, Jalal mengajak Nadha untuk main catur dan dibuat permainan. Jika salah satu dari mereka ada yang kalah maka merek harus bernyanyi. Selama permainan catur berlangsung, nampak suasana kembali mencair. Mereka nampak asik dengan saling mengobrol becanda dan tertawa. Entah sudah berapa kali Jalal dibuat kalah sama Nadha. Jalal pun mengakui kalau Nadha lihai dalam permainan catur. Malam semakin larut dan mereka sudah mengantuk. Jalal mengucapkan selamat malam kepada Nadha dan begitu pula sebaliknya. Lalu mereka masuk ke dalam kamar masing-masing.
Keesokan paginya, kegiatan mereka hari ini adalah menjelajahi Kovalam Beach dan sekitarnya. Jalal dan Nadha mencoba berbagai kegiatan yang ada disana seperti snorkeling, scuba diving dan jet ski. Setelah puas melakukan semua itu, Jalal dan Nadha mendatangi toko souvenir milik penduduk setempat untuk membeli oleh2 yang akan mereka berikan untuk keluarga mereka masing-masing.
Setelah puas berbelanja, menjelang sore hari mereka menjelajahi bagian lain dari pantai Kovalam yaitu ke pantai Hawa atau disebut dengan Eve's Beach dan ke tempat dimana Mercusuar berada. Disana Jalal dan Nadha menikmati keindahan sunset diatas teras mercusuar. Jalal memeluk Nadha dari belakang.
"Terima kasih, Jalal karena kamu sudah membawaku ke tempat-tempat yang sangat indah. Aku sangat bahagia.", ucap Nadha bahagia dan masih memandang lurus ke arah pantai.
"Kamu tidak perlu berterima kasih padaku. I will do anything for u, to make u happy. Seharusnya aku yang berterima kasih kepadamu, kamu sudah melengkapi hidupku.", ucap Jalal bahagia.
Jalal kembali membisikkan sesuatu di telinganya Nadha, "I love u". "No, I love more", balas Nadha.
"I love u most", balas Jalal dan mereka berduapun tersenyum dan Jalal makin mempererat pelukan dan menikmati senja itu hingga sang mentari kembali ke peraduannya.
Jalal dan Nadha kembali ke kamar mereka. Setelah mereka membersihkan diri dan makan malam. Mereka kembali ke kamar masing-masing dan mengemas barang2 bawaan mereka karena itu adalah hari terakhir mereka melakukan travelling. Besok mereka harus kembali ke Delhi dan melakukan aktivitas mereka kembali.
Entah kenapa malam itu, Nadha tidak bisa tidur. Perasaannya gelisah, tidak tenang seperti akan mendapat suatu kejadian yang buruk. Akhirnya Nadha keluar dari kamarnya dan menuju balkon. Jalal yang baru saja selesai menelepon seseorang dan ketika akan mengambil minum di ruang makan, dia melihat Nadha yang sedang melamun. Lalu dia menghampirinya dan bertanya, "ada apa sayang, koq belum tidur??".
"Entahlah, dear. Malam ini entah kenapa aku tidak bisa tidur. Perasaanku sangat tidak enak...", jawab Nadha gelisah.
"Apakah kamu mau aku menemanimu tidur, agar kamu bisa tidur nyenyak??", goda Jalal.
Nadha memukul pelan dada Jalal yang bidang, "iihh...tuhkan kamu masih aja menggodaku disaat aku sedang berbicara serius...!!", ucap Nadha kesal.
Jalal menarik Nadha ke arahnya dan memeluknya untuk menenangkan dan berkata, "maafkan aku sayang. Aku mau kamu buang jauh-jauh pikiran negatif itu. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi. Sekarang kamu tenanglah. Aku akan selalu ada disisimu".
Lama Jalal memeluk Nadha. Setelah Nadha sudah merasa tenang, Jalal mengantarkan Nadha ke kamarnya dan menemaninya sebentar sampai Nadha tertidur. Setelah Nadha tertidur, Jalal melepaskan genggaman tangannya dan mengecup kening Nadha lalu berlalu dari kamarnya.
Jalal sempat berpikir sebentar mengenai ucapan Nadha yang tiba-tiba perasaannya tidak tenang dan gelisah. Jalal juga sebenarnya merasakan hal sama namun dia menepisnya dan segera menuju ke kamarnya untuk tidur.
Keesokan paginya setelah Jalal dan Nadha selesai sarapan. Mereka mengecek kembali kamar mereka apakah ada barang-barang mereka yang tertinggal. Mobil dari pihak hotel yang akan mengantarkan mereka ke bandara sudah menunggu di lobi. Jalal dan Nadha sudah keluar dari kamar mereka lalu langsung masuk ke dalam mobil tersebut dan langsung menuju Trivandrum International Airport.
Setelah penerbangan selama kurang lebih 5jam. Pesawat Jet Airways landing di Indira Gandhi International Airport. Akhirnya mereka sudah tiba di Delhi. Ketika mereka keluar dari pintu Domestic Arrival, disana sudah nampak Mirza Hakim yang menjemput mereka.
Mirza memeluk kakaknya tersebut dan bersalaman dengan Nadha.
"Bagaimana kak, dengan bulan madu kalian??, pasti seru ya sampai kalian baru pulang. Hampir seminggu kalian pergi.", ucap Mirza menggoda Jalal dan Nadha.
Nadha dan Jalal nampak terkejut dengan omongan Mirza. Jalal langsung berbicara, "Mirzaaaaaa....!!!".
"I...iya kak, maaf. Habis kalian berdua layaknya pasangan yg sudah menikah dan pergi untuk honeymoon. Sudahlah kak Jalal jangan lama-lama untuk melamar dan menikahi kak Nadha", ucap Mirza.
Namun saat Mirza melihat Jalal menunjukkan tangan Nadha yang dijari manisnya melingkar cincin bermata green diamond, Mirza nampak terkejut. Dia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua tangannya dan matanya terbelalak saat dia mengamati cincin itu lebih dekat.
"Ja...jadi...jadi kalian sudah bertunangan?? Ternyata kakak ngajak kak Nadha pergi untuk...??aku kira kalian pergi hanya...??", ucap Mirza terkejut sambil menunjuk ke arah Jalal dan Nadha.
"Iya, adikku yang bawellll. Sudah, mau sampai kapan kita disini?? Kamu ga liat calon kakak iparmu sudah nampak kelelahan??!", ucap Jalal sambil mengacak2 rambut Mirza.
Akhirnya mereka bertiga berlalu dari bandara dan hal yang pertama mereka lakukan adalah mengantarkan Nadha lebih dulu ke rumahnya. Disana ada nenek Athifa yang membukakan pintunya. Ketika nenek Athifa meminta Jalal untuk masuk, Jalal menolaknya karena dia ingin Nadha beristirahat. Setelah mengecup kening Nadha. Jalal dan Mirza segera berlalu dari sana.
Sepanjang perjalanan menuju rumah. Jalal bingung dengan sikap diamnya Mirza. Padahal sewaktu ada Nadha, dia terus saja mengoceh.
"Mirza, apakah ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari kakak??", tanya Jalal mengintimidasi.
"Eng...eng...aku bingung untuk mengatakannya kak...!, sebaiknya dibicarakan nanti setelah kakak sampai dirumah", jawab Mirza khawatir.
Akhirnya mereka sampai dirumah. Kedatangan mereka berdua disambut oleh Hameeda. Hameeda sangat merindukan putra tersayangnya itu. Namun, saat Jalal masuk ke dalam rumahnya, dia melihat sosok wanita muda berada dirumahnya dan betapa terkejutnya Jalal ketika melihat sosok wanita itu dan tidak lain adalah Ruqaiya.
"Ruq...??!!! Kauuu...!!!", ucap Jalal kaget.
Ruq yang melihat Jalal sudah kembali dari perjalanannya langsung menghampiri Jalal dan memeluknya. Jalal hanya diam saja ketika dipeluk oleh Ruq dan matanya tetap memandang tajam ke arah Ruq. Ruq melepaskannya dan berkata, "iya, Jalal... aku kembali...!!!".