Melihat Jodha yang mulai membuka diri pada Fakhri, Hamidah dan Jalal merasa senang. tinggal menentukan waktu khitbah. Setelah dapat acc dari keluarga besar Fakhri, Jalal mendapat telepon dari Bairamkan, agar segera kerumahnya bersama ibu Hamidah, Hamidah hendak pamit pada Jodha, mau ke rumah Bairamkhan, Jodha bersikeras untuk mengantarnya, dia merasa Jenuh kalau sendirian...akhitnya Hamidah dan Jalal pun tidak bisa berbuat apa-apa.. Kalau sifat keras kepala Jodha sudah keluar, maka siapapun tidak bisa mencegahnya, mas bawel cuma bisa geleng-geleng kepala dibuatnya.
Dirumah Bairamkhan, Aisyaah sudah mengutarakan isi hatinya kalau dia mengundurkan diri dari proses khitbahnya bersama Jalal, karena ingin mengejar mimpinya ke Kairo. Aisyaah menyembunyikan alasan sebenarnya dia memutuskan khitbah, tidak enak pada Fath, yang memintanya untu merahasiakan semua yang dibicarakan kemarin. Bairamkhan pun merasa kecewa dengan keputusan Aisyaah, tapi apalah daya.
Setelah mengutarakan isi hatinya, Aisyaah izin pulang duluan, dia meminta Bairamkan saja yang menyampaikan pesannya pada Jalal. "kau tidak ingin menyampaikannya sendiri?" tanya Halimah istri Bairamkan pada Aisyaah. "tidak kak, saya sedang buru-buru, saya harus segera mengurus paspor, waktunya sangat mepet." jawab Aisyaah, membuat Halimah dan Bairamkan tidak bisa berbuat apa-apa. mereka sebenarnya bingung "bagaimana nanti menyampaikannya pada Jalal dan ibunya, ini akan membuat mereka sanagt kecewa??" fikir Bairamkan.
Aisyaah pun pamit pulang, sebenarnya bukan karena dia sibuk, hingga mewakikan pemutusan khitbah ini pada Bairamkhan, tapi sebenarnya hatinya juga terluka, bunga-bunga cinta terhadap ikhwan agra mulai bermekaran dihatinya, dia takut jika bertemu langsung dengan Jalal, keteguhan hatinya untuk memutuskan khitbah akan goyang.
Tak seberapa lama setelah Aisyaah pergi, Jalal yang ditemani Hamidah dan Jodha datang. Bairamkhan dan Hamidah yang sedari tadi menunggu mereka diteras menyambut dengan hangat, kemudian mempersilahkan mereka masuk. Tersirat kebingungan diwajah kedua suami istri ini. namun dengan berat hati, akhirnya Bairamkhan menyampaikan apa yang dipesankan Aisyaah kepadanya, semuanya ia ceritakan. Jalal, Hamidah, dan Jodha shock mendengarnya. Terutama Jalal mukanya memerah seperti habis ditampar, lara rasanya ditinggal pergi oleh calon istri yang tinggal hitungan hari akan dinikahinya, hatinya sakit mendengar penolakan ini, meski belum tumbuh cinta dihatinya tapi tetap saja menyakitkan, wanita yang dikhitbahnya meninggalkannya hanya karena ingin mengejar mimpinya ke Kairo. Hamidah hanya bisa menguatkan Jalal "sabarlah nak, Alloh selalu punya sekenario yang indah, yakinlah Alloh selalu memberi yang terbaik untuk makhluknya, kau harus tegar, pasti ada hikmah dibalik kejadian ini.” Ucap Hamidah. Jodha yang mendengar kabar buruk ini, entahlah apakah ia harus senang atau harus sedih, Mas Bawelnya batal kawin...
Jalal sedang termenung dikamarnya, matanya berkaca-kaca, Aisyaah akhwat yang dikhitbahnya kurang dari sebulan lalu pergi meninggalkanya, "apa yang sebenarnya terjadi dengan mu Aisyaah, tidak pantaskah aku bagimu, bahkan kau memutuskan khitbah ini sepihak, kau pun tidak mengatakanya langsung padaku, yaa mungkin aku haya ikhwan yang tidak ada artinya di matamu, mimpimu lebih penting... mungkin ini juga yang dulu di rasakan Jodha, ketika aku meninggalkanya dan memilih untuk mengkhitbah Aisyaah. dihianati itu ternyata rasanya sakit, meski aku dikhianati hanya untuk sebuah mimpi. dan sakit ini bertambah parah melihatmu sebentar lagi akan bersanding dengan sahabatku Fakhri, ini salahku aku pantas mendapatkannya.. ya Alloh kuatkan hati hambamu yang renta ini" batin Jalal.
Tak ingin larut dalam kesedihan, Jalal bergegas mengambil wudhu, didirikannya shalat dengan khusu, dalam sujudnya yang panjang dia menangis akan, sesak dalam kegundahan hatinya. Ibu Hamidah dan Jodha yang baru saja masuk ke kamar, hendak mengajak makan, tertegun melihat anaknya yang sekuat baja duduk bersimpuh di atas sajadah larut dalam lantunan do'anya sayaahdunya. Hamidah dan Jodha dapat merasakan kesedihan yang sedang melanda Jalal.
Ya Allah Maha Pengasih,
dengarkanlah doa Ikhwan Agra ini…
Lepaskanlah hamba dari keraguan ini menurut kasih dan kehendak-Mu.
Allah Yang Maha Kekal,
hamba tahu Engkau sentiasa memberikan yang terbaik buat hamba,
luka dan keraguan yang hamba alami pasti ada hikmahnya.
Semuanya ini mengajar hamba untuk hidup lebih dekat dengan-Mu,
untuk lebih peka terhadap suara-Mu yang membimbing hamba menuju jalan terang-Mu.
bimbinglah hamba untuk tetap setia dan sabar menanti tibanya waktu yang telah Engkau tentukan.
Jadikanlah kehendak-Mu dan bukan kehendak hamba yang terjadi dalam setiap hidup hamba, Ya Allah.
Amiann Ya Robbal Alamiinn...
Setelah kejadian gagal nikah Jalal jadi lebih tertutup, dia hidup dalam dunianya, selain menyibukan diri dalam pekerjaan yang kadang di lakukan sampai larut malam, dia juga menyibukan jiwanya dengan bertaqorub ilalloh, dengan memperbanyak sujud di malam-malam yang sunyi, tilawah Al Qur'an, dan larut dalam buku-buku tebalnya. hanya itulah yang bisa ia lakukan untuk menentramkan hatinya. karena berharap lagi pada Jodha, itu suatu hal yang mustahil, dia sendiri yang telah memilihkan calon suami untuknya, rasanya tak etis kalau harus diambil lagi. Jalal hanya mampu membuang muka mencoba mangalihkan pandangannya ketika melihat keakraban Jodha dan Fakhri yang semakin terjalin. Itu untuk menutupi hatinya yang terluka. Jodha menyadari hal itu, namun apalah daya dia tidak bisa melakukan apa-apa....
Ibu Hamidah hanya bisa pasrah melihat apa yang terjadi pada anak yang ia sayangi. Hanya do'a yang bisa ia panjatkan untuk menolong anaknya, dia yakin do'a seorang ibu tidak pernah di tolak Alloh SWT, di sepertiga malam terakhir waktu yang mustajad untu ber do'a selalu iya manfa'atkan untuk melantunkan do’a-do’a nya.
Minggu berganti minggu, akhirnya proyek besar yang sedang dikerjakan Tajmahal corp. Beres dengan hasil yang sangat memuaskan, tentu dengan keuntungan yang fantastik juga, mendapati hal itu, sebagai rasa sayaukur Jodha mengumumkan akan mengadakan gathering... dia berfikir, kira-kira mana tempat yang bagus untuk liburan. Jodha teringat sebuah kota “Malang" sepertinya itu kota yang tepat, kota kelahiran mas bawelnya. semoga dengan acara ini, sedikit mengurangi kesedihannya, mas bawel bisa mengunjungi kota yang telah lama ditinggalkannya. semua karyawan taj mahal corp. Ikut begitu juga ibu Hamidah. sekalian mudik pikirnya, dia terlalu lama di Jakarta, sawahnya tidak ada yang mengurus.
Semua karyawan tinggal di hotel dekat perkebunan apel, udara yang sejuk menjernihkan fikiran mereka kembali setelah berkecimpung dengan rutinitas kerja yang menjenuhkan. Setelah acara ceremonial selesai, semua bebas dengan acara masing-masing. Jalal pamit pada Jodha untuk mengantar ibunya pulang ke rumah, yang kurang lebih jaraknya satu jam dari hotel tersebut. Jodha pun tertarik untuk ikut. "kau tidak akan betah Jodha, disana masih kampung, paling cuma bebek dan sawah yang bisa dilihat." kata Jalal mencoba melarang Jodha dengan halus. tapi tau lah Jodha yang keras kepala. hingga Hamida dan Jalal tidak bisa berkutik di buatnya. Eh.. ternyata rekan-rekan satu teamnya pun ingin ikut, termasuk Fakhri. "Kapan lagi kita bisa berkunjung ke rumah sang leader???” Ucap mereka.
Akhirnya merekapun berangkat kerumah Jalal dengan menggunakan mobil yang disewa dari Hotel, rencananya mereka menginap satu malam di sana, susananya sangat nyaman, hamparan sawah yang mulai mengunik mampu menyihir mata yang melihatnya, sungai yang airnya masih jernih, anak-anak yang sedang memandikan kerbau semuanya pemandangan yang menarik yang jarang mereka temui di Jakarta.
Pada sore hari Jalal duduk di teras belakang rumahnya menikmati indahnya kebun cabai hasil tanam ibunya sambil membaca buku, merasa mendapat kesempatan Jodha pun mendekati Jalal, “Mas, aku tak kuat melihatmu seperti ini, kau hanya diam, kau pikir aku bahagia bersama Fakhri, tidak mas aku sakit saat menatapmu, melihat orang yang kucintai merana, bukankah kau yang bilang Alloh tidak akan merubah suatu kaum, selama mereka tidak merubah apa yang ada pada diri mereka, mengapa kau hanya pandai berkata, tapi kau tidak bisa mempraktekannya mas??” Ujar Jodha panjang lebar meluapkan kekesalnnya. Jalal hanya diam dia hanya khusuk melihat buku yang dibacanya.
Ternyata sedari tadi Fakhri tak sengaja lewat di balik pintu belakang, tadinya mau mengambil minum didapur,namu diurungkan niatnya setelah mendengar semua yang dikatakan Jodha pada Jalal.
“Mas jawablah pertanyaanku, diam itu tidak mengakhiri kesedihanmu." Jodha ngotot.." Jodha, aku bukan lelaki egois, Fakhri itu sahabatku, apa pantas setelah aku menjodohkannya denganmu, lantas setelah Aisyaah meninggalkanku, aku harus merebutmu dengan alasan kita saling mencintai??? tidak Jodha, kita bukan anak kecil, yang bertindak tanpa berfikir, aku relakan kau bahagia dengan sahabatku, cukup aku saja yang menderita Jodha." jawab Jalal...
Tiba-tiba dari balik pintu muncul Fakhri dan menghampiri mereka, itu membuat Jalal dan Jodha kaget. dengan senyum yang penuh ketenangan Fakhri berujar. "tidak, akhi kau tidak perlu melakukan semuanya demi aku, kau fikir aku akan senang mendapatkan istri yang secara fisik dia dekat tapi hatinya untuk orang lain? tidak akhi, aku bukan orang yang seperti itu, aku telah mendengar semua yang kalian bicarakan, sepertinya kunci permasalahan kalian ada pada diriku, biarkankanlah aku yang pergi dari kehidupan Jodha, aku tidak ingin menjadi penghalang untuk kebahagiaan kalian. akhi jangan karena merasa tidak enak padaku lantas kau korbankan perasaanmu." masih dengan senyum santun Fakhri melanjutkan kata-kata nya "aku merestui hubungan kalian" mendengar ada yang ribut-ribut Hamidah datang, "ada apa ini?” Ucapnya, semuanya saling pandang..... Bersambung ke Part 13