(Demi kemudahan dalam
penulisan dan tidak membingungkan pembaca, tokoh Jodha yg amnesia menjadi
Nadira, akan aku buat menjadi NADHA "Nadira-Jodha)
Sepanjang perjalanan menuju bandara,
Jalal kembali melamunkan pertemuannya dengan Nadha. Jalal teringat akan tatapan
matanya.
Batinny, "tatapan mata itu...?? Ya, aku tidak
akan pernah bisa melupakan tatapan mata itu...!! Tapi itu tidak mungkin, hanya
Jodhaku yang mempunyai tatapan mata seperti itu!! Oohh, Jodha dimanakah dirimu
sebenarnya?? Hatiku gelisah memikirkanmu.”
Akhirnya Jalal sampai di bandara,
memarkirkan Audi hitamnya di parkiran dan bergegas menuju bagian International
Arrival. Selama 15 menit menunggu akhirnya orang yang ia tunggu, muncul juga.
Wanita yang dia cintai, yang selama ini dia rindukan. Wanita itu adalah
Hameeda. (Pasti pada mikirnya Jodha...yaa??)
Jalal menyerahkan buket bunga yang
dibawanya dan sambil berkata, "Selamat datang kembali, ibu. Aku sangat
merindukanmu...!!!”
"Gimana kabarmu, bu??",
tanya Jalal.
Hameeda memeluk Jalal dan berkata,
"ibu baik-baik saja, Nak. Ibu juga kangen denganmu".
Hameeda melepaskan pelukannya dan
kedua tangannya memegang wajah putranya yang sudah dewasa, "sekarang putra
Ibu sudah dewasa. Menjadi pria yang tampan. Pasti banyak para wanita yang jatuh
cinta padamu..??", ucap Hameeda sendu.
Mendengar perkataan ibunya seperti
itu, Jalal hanya diam dan kembali menunjukkan wajah dinginnya. "tidak bu,
wanita yang aku cintai hanyalah dia, tidak akan ada wanita lain yang dapat
merubah posisinya di hatiku", batinnya Jalal.
"Ayo, Bu. Kita pulang, Mirza
pasti sudah menungu kedatanganmu", pinta Jalal.
Jalal dan ibunya berlalu dari bandara.
Sepanjang perjalanan pulang, Jalal hanya diam saja. Kembali menunjukkan wajah
dinginnya. Hameeda yang melihat hal itu seakan-akan tahu apa penyebabnya.
Batinnya berkata, "Sampai kapan, Jalal?? Kamu akan terus hidup dibawah
bayang-bayang Jodha?? Begitu besarkah cintamu padanya??".
Jalal dan Hameeda sampai di rumah
mereka. Disana sudah ada Mirza Hakim yang menunggu utk menyambut kedatangan
mereka.
Mirza menghampiri ibunya dan
memeluknya, "selamat datang ibu, aku sangat merindukanmu", tanya
Mirza bahagia.
"Ibu juga merindukanmu, Nak.
Senang bisa melihatmu kembali", lirih Hameeda sedih.
Ketika melihat rumahnya, Hameeda
teringat akan kenangan-kenangan bersama mendiang suaminya. Meskipun sudah 10
tahun berlalu, bayang-bayang itu masih membekas di dalam ingatannya. Hameeda
kembali sedih. Jalal dan Mirza menghiburnya.
~~~~~~~~~~~~~~~~~0O0~~~~~~~~~~~~~~~
Malam hari, di dalam kamarnya Nadha
duduk termenung di atas kasurnya. Dia melamunkan pertemuannya dengan sosok
Jalal.
Batinnya, "pria yang tadi membeli bunga lili dan
white ros... tatapan matanya...??!!! Tatapan mata itu (aahhh neng
Jodha... pke muter2 begini ngomongnya!!!). Aku merasa seperti pernah mengenalnya. Tapi dimana dan
siapa dia??".
"Aaahhh daripada mikirin itu
orang yang ga jelas, mendingan tidur aja deh", ucap Nadha kesal. (ya ampun
neng, segitunya).
Keesokan paginya di kediaman Hameeda.
"Jalal, hari ini kan hari minggu...! Ibu ingin sekali pergi ke pusat
perbelanjaan, ada yang ingin ibu beli. Sudah lama sekali ibu meninggalkan
negara ini. Pasti banyak yang berubah. Ibu ingin kamu mau menemani
Ibu...??", pinta Hameeda.
"Tentu, Ibu. Aku pasti akan
menemani, Ibu hari", jawab Jalal.
Jalal mengajak ibunya berkeliling kota
Delhi. Pergi ke taman kota sambil menikmati pemandangan yang ada disana.
Menjelang siang, Jalal membawa ibunya menuju ke pusat perbelanjaan terkenal di
Delhi. Ketika akan keluar dari suatu toko.
BUUUUKKKK
Tiba-tiba dari arah berlawanan ada
seorang wanita yang menabrak Jalal karena sedang sibuk mencari ponselnya yang
berbunyi di tasnya sehingga dia tidak fokus berjalan.
"A... ahh... maafkan saya karena
telah menabrak Anda", ucap wanita itu menyesal dengan sedikit
membungkukkan badan.
Jalal yang mendengar suara wanita itu
terdengar sedikit kaget, sejenak berpikir kalau dia merasa pernah mendengar
suara itu.
"Ti... tidak apa-apa, nona",
jawab Jalal. "Apakah, Anda baik-baik saja, Nona??", tanya Jalal.
Wanita itu masih saja sibuk mencari
ponselnya dan ketika mendengar suara Jalal. Dia terlihat kaget, seperti
mendengar suara itu sebelumnya. Saat wanita itu menjawab pertanyaan Jalal,
"iya, aku tidak apa-apa", dia menoleh ke arah Jalal dan terkejut
melihat pria itu lagi saat ini di hadapannya.
Bersama-sama mereka berkata, "Anda,
Tuan", Nadha kepada Jalal dan "Anda, Nona", Jalal kepada Nadha.
Kemudian mereka tersenyum dan tertawa melihat ulah mereka tadi.
Jalal terpesona dengan penampilan
Nadha yang sangat cantik bak bidadari turun dari kayangan. Nadha saat itu
mengenakan Salwar Khameez/anarkali berwarna biru dengan rambut panjangnya yang
digerai nampak menyihir Jalal. Berbeda sekali dengan penampilannya kemarin yang
mengenakan celana jeans panjang dan kaos berkerah warna pink.
"Sedang apa, kamu ada disini, Nona??",
tanya Jalal penasaran.
"Kebetulan tadi, aku habis
bertemu dengan klienku yang memintaku untuk mendekor acara pernikahannya",
jawab Nadha.
Kemudian Jalal mengulurkan tangannya
untuk bersalaman, "perkenalkan, namaku Jalal. Bolehkah aku tahu namamu,
Nona??", tanya Jalal genit.
Nadha membalas uluran tangan Jalal
untuk bersalaman dan berkata, "iya, boleh. Namaku Nadira".
Saat bersalaman, mereka berdua seperti
tersetrum listrik 100 volt. Mereka saling diam terpaku. Mereka berdua merasa
pernah saling mengenal sebelumnya. Ya, Jalal tidak pernah melupakan sentuhan
tangan wanita yang ia cintai.
Batinnya, "sentuhan tangan ini??!! Aahhh tidak
mungkin ini Jodhaku...!!".
Tiba-tiba terdengar suara Hameeda,
"eeehhhmm, apakah kamu tidak mau mengenalkan teman wanitamu ini,
Jalal??".
Lamunan Jalal dan Nadha buyar oleh
pertanyaan Hameeda. Sebelum Jalal menjawab pertanyaan ibunya. Nadha udah
berkata duluan, "jadi ini, Tuan. Wanita yang Anda cerita kemarin?? Wanita
yang sangat Anda cintai?? Dia cantik sekali, Tuan...!!".
"Ibu, perkenalkan ini Nadira.
Dialah yang merangkai buket bunga yang aku berikan kepadamu, ibu", jawab
Jalal.
Hameeda mengulurkan tangannya utk bersalaman
dengan Nadha dan Nadha membalasnya dengan mencium tangannya.
"Salam kenal, Nyonya. Nama saya,
Nadira", ucap Nadha.
Hameeda tersenyum manis sebagai
balasan atas perkataan Nadha.
"Oya, karena kita secara tidak
sengaja bertemu, bagaimana kalau kita mengobrol di suatu cafe sambil makan
siang?? Kebetulan sekarang sudah jam makan siang", tanya Jalal antusias
sambil mengeluarkan senyuman mautnya. (omaigottt tuh killer smile bikin emak2 di
GKM klepek2).
Nadha memenuhi permintaan Jalal karena
dia tidak ingin menolak Hameeda yang juga ikut membujuknya utk ikut bersama
mereka.
Akhirnya mereka masuk ke cafe, memesan
makanan dan sambil makanan pesanan mereka tiba. Mereka kembali mengobrol.
"Bagaimana kalian bertemu??
Jalal, kamu tidak menceritakan kepada ibu kalau kamu mempunyai teman wanita??!!",
tanya Hameeda penasaran.
"Kami baru bertemu kemarin, Bu.
Di sebuah toko bunga. Di sanalah, aku bertemu dengan Nadira dan dia yang
membantuku memilihkan dan merangkaikan bunga itu untukmu, Bu", jawab Jalal
antusias.
Sesekali Jalal melirik Nadha saat
menjawab pertanyaan Hameeda.
"Aku senang sekali, Nadira dengan
pilihan bunganya dan juga rangkaiannya. Kamu tahu kalau aku sangat menyukai dua
bunga itu??", ucap Hameeda senang.
"Terima kasih, Nyonya. Aku senang
jika Anda menyukainya", jawab Nadha bahagia. "Sebelumnya aku mengira
kalau tuan Jalal, memilih bunga itu untuk istrinya dan ternyata itu untuk,
Nyonya", ucap Nadha sambil tersenyum.
"Ku mohon, Nadira jangan
memanggilku dengan sebutan Nyonya. Panggil saja aku dengan sebutan
Bibi..!", pinta Hameeda.
"Baiklah, Bibi", ucap Nadha.
"Oiya, Ibu. Nadha sangat pintar
dalam memilih dan merangkai bunga. Mungkin nanti ibu bisa datang ke toko bunga
milik neneknya Nadha untuk melihat bunga2 yang ada disana dan merangkainya. Ibu
kan sangat suka merangkai bunga", ucap Jalal sambil melirik Nadha.
Mereka bertiga terlihat asyik
mengobrol dan sama sekali tidak ada kecanggungan diantara mereka bertiga.
Mereka saling bercanda dan tertawa lepas. Selama mereka bertiga mengobrol.
Lagi-lagi Jalal tidak dapat melepaskan pandangannya dari Nadha. Dia terus saja
memandangi wajah Nadha. Seperti orang yang melepas rindu setelah lama tidak
bertemu.
Tiba-tiba ponselnya Nadha berbunyi.
Nadha melihatnya dan tertera di layar nama N. Athifa. Nadha meminta izin untuk
menjawab teleponnya. Setelah selesai menelepon. Nadha kembali ke kursinya dan
mengatakan kalau neneknya menelepon.
Hari menjelang sore, Nadha memutuskan
untuk segera pulang karena masih ada pekerjaan yang harus diurusnya. Nadha
mengucapkan terima kasih atas makan siangnya. Hameeda memeluk Nadha dan mereka
bertiga pun berpisah.
Lagi-lagi selama perjalanan pulang
kerumahnya, Jalal nampak GGD alias Guyu Guyu Dewe mengingat pertemuannya dengan
Nadha tadi. (Cie.. cie.. bang Jalal).
Hameeda yang melihat tingkah putranya
pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Entah ada apa dengan
putranya...???