Setelah melewati pintu Rafah dengan sedikit ribet, karena harus melewati pemeriksaan yang ketat dari tentara Mesir yang menjaga perbatasan, akhirnya pasangan suami istri ini sampai juga di Mesir, mereka sekarang telah berada di hotel. Jalal tengah mandi, menghilangkan lelahnya dengan berendam di air hangat, sedangkan Jodha saking lelahnya dia tertidur, dengan handuk melingkar di lehernya...Jalal yang keluar dari kamar mandi segera membangunkan istri tercintanya "sayang, ayo bangun, air hangat akan membuatmu releks", Jodha hanya mengubah posisi tidurnya, matanya tetap terpejam, sepertinya dia enggan beranjak dari tempat tidur "ma-les mas, aku ngan-tuk berat" suara Jodha terdengar pelan sepertinya separuh jiwanya telah berada di alam mimpi. Jalal tidak kehabisan akal dia pura2 meringis kelaperan "aduh, mas mu laper banget, tidak kah kau mau menemani suamimu makan diluar sayang". Jodha: "mas makan aja sendiri aku ga ikut", Jal: "kamu ga nyesel kalau nanti ada akhwat mesir yang terpesonan dengan ke gantenganku?" Jalal mulai menggoda Jodha, namun tak terdengar satu jawaban pun yang keluar dari mulut Jodha, rupanya dia benar-benar telah tertidur.
Jalal pun akhirnya menggunakan cara terakhir yang biasanya manjur digunakan untuk membangunkan Jodha. "baiklah, sepertinya istriku kangen pengin aku gendong, sambil mengangkat tubuh Jodha dengan tangan kekarnya". Jodha masih merem, namun bibirnya tak kuasa menahan senyum, sambil berbisik di telinga Jodha, Jalal berkata "apa perlu mas mu, mandiin kamu sekalian". Digoda seperti itu, Jodha langsung loncat, berlari dan mengunci kamar mandi.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Di pagi harinya Jalal mengajak Jodha jalan-jalan ke Masjid Agung Ibn Tulun, masjid ke 3 terbesar didunia, dindingnya di hiasi dengan kaligrafi kuno abad ke-9, dengan gaya arsiterktur bangunan mencerminkan seni kebudayaan bani Abasiyah terutama menara masjidnya yang berbentuk kotak, Jalal dan Jodha mendirikan shalat sunat di sana,setelah puas menikmati cendra mata masa kejayaan Islam, mereka berjalan-jalan disekitar sungai Nil, sungai yang melintasi 9 negara di Asia dan Afrika, "sebuah karya sang Khalik yang luar biasa, saksi bisu dihanyutkannya nabi Musa waktu masih bayi, hingga akhirnya ditemukan oleh Asiyah seorang wanita shalehah yang mempunyai suami seperti Ramses (Firaun) yang pendurhaka" gumam Jalal. "ooh.. Jadi istrinya Firaun itu seorang yang shalehah mas?" tanya Jodha. "iya sayang, memang betul laki-laki baik akan mendapatkan perempuan baik-baik, dan laki-laki brengsek akan mendapatkan perempuan brengsek pula itu sudah janji Alloh, tapi kadang Alloh juga mengirimkan seorang wanita shalehah untuk laki-laki brengsek, dengan tujuan agar dia mampu menunjukan jalan kebenaran, menjadi ladang surga untuknya, tentu hasil akhir Alloh yang menentukan, Alloh tidak pernah menilai hasil yang Alloh lihat adalah usaha kita" Jalal mencoba menjelaskan.
Menjelang dzuhur mereka telah tiba di Masjid Al Azhar di El Hussen Square Kairo, Bangunan masjid berada ditengah dikelilingi oleh bangunan Universitas Al Azhar, masjid yang didirikan tahun 972 M oleh dinasti Fathimiyah masih berdiri kokoh dengan megahnya, selesai shalat mereka duduk2 di teras maskid, sampai akhirnya ada suara lembut yang menyapa mereka "Assalamu'alaikum, betulkah ini mba Jodha dan Mas Jalal?" sontak Jalal dan Jodha menatap sumber suara, mereka merasa tidak mengenal siapapun di Mesir ini, seorang wanita cantik berkerudung hitam lebar, dengan kulit yang putih bersih nampak sekali keshalehahannya,dia membawa beberapa buku ditangannya... "A.. A.. Aisyah" Jalal dan Jodha menyebut nama itu bersamaan, rupanya itu mantan khitbahannya Jalal.
“Kalian disini sedang...." belum juga Aisyah membereskan pertanyaannya, Jodha sudah memotongnya "kami sedang bulan madu!" Jodha mencoba menegaskan kalo mas bawel sekarang sepenuhnya telah menjadi miliknya, sambil matanya melirik kearah Jalal, ekspresi mukanya menyiratkan kecemburuan.
Jalal sedari tadi hanya menunduk (gozulbasor) tidak mau menatap Aisyah. Meski sebelumnya memang tidak ada perasaan cinta pada Aisyah, tapi tetap saja namanya juga mantan khitbahaan. Terkenang kembali di benak Jalal, bagaimana galaunya dia waktu Aisyah memutuskan khitbah secara sepihak, harga dirinya sebagai laki-laki merasa terhina, Jalal mencoba mengendalikan suasanan hatinya, dia menasehati dirinya sendiri "Jalal, kau sekarang telah mempunyai Jodha, hatimu telah kau berikan untuknya, Aisyah adalah masa lalumu, kau jangan terpengaruh dengan pertemuan ini, hargai perasaan Jodha sebagai istrimu".
"Barokalloh... semoga kalian bisa membina keluarga yang sakinah, mawadah, warahmah, aku turut senang melihat kalian bisa bersatu" ujar Aisyah mendo'akan ikhwan yang pernah singgah di hatinya. Aisyah memang sudah merelakan Jalal sepenuh hati, itu terjadi sejak dia memutuskan untuk meninggalkan Jalal, meski sejujurnya keputusan itu sangat berat, melepas manusia langka seperti Jalal, merelakan untuk wanita lain, belum tentu apakah dia akan menemukan lagi calon pendamping sesempurna Jalal, itu membutuhkan pengorbanan perasaan, dia sendiri harus perang dengan keegoisannya. Namun Aisyah selalu menampakan senyumannya yang tulus. "asrama ku tidak jauh dari sini mampirlah kesana, disana banyak makanan khas Indonesia, mungkin nanti malam aku bisa menjamu kalian, anggap saja sebagai hadiah pernikahan untuk kalian, ini no tlp ku, kalau kalian bersedia makan malam dengan ku call aja ya,,, saya ada jam kuliah sebentar lagi, saya pamit.. Assalamu'alaikum" Aisyah pamit, sambil memberikan kartu nama pada Jodha. Jodha dan Jalal mempersilahkan Aisyah.
Sepeninggalan Aisyah, Jodha diam, matanya penuh selidik menatap Jalal. "Jodha ada apa? kenapa menatapku seperti itu?" tanya Jalal, merasa tidak nyaman dengan tatapan Jodha yang penuh selidik. Tanpa menjawab Jodha melangkah pergi meninggalkan Jalal, ini membuat Jalal semakin tidak mengerti dengan tingkah istrinya, Jalal segera mengejar Jodha, meraih jemari Jodha, Jodha berusaha menepisnya, namun genggaman Jalal begitu eret,,, akhhirnya Jodha pasrah membiarkan mas bawelll berjalan disampingnya, namun mukanya masih ditekuk, mengisyaratkan kemarahan.
Sekarang mereka telah sampai di kamar hotel, Jalal mendudukan Jodha ditepi ranjang. "sayang, ada apa? kenapa sikapmu mendadak berbah apa karena Aisyah?" tanya Jalal, dia paling tidak suka didiamkan istrinya, apalagi membiarkan masalah berlarut-larut, Jalal selalu menjaga komunikasi, sekecil apapun masalahnya dia selalu mendiskusikannya dengan sang istri tercinta. Jodha belum juga menjawab, namun butiran kristal mulai keluar dari ujung matanya, seolah mengiyakan prediksi Jalal yang mengisyaratkan kecemburuannya. "mas, kamu tau kenapa wanita diciptakan dari tulang rusuk laki-laki? bukan dari kepala atau kaki?" tanya Jodha. Jalal nampak berfikir, kemudian tersenyum "sayang, kalau wanita diciptakan dari kepala, emangnya kamu mau jalan-jalan sama suami yang tanpa kepala, atau kalo wanita diciptakan dari kaki, kamu mau punya suami yang pincang?" Jawab Jalal sambil mempraktekan jalan dengan satu kaki, membuat Jodha tidak bisa menahan tawanya, tonjokan lembut mendarat di perut mas bawell, "awwww.." Jalal pura pura meringis, sambil berkata "habis kamu nanyanya yang aneh-aneh, terus memangnya kamu tau alasannya?"Jodha menarik napas dalam2 lalu berkata "wanita bukan diciptakan dari kepala yang selalu jadi atasan, wanita juga tidak diciptakan dari kaki yang selalu menjadi bawahan, tapi dari tulang rusuk yang letaknya dekat dengan hati, yang selalu ingin di jaga, yang selalu ingin dilindungi, tapi sangat peka, dia tidak ingin berbagi hati dengan wanita manapun, dan aku tidak ingin kamu membagi hatimu dengan Aisyah, bukan aku posesif mas, tapi karena aku mencintaimu"
Jalal mencoba meyakinkan Jodha, "Jodha, tataplah mataku, apa kau melihat aku sebagai laki-laki pengobral cinta, kau mengenalku sudah lama, pernahkah kau melihatku memberikan hatiku pada wanita, bahkan untuk menyentuh wanita yang bukan hak ku pun aku tak berani, apalagi aku sekarang sudah menikah, sudah jadi kewajibanku untuk menjaga hatimu". memang Jodha mengetahui, kalau suaminya seorang ikhwan sejati (bukan ikhbal= ikhwan abal abal yang tetep doyan wanita), yang tdk akan bermain hati dengan wanita lain dibelakangnya, tapi tetap saja ada rasa sakit ketika bertemu dengan mantan khitbahan suaminya. "mas,tapi Aisyah itu, pernah jadi calon istrimu, aku takut, kau akan berpaling pada nya" ujar Jodha mengutarakan kekhawatirannya. "trus kau fikir aku laki2 pengecut, yang akan balik lagi kemantan khitbahanku di belakangmu?"
jalal menarik napas sebentar lalu melanjutkan kata2 nya lagi "seandainya aku mencintai wanita lain pun, aku akan memilih gantel, meminta izinmu untuk menikahinya, dibanding selingkuh dibelakangmu". Jodha membulatkan matanya "jadi kau berniat poligami mas?!" , "bukan Jodha, itu hanya pengibaratan, kalau aku tidak akan bermain hati dibelakangmu" kata Jalal, tiba2 terbesit dlm hatinya untuk menggoda Jodha "ya.. sebenernya, poligami itu dibolekan kan??? apa kamu siap punya madu????" tanya Jalal sambil tersenym nakal, membuat Jodha semakin membulatkan mata indahnya" coba saja kalau kau berani poligami, aku tidak akan menemuimu lagi mas dan aku akan pergi lenyap dari kehidupanmu, biar kau tau rasanya hidup tanpa aku"
Jalal pura pura berpikir sebentar sambil mengetuk2 kan jari teluntuk ke keningnya.. "mmm, apa bener kamu bisa pergi jauh dari mas bawelll mu ini???" , "coba saja kalau kau berani memikirkan wanita laih, aku akan mencekikmu" kata Jodha sambil mencengkram leher suami tercintanya dengan lembut, "ampun... ampun... aku sekarang nyerah istri galakku, mas mu ini kayanya udah terjangkit virus CCTB (cuami cuami takut bini)" kata Jalal, membuat Jodha gemas dan mengelitik pinggang suaminya.