Written By: Bhavini Shah
Translate By: Dewi Agashi
**Kemarahan Ekstrim Jalal**
*Danau*
Keheningan mutlak, Tampaknya seperti semua alam tak bernyawa.
Angin berhenti berhembus, Burung berhenti berkicau, Air terjun indah di sekitar
kolam yang tenang hari ini berubah seperti jatuhan air mata kesedihan.
Telinga Jalal berdering keras dengan penderitaan yang dalam,
ia teringat kata-kata Jodha lagi...”kau tidak layak untuk dicintai, aku sangat
membencimu, kau telah menghianatiku, kau hanya mempermainkanku.” Lagi, lagi dan
lagi, kata-kata kejam Jodha selalu berputar dibenaknya, mata kecil ilahinya
yang menyimpan kesedihan dan kekecewaan muncul terus-menerus di depan matanya.
Jalal tak berani memejamkan matanya lagi, membayangkan semburat wajah Jodha
yang menyimpan kesedihan, kekecewaan, dan amarah membuatnya sangat tak berdaya.
Sakit hati yang tak tertahankan, kesedihan besar, dan
perasaan hampa secara bertahap membunuhnya dari dalam. Jalal tahu bahwa dia
telah kehilangan segalanya, Dia memutuskan untuk tidak meneteskan air mata, dia
menyimpan rasa sakit yang benar-benar menyengatnya didalam dirinya, ingin
menghukum dirinya sendiri, dan ingin menghukum seluruh dunia untuk segala
penderitaan yang dirasakanya sekarang.
Pikiran pesimisnya mulai menguasainya....
JA: "Bagaimana dia bisa percaya bahwa aku telah menipunya? Bagaimana
mungkin dia berpikir seperti itu? Aku benar-benar mencintainya. Karena cintanya
aku menyadari keberadaan hatiku, yang hanya mengalah untuknya. Dia mengajariku
bagaimana mencintai dan juga mengasihi, tapi mengapa tidak dia percaya padaku? Mengapa
dia tidak memiliki iman dalam diriku? Kenapa dia tidak mencintaiku seperti aku
mencintainya? Aku lebih baik mati daripada melihat kebencian dimatanya yang
ditujukan untukku. Bahkan setelah kebencian ekstrim, hatiku menangis untuknya.
Hanya karena aku seluruh wanita hareem menertawakanya.. Ya Khuda!!Mengapa hidup
begitu kejam? Aku tak kuasa lagi menanggung kesedihan ini.”
Pikiran Jalal sedikit demi sedikit berubah dari kesedihan
menjadi kemarahan. Kemarahan pada dirinya sendiri, kemarahan pada Jodha, dan
Kemarahan pada seluruh dunia. Dia tidak mengerti bagaimana cara untuk menangani
emosi yang bercampur baur menjadi kesedihan ekstrim dan kemarahan ini. secara
bertahap dia kehilangan semua akal sehatnya.
Suara batin Jalal berbicara pada dirinya sendiri.. “aku benar-benar
mencintainya tapi dia telah menipu kepercayaanku. Dia telah menuduhku tanpa
memberiku kesempatan untuk menjelaskan kondisiku. Aku tidak ingin menghadapi
mata memilukannya lagi, aku akan menyimpan semua kesedihanku untuk diriku
sendiri dan aku tak akan pernah memberinya penjelasan lagi. Dia akan menerima
segala penghargaan sebagai Begum Khususku tapi aku tidak akan pernah mencoba
untuk mendekatinya lagi. Semua Begum yang menertawakannya akan segera mengetahui
bahwa Jodha bukanlah Begum biasa, dan aku akan memastikan tidak ada yang bisa
menyusahkan lagi. Aku akan memberinya segala sesuatu tetapi aku tidak akan
pernah menunjukkan cinta dan kerinduanku yang mendalam untuknya. Aku tahu itu
adalah kesalahanku, aku tidak menepati janjiku tapi aku tak berdaya, aku masih
tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi denganku tadi malam. Dia benar, Kepercayaan
adalah dasar dari semua hubungan. Jika dia tidak percaya padaku maka ini adalah
takdir cintaku. Dia akan tinggal di hatiku selamanya tapi aku tidak akan
melihatnya lagi."
Terus-menerus ia memiliki pemikiran positif dan negatif. Gejolak
dalam dirinya meningkat secara bertahap seiring berjalanya waktu yang serasa
melambat. Hatinya menangis pilu, tapi matanya tidak meneteskan air mata,
matanya merah menahan segala kesedihan dan amarah yang menghujam hatinya sampai
ke inti. Akhirnya semua kekuatannya hilang dan ia berbaring di atas rerumputan
tepi danau, dia sama sekali tak bergerak seperti tubuh tak bernyawa. Lalu
dengan suara bergumam rendah ia berkata.."Mengapa Jodha? Mengapa kau tidak
percaya padaku? Mengapa kau melakukan ini padaku?." **yah dalam tahap ini
kita bisa menyimpulan Jalal lagi stress berat**
**Part Jodha dan Abdul di Istana**
Abdul tersenyum dan dengan hormat ia berkata. "Jodha Begum,
saya bisa menjamin bahwa Anda akan memenangkan hati teman saya."
Jodha dengan senyum malaikatnya berkata pada Abdul. "Abdul,
bisa tolong cepat membuat pengaturan bagiku untuk pergi keluar dari istana dan
dapatkah kau informasikan pada AmmiJaan dan Reva bahwa aku akan melihat
Shahenshah? Dan Juga, tolong beritahu mereka untuk tidak memberitahukan kepada orang
lain kemana Aku pergi." Kata Jodha dengan semangat kecerewetanya
Abdul dengan penuh ketakziman menganggukkan kepalanya dan
meminta Jodha Begum untuk mengikutinya ke Istal kuda. Segera sesampainya
disana, Jodha melompati kuda putih favoritnya, dan dalam beberapa detik ia
memacu kudanya kearah danau dan menghilang dari istana.
*Jodha sedang dalam perjalanan ke kolam* ...
Setelah menyadari segala situasi, terpikir oleh Jodha bahwa
dia benar-benar salah. Dia menuduh Jalal kejam dan mengatakan kata-kata yang mengerikan
dan menyakitkan untuk menyakitinya tanpa mendengarkan penjelasanya sama sekali.
Dia ingin melihat Jalal secara langsung dan meminta maaf. Dia tahu Jalal dalam
kondisi mengerikan, ia ingin mengambil semua kesedihannya dan ingin membuatnya
bahagia. Ia mendambakanya, mendambakan untuk mencintainya dan mendambakan untuk
dicintai olehnya.
Danau itu tidak terlalu jauh dari istana, itu adalah pagi
yang indah dan cerah. Warna-warna cerah menyegarkan dari sinar matahari yang
mendarat di matanya. Dia mendengar suara merdu burung berkicau. Angin sejuk
bertiup di wajah cantik Jodha yang memberikan sensasi menenangkan dirinya. Dia
melihat danau yang indah itu dari jauh dan melihat pohon besar, simbol cinta
mereka, saksi mati kemesraan pertamanya dengan Jalal. Hatinya mulai berdetak
lebih cepat, dia memiliki perasaan yang campur aduk. Satu sisi Jodha merasa
takut akan kemarahan Jalal. Dia sudah memiliki asam garam pengalaman menghadapi
kemarahannya sebelumnya, ia tahu Jalal bisa menjadi sangat kejam dan keras
ketika ia benar-benar marah. Tapi pada saat yang sama ia tahu bahwa Jalal akan memaafkannya.
Akhirnya dia sampai di dekat pohon dan perlahan-lahan berjalan kearah suaminya.
Jodha benar-benar merasa gugup, detak jantungnya meningkat menjadi ekstrem
seiring langkahnya menuju Jalal. Akhirnya, dia bisa dengan jelas melihat sosok
suaminya yang sedang duduk di bawah pohon dengan mata tertutup. Untuk pertama
kali dalam hidupnya Jodha membenci payal favoritnya karena membuat suara yang
tidak perlu. Jodha bisa merasakan kecemasan dan garis-garis stres pada dahinya,
ia juga bisa merasakan hatinya berdenyut menyakitkan karena tuduhan kasarnya
pada Jalal.
Dengan sangat perlahan Jodha mendekat padanya dan
memanggilnya "Shahenshah." Ucap Jodha dengan suara lirih.
Nada suaranya rendah sampai ke telinga Jalal, tapi dia
mengabaikannya karena berpikir itu hanya sebuah ilusi.
Beberapa detik kemudian Jodha kembali memanggil namanya tapi
sedikit lebih keras dan dengan suara waspada "Shahenshah."
Dengan kejutan tiba-tiba, Jalal langsung membuka matanya.
Untuk sementara, ia tidak bisa percaya matanya bahwa Jodha berdiri di depannya.
Dia menatapnya dengan tatapan aneh mencoba untuk memastikan itu bukan hanya
khayalan-nya.
Dia dengan nada sopan kembali memangilnya. "Shahenshah
..."
Kali ini Jalal benar-benar sadar dan sangat kaget melihat
kehadiran Jodha dihadapanya. Ia cepat-cepat berdiri dan berteriak..
JA: "Jodha!!! APA YANG KAU LAKUKAN DI SINI ?" sedikit demi sedikit
api kemarahan mulai memercik dihatinya, mata memerahnya cukup memperlihatkan
amarah dalam hatinya.
Seluruh tubuh Jodha gemetar hebat mendengar suara kerasnya, dan
melihat kemarahan ekstrim di mata Jalal. Ketika Jodha tidak menanggapi
pertanyaanya dia kembali berteriak marah..."Apakah yang kau tuduhkan
kepadaku belum cukup? Atau kau mau menambah lagi daftar tuduhanmu padaku? Kau tahu
tuduhanmu sangat menyakitiku. Aku tidak akan mentolerir lagi cecaran pedasmu
padaku, Basss...KELUARLAH DARI SINI sebelum monster dalam diriku muncul dan
menyakitimu." Jalal meraung marah, matanya berapi-api mematikan sementara
untuk mencoba mengendalikanya dia menggenggam tinjunya erat-erat.
Melihat kemarahan ekstrim Jalal yang berapi-api membuat Jodha
ketakutan. Tanpa sadar dia melangkah mundur kebelakang, menjauh darinya untuk keluar
dari teror, seluruh tubuhnya menggigil dalam ketakutan. Dan untuk pertama
kalinya dia merasa bersalah, ia menyadari dampak dari kata-kata kasar dan kejamnya
akan memicu kebencian intens dan kepahitan dalam diri Jalal. Jodha menduga,
melihat seberapa kesakitanya Jalal akan sangat berbahaya untuk berbicara
dengannya lagi, itu bisa memperburuk kemarahan, kekerasan yang dengan susah
payah ditekan. Tetapi pada saat yang sama Jodha tahu ia telah menyakitinya
begitu banyak, dan Jalal benar-benar hancur dari dalam. Jodha tahu dia marah
dan kekacauan batinya sendiri akan membakar jiwa dan batinnya. Jadi meskipun takut,
mengetahui kondisi batinnya ia memutuskan untuk mengambil langkah berbahaya dan
tidak meninggalkan suaminya dalam kondisi seperti ini dan ia juga harus
mendapatkan maaf dari Jalal. Dalam nada gemetar dan takut Jodha
menjawab.."Shahenshah, aku ingin berbicara denganmu."
Jalal membuka kepalan tangannya sambil terengah-engah, seluruh
tubuhnya gemetar karena kemarahan ekstrim. Jalal dengan kasar meraih bahu jodha
dan mencengkeramnya, dengan kasar ia menghempaskan Jodha dipohon, Jalal memberinya
tatapan marah dan meraung lagi..."Apa lagi yang tersisa untuk berbicara
sekarang? Mengapa kau datang ke sini? Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi."Pegang-Nya
begitu kuat dan keras, tak terasa air mata keluar dari rasa sakit dari matanya.
Jodha mencoba berbicara.. dengan suara menggigil ia
berkata.."Shahenshah, tolong lepaskan aku. Kau menyakitiku.”
Kemarahan Jalal berada di puncak, tidak ada kata-katanya sampai
ke telinganya. Mata merahnya melebar dan memperketat cengkeramannya lebih kuat
ketika melihat air mata Jodha, air matanya yang selalu membuatnya lemah dan
marah.
Jodha meringis, dia mengaduh "Ahhh ... oooh ... Jalal
kau menyakitiku!!!" tanpa diundang air mata kesakitanya makin deras
mengalir.
Tiba-tiba Jalal menyadari bahwa ia menyakitinya. Dia
mendorongnya pergi dalam kemarahan dan dengan nada menyesal
bertanya..."Mengapa Jodha? Mengapa baru sekarang? Aku mohon padamu,tinggalkan
aku sendiri. Pergi dariku karena aku sudah tak punya kekuatan yang tersisa
untuk menghadapi kebencianmu lagi.” setelah melihat air mata Jodha, kemarahan
kekerasan itu berubah menjadi kesedihan besar yang menyakitkan dan air mata
yang sedari tadi ditahan menghianatinya, air matanya sekarang mengalir dengan
derasnya. Untuk menyembunyikan air matanya ia hampir berlari menuju danau dan
mencoba untuk mengahapus air matanya dengan marah.
Jodha mengikuti Jalal dan memeluknya erat-erat dari belakang,
sebelum Jalal bisa bereaksi dalam nada yang sangat tenang dan memohon ia
berkata.."Shahenshah, Maafkan aku karena kesalahan besarku."
Jalal kembali gagal mengendalikan air mata yang tak diharapkan
dan menjawab dalam suara rentan... "Jodha, sekali lagi aku memohon padamu tinggalkan
aku sendiri. Semuanya telah berakhir dan aku menyadari bahwa aku seorang rakasa
setan, Raja tak berperasaan dan aku tidak layak untuk cinta illahimu. Silakan
tinggalkan aku dan jangan pernah kembali ke sini lagi."
Jodha bisa merasakan sakit besar dalam nada suaranya. Ia bisa
merasakan matanya meneteskan air mata yang berusaha untuk ditutupinya. Dia
mencengkeram dia lebih erat dan berkata
JO:"Jalal maafkan aku, kalau tidak hatiku akan meledak dalam penyesalan.
Aku tidak bisa melihatmu dalam keadaan begitu banyak rasa sakit. Itu hanya
kemarahanku, aku tak bermaksud mengatakan itu semua padamu.” Dengan nada
memohon Jodha mencoba berbicara.
Kemarahan Jalal telah lenyap tapi ia masih memiliki sengatan
jauh di dalam hatinya, egonya masih tak bisa menerima...
JA: "Tinggalkan aku sendiri Jodha."dengan usara berat Jalal
Menjawabnya.
Lukanya masih menganga, Kata-kata Jodha masih
terlalu berat untuk mencair dalam pikirannya. Egonya memutuskan dia tidak
mencintainya dan tidak siap untuk mendengarkan lebih lanjut.
Mendengar ego Jalal yang berbicara, Jodha menjawabnya dengan
tak kalah pedas dan keras.."Kau menyuruhku untuk meninggalkanmu? baiklah,
kau bebas untuk pergi.” Ia berkata demikian dengan melepas pelukanya pada
Jalal. Dengan nada marah ia kembali melanjutkan cecaranya..."sekarang aku
sangat lega, kau tidak terikat lagi padaku. Jika ini adalah hukumanku maka aku
akan menerimanya. Jika kau senang dengan hal itu, maka aku juga sudah siap. Tapi
sebelum itu biarkan aku menanyakan sesuatu padamu. Ketika kau marah kau memiliki
hak untuk menyakitiku. Kau memiliki hak untuk pergi pada wanita lain hanya
untuk membuatku merasa cemburu, kau memiliki hak untuk berteriak padaku, kau memiliki
hak untuk mendorongku, bahkan menamparku. Lalu bagaimana denganku? Apa kau
pernah, bakhan sekali saja berpikir bagaimana aku menderita sepanjang malam?.”
Jodha kembali menumpahkan segala kekecewaanya pada Jalal.
Mendengar perkataan menyakitkan Jodha, Jalal cepat berbalik untuk melihatnya.
Jodha melihat lurus mata Jalal dan dengan nada sedih ia kembali berujar.."Jalal,
aku sedang menunggu untukmu dengan bersemangat sepanjang malam, mataku terjebak
di pintu dengan harapan akan kedatanganmu. Hatiku merasa kuat bahkan sampai tengah
malam, tapi kemudian aku tidak tahu bagaimana awal mulanya pikiran negatif mengambil
alih akal sehatku. Aku telah mati jutaan kali ketika menunggumu, kau tidak tahu
berapa banyak rasa sakit yang telah kulalui. Aku telah menunggumu ketika
matahari mulai terbenam, tapi kau tidak datang atau mengirim pesan padaku
karena keterlambatanmu. Ketika kau datang di pagi hari, hatiku benar-benar
hancur dan kemarahanku mengambil alih semua akal sehatku. Aku tidak tahu
mengapa dan bagaimana, aku tiba-tiba mengucapkan kata-kata kejam kepadamu. Aku
sangat marah pada diriku sendiri karena bahkan akalku tak mengizinkanku
berbicara.”
Jodha mengambil istirahat singkat untuk bernapas, Jalal menatapnya tanpa
berkedip dengan mata melebar. Kata-katanya penuh dengan begitu banyak kemarahan
dan rasa sakit. Semuanya terjadi begitu cepat, Jalal tidak pernah mendapat
kesempatan untuk berpikir dari sisi Jodha. Pikirannya sedang berjuang untuk
mencairkan rasa sakitnya.
Jodha melanjutkan dalam suara rendah.."Shahenshah, aku
tidak peduli dengan siapa kau menghabiskan malammu. Tapi aku tahu satu hal yang
pasti kau tidak pernah bisa mengkhianatiku.”
Kemarahan dan rasa sakit Jodha berubah menjadi air mata
dengan rasa bersalah yang ekstrim. Akhirnya dengan nada memohon ia berkata.."Shahenshah,
maafkan Jodhamu ini. Aku hanya punya satu penyesalan, jika kau mengatakan
kepadaku bahwa kau ingin bersama Rukaiya Begum, tak sekalipun aku akan bertanya
alasanya, aku akan langsung menyetujuinya. Kau tak memberiku pesan apapun, kau
bahkan tak sekalipun memikirkanku, bagaimana kau bisa menyakitiku seperti ini?
Apakah dalam keadaan seperti itu aku tak punya hak untuk marah? Dalam kemarahanku
aku menyakitimu dengan kata-kataku, kalau itu kau anggap salah maka tinggalkan
aku selamanya..”” dalam permintaan maafnya Jodha juga tak lupa mnyelipkan
ancaman untuk Jalal..(ck ck ck)
Setelah mendengar perkataanya, jalal menyadari akan satu hal.
Jodha benar-benar percaya padanya, ia benar-benar tak tahu apa-apa. Jalal perlahan-lahan
berjalan mendekatinya, memegang wajahnya dan berkata.."Jodha, kau tidak
perlu untuk meminta maaf dan kemarahanmu dibenarkan tetapi apakah kau tahu
dalam kemarahanmu, kau telah menyakiti hatiku. Aku tak pernah merasa sesepi ini
dalam hidupku, apakah kau tahu kenapa aku tak mendatangimu semalam?.”
Jodha menatapnya dengan cinta kasih dan Menjawabnya.."Tidak,
aku tidak mau tahu. Aku yakin pasti ada alasan mengapa kau tidak bisa
datang."
Jalal dengan nada menyesal berkata.."Tidak Jodha, kau perlu
tahu mengapa aku tidak bisa datang atau mengirim pesan apapun. Sebelum datang kepadamu,
aku pergi untuk melihat Rukaiya. Biasanya setiap kali aku datang kembali dari
perjalanan panjang aku akan menghabiskan malam denganya, jadi dia mengharapkan
kedatanganku dan itulah sebabnya aku memutuskan untuk melihat dia secara
pribadi untuk menginformasikan bahwa aku tidak akan bisa menghabiskan malam
denganya. Tapi ketika aku berada di kamarnya, tiba-tiba aku merasa semuanya
bergerak, kepalaku pusing sesaat sebelum aku kehilangan kesadaran. Aku
terbangun pada pagi hari dan melihat rukayah disebelahku, aku sadar saat itu
impianku telah hancur.”
Jodha sangat terkejut mendengar itu, ia benar-benar pingsan,
pikirnya. Jodha benar-benar merasa bersalah karena tidak mendengarkan dia.
Mereka berdua saling memandang dengan cinta abadi. Keduanya
merasakan sakit masing-masing, Keduanya memiliki air mata penyesalan dan
kesedihan mendalam di mata mereka. Perlahan Jalal menarik Jodha ke arah dirinya
dan lembut dengan banyak kasih sayang mencium keningnya dan memeluknya dalam
pelukannya dengan cinta. Pelukan ini memberi mereka berdua perdamaian besar,
meluruhkan penderitaan mereka.
Jalal dengan cinta yang mendalam berkata "Jodha, Jangan pernah
mengatakan kau membenciku, atau aku akan bunuh diri. Aku tidak bisa menjelaskan
dengan kata-kata bagaimana perasaanku, tanpamu tidak ada yang tersisa dalam
hidupku."
Jodha memeluk erat tubuh Jalal dan menjawabnya.."Jalal,
kau adalah hidupku, aku tidak bisa tinggal jauh darimu bahkan untuk kedua,
jangan pernah meninggalkan aku lagi. Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu. Aku
tak bisa mengungkapkan dengan kata-kata seberapa besar cintaku padamu.”
Akhirnya setelah badai terbesar dalam hidup mereka, mereka
mencair dalam pelukan masing-masing..........
Bersambung ke Part 2-->