Written by Samanika
Translate by ChusNiAnTi
Note: Tulisan warna biruadalah ucapan dalam hati pemain.
Jalal mengemasi semua barangnya karena ia tidak akan kembali ke kabinnya lagi. Setelah membuat pengumuman, dia akan segera menuju ke kantor polisi untuk menyelesaikan formalitas. Seluruh kejadian selama istirahat makan siang terus berputar di pikirannya. Ia tidak bisa berkonsentrasi pada apapun setelah itu. Dia sengaja telah memberikan perintah untuk tidak bertemu siapapun, karena ia ingin menghabiskan waktu sendirian, memikirkan setiap saat bersama Jodha, lagi dan lagi. Dalam pesta-Ria ini, ia tiba-tiba ingat bahwa ia mengumumkan pengangkatan untuk Wakil Presiden. Ia segera mengetik email dan mengirimkannya ke semua karyawan, memberitahu mereka untuk berkumpul di aula konferensi utama untuk pengumuman. Setelah memastikan segalanya di tempat, ia meninggalkan kabin.
Sudah hampir pukul 7 pm. Jodha dan semua karyawan lain sedang menunggu kedatangan Jalal. Beberapa orang berharap untuk mendapatkan posisi Adham dan Benazir dan beberapa yang lain bertanya-tanya siapa dua orang yang beruntung yang telah Jalal pilih. Tiba-tiba, pintu ruang konferensi terbuka dan Jalal masuk. Ketika ia berjalan menyusuri lorong, orang-orang berdiri dan menyapanya. Jalal tersenyum tapi matanya terus mencari Jodha. Dia panik karena ia masih tidak melihat Jodha. Ia akhirnya berdiri di podium. “Aku bertanya-tanya dimana dia? Aku harap dia tidak sengaja menghindar setelah apa yang terjadi tadi siang. Aku punya sesuatu yang istimewa untuknya.”Ucapnya dalam hati.
Setelah pengujian mikrofon, Jalal akhirnya mulai berbicara pada semua yang hadir disana. “Selamat malam semuanya. Saya menyesal memberitahu semua orang tentang pertemuan ini pada pemberitahuan singkat. Tapi karena semua orang tahu, Adham Khan dan Benazir Khan ditangkap oleh polisi dari kantor kami kemarin atas penggelapan dana perusahaan jutaan Rupee. Tuduhan yang dilontarkan terhadap mereka telah terbukti. Jadi, posisi mereka sekarang kosong. Namun, setelah berpikir hati-hati dan pertimbangan, saya akhirnya memutuskan dua karyawan harus diberikan posisi ini. Dua karyawan, yang telah dipromosikan untuk jabatan wakil presiden, adalah Mr Bharmal Singh dan Mr Ataga Khan!”
Bharmal membeku mendengar namanya disebut. Ia tidak percaya bahwa ia dipromosikan ke sebuah posisi tinggi! Jodha mulai menjerit dalam kegembiraan! Dia tidak bisa percaya bahwa ayahnya adalah Wakil Presiden perusahaan yang baru! Dia memeluk ayahnya. “Papa, selamat!” , “Terima kasih, sayang!”
“Mr Bharmal dan Mr Ataga, silahkan datang ke podium.” Jalal memanggil mereka berdua dari podium. Bharmal dan Ataga sampai di podium dan berdiri di samping Jalal. Jalal mengucapkan selamat kepada mereka berdua dan mereka berterima kasih kepadanya. Jalal kemudian mengatakan kepada semua orang tentang tanggung jawab mereka dan peran mereka dan memberi mereka hadiah. Ia mengumumkan bahwa Departemen mereka sebelumnya akan ditangani oleh dia sampai ia menemukan karyawan yang tepat untuk mengisi tempat mereka.
Kemudian tiba saatnya untuk pengumuman penting lain. “Saya memiliki pengumuman khusus. Hal ini untuk tiga karyawan karena mereka saya bisa mengetahui kebenaran tentang Adham dan Benazir. Tanpa mereka, saya tidak akan pernah tahu tentang ular-ular di halaman belakang saya sendiri. Mereka telah bekerja di perusahaan saya untuk beberapa waktu, namun mereka telah menunjukkan kesetiaan mereka yang begitu besar. Terutama salah satu dari mereka tidak hanya menunjukkan sejumlah besar keberanian, tetapi juga kepintaran unik dan smartness telah membuatnya menjadi aset berharga perusahaan kami. Dan orang itu adalah Nona Jodha Singh.”
Jodha terkejut mendengar namanya disebut oleh Jalal. Dia tidak bisa percaya bahwa ia telah dihargai begitu banyak di depan semua orang. Dia tersenyum lebar. Jalal melihat wajahnya cerah dan tersenyum antara lautan orang di sana. Ia melangkah turun dari podium dan mulai berjalan kearah Jodha (BGM mulai bermain). Jalal mengulurkan tangannya dan Jodha terkejut melihat tindakan Jalal. Jalal mengisyaratkan dengan matanya supaya Jodha mau menerimanya. Perlahan-lahan Jodha mengulurkan tangannya dan Jalal langsung memegangnya sambil berjalan menyusuri lorong menuju podium. Mereka berpadangan dan saling melempar senyum.
Akhirnya mereka sampai di podium dan Jodha menghadap ke penonton. Jalal berdiri disampingnya dan menatapnya yang tersenyum pada semua orang. Semua orang menatap kagum pada Jodha dan mulai bertepuk tangan dan bersorak-sorai. Jodha tidak bisa mengatakan apapun, namun senyum kebahagian tampak diwajahnya. Tak hanya itu, air mata kebahagiaan pun juga mewakili kebahagiaannya. Dia tidak bisa percaya bahwa orang yang sangat membencinya kini menunjukkan begitu besar rasa terima kasihnya dan memberinya penghargaan.
Bharmal yang berdiri dibelakang Jodha tidak bisa berhenti tersenyum. Dia tidak bisa percaya bahwa putrinya telah diberikan begitu banyak penghargaan dan rasa hormat.
Jalal menuju mikrofon untuk mengatasi penonton. “Dua karyawan yang lain Nona Salima Khan dan Nona Ruqaiyya Sultan yang tidak hadir pada saat ini. Tetapi mereka juga telah menunjukkan jumlah kesetiaan dan keberanian yang sama seperti Nona Jodha Singh. Saya ingin memberi mereka semua hadiah untuk tindakan mereka.”
Kemudian Jalal meminta seseorang untuk membawakan hadiah khusus. Seseorang datang dan menyerahkannya kepada Jalal. Jalal kemudian menyerahkan sebuah kotak hadiah kepada Jodha. Jodha membukannya dan melihat isinya adalah jam Cartier edisi terbatas. Jodha memandang Jalal dan memberinya senyuman dan Jalal membalasnya.
Jalal: “Ku harap kau menyukainya, aku sendiri yang memilihnya.”
Jodha: “Ya, saya sangat menyukainya, Pak Presiden. Terim kasih banyak!”
Jalal: “Aku senang. Umm... Jodha, apakah kau memiliki rencana setelah kantor hari ini?”
Jodha: “Tidak, Pal Presiden. Saya hanya akan pulang.”
Jalal: “Um... apakah kau mau menemaniku ke kantor polisi? Sebenarnya, karena kau adalah salah satu saksi utama, itu akan sangat membantu saat mengajukan keluhan terhadap Benazir dan Adham.”
Jodha: “Tentu saja, Pak Presiden.”
Setelah beberapa waktu, Jalal mengatakan pada semua orang bahwa mereka boleh pergi. Ruang konferensi mulai dikosongkan. Bharmal dan Ataga menunggu diatas podium bersama dengan Jodha. Jalal kemudian berkata pada Bharmal bahwa ia perlu mengajak Jodha untuk mengajukan keluhan. Bharmal sangat bahagia dan mengatakan pada Jodha supaya ikut pergi bersama Jalal. Jalal mengatakan bahwa ia akan mengantarkan Jodha pulang.
Mereka semua segera meninggalkan ruang konferensi. Bharmal dan Jodha mengatakan selamat tinggal kepada satu sama lain dan ia mengatakan bahwa ia akan bertemu di rumah.
Jodha dan Jalal kemudian menuju tempat parkir, dimana mobil Jalal diparkirkan. Jalal duduk di kursi pengemudi sementara Jodha duduk di kursi depan disamping Jalal. Jalal mulai melajukan mobilnya menuju kantor polisi. Jodha menatap keluar jendela sementara lagu-lagu romantis terus bermain di radio. Meskipun hari sudah malam, Jodha masih tampak segar seperti embun pagi. Jalal benar-benar berjuang mengendalikan dirinya supaya tidak memandang Jodha karena ia harus berkonsentrasi pada jalal. Jodha akhirnya memulai pembicaraan setelah keheningan yang begitu lama.
Jodha: “Pak Presiden, terima kasih banyak atas segalanya.”
Jalal: “Aku sangat senang kau menyukai hadiahnya, Jodha. Ini adalah caraku menunjukkan rasa terima kasihku padamu.”
Jodha: “Pak Presiden, saya tidak berbicara tentang hadiah. Saya sedang berbicara tentang kepercayaan dan penghargaan. Itu begitu kuat sehingga saya hampir menangis dalam kebahagiaan. Terima kasih banyak, Pak Presiden.”
Jalal (dengan senyum lebar: “You’re welcome, Jodha.”
Setelah terjebak dalam lalu lintas sementara waktu, mereka akhirnya tiba di kantor polisi. Kepala Constable langsung mengantarkan mereka ke dalam kabin kepala Inspektur. Inspektur menyambut keduanya dan mempersilahkan mereka duduk sampai ia mendapat hal-hal yang diperlukan untuk mengajukan keluhan. Setelah semuanya siap, ia mengajukan beberapa pertanyaan kepada mereka berkaitan dengan Adham dan Benazir, dan mereka menjawab dengan jawaban yang memuaskan. Inspektur bertanya kepada Jalal beberapa pertanyaan tentang file dan Jodha tentang bagaimana dia bisa tahu tentang penipuan tersebut.
Setelah menyelesaikan semua formalitas, mereka meninggalkan kantor polisi. Mereka duduk di mobil dan Jalal mulai melajukan mobilnya.
Jalal: “Kita akan melewati beberapa lalu lintas, sehingga akan membutuhkan waktu lebih untuk sampai di rumahmu.”
Jodha: “Pak Presiden, saya bisa pulang sendiri. Anda tidak pergi pergi ke arah berlawanan karena saya.”
Jalal: “Jodha, hal ini tidak masalah untukku. Aku tidak akan pernah membiarkanmu pergi sendirian baik siang atau di malam hari.”
Jodha memberinya senyum lebar dan Jalal membalas senyumnya. Mereka segera sampai di jalan utama dan harus menunggu karena lalu lintas yang begitu padat.
Jodha: “Pak Presiden, jika Anda tidak keberatan saya bertanya, sejak berapa lama Anda bersama Benazir?”
Jalal (memberikan sedikit senyuman): “Nah, aku dengan Benazir hampir selama 2 tahun sekarang. Aku bertemu dengannya di sebuah pesta 3 tahun yang lalu dan kita langsung berteman. Kami mulai memperhatikan satu sama lain selama satu tahun.”
Jodha: “Oh bagus. Jadi kalian telah berteman sebelumnya.”
Jalal: “ya, kami adalah teman yang benar-benar baik. Pada kenyataannya, kau tidak akan percaya ini. Kau ingat party karyawan tiga bulan lalu? Sama dengan saat kita bertemu untuk pertama kalinya dan kau bertengkar dengan Benazir?”
Jodha: “ya, bagaimana mungkin saya bisa melupakan hari itu? Bagaimana dengan itu?”
Jalal: “Aku akan melamarnya hari itu, namun aku tidak melakukannya.”
Jodha: “Oh. Tapi kenapa anda tidak melakukannya, Pak Presiden?”
Jalal (untuk dirinya): “Karena dirimu, Jodha. Semuanya berubah sejak aku bertemu denganmu. Aku kehilangan minatku pada yang lain termasuk Benazir. Kau lah yang menjadi tujuan hidupku. Kau telah berani menyakiti egoku tetapi aku masih mendambakanmu. Tapi lihatlah, waktu telah mengubah segalanya. Mengubah pandanganku tentangmu dan aku harus mengakui bahwa aku hanya ingin kau bahagia dan jika ada yang mencoba menyakitimu, aku akan membuat hidup mereka sengsara!” (untuk Jodha): “Um... Kurasa aku hanya memutuskan untuk menunggu setelah melihat dia berperilaku seperti itu. Kau tahu, itu agak membuatku berpikir apakah aku ingin menghabiskan sisa hidupku dengan seseorang seperti itu.”
Jodha: “Oke. Jadi bagaimana gadis yang ingin anda nikahi?” **Jodha mulai mancing-mancing nih...**
Jalal: “Seorang gadis yang sederhana dan manis, peka terhadap perasaan orang lain, berbakat, dan benar-benar indah tidak hanya luasrnya tetapi juga hatinya. Singkatnya, seorang gadis sepertimu, Jodha.” **Kode-kode,,, hehehe**
Mendengar kalimat terakhirnya, Jodha mulai memerah. Dia tidak bisa percaya bahwa Jalal menyukai gadis-gadis seperti dirinya. Selama ini, ia berpikir bahwa ia menyukai gadis-gadis seperti Benazir, yang glamor. Dia memandangnya dan tersenyum. “Terima kasih Pak Presiden, saya menghargainya.”
Jalal hanya tersenyum menatapnya. Dia benar-benar senang bahwa ia membawa senyuman di wajahnya hari ini. Juga, saat mereka bersama selama istirahat makan siang. Setiap kali ia berpikir saat ia jatuh diatasnya, ia benar-benar bahagia dan berharap hal itu terjadi lagi.
Akhirnya, setelah terjebak dalam lalu lintas selama beberapa waktu, mereka akhirnya sampai dirumah Jodha. Jalal menghentikan mobilnya di depan pintu masuk.
Jodha: “Terima kasih banyak Pak Presiden. Selamat malam dan sampai jumpa besok.”
Jalal: “Malam, Jodha. Sampai jumpa besok.”
Jodha itu turun dari mobil. Ia berjalan ke lobi dan menunggu Lift. Jalal menunggunya sampai dia masuk dengan aman. Setelah dia di dalam Lift, Jalal melajukan mobilnya keluar dari sana dan menuju ke rumahnya. Kisah cinta mereka akhirnya dimulai.............
Bersambung ke Chapter 24Karena endingnya tidak menggantung, jadi boleh dong ya, untuk FF His First Love sementara waktu break dulu.... Karena Minggu ini jatah saya untuk buat sinopsis "Blood"Thanks and Happy reading all...^0^