Ammijaan
kemudian memberitahu salah satu pelayan supaya memberitahu Jalal tentang
kedatangan Jodha. Pelayan pergi dan datang kembali setelah beberapa saat dan
mengatakan bahwa Jalal telah memanggil Jodha ke ruang studinya.
Jodha:
“Baiklah, bibi saya harus pergi ke sana. Bisakah anda memberitahu saya ruang
studinya dimana?”
Ammijaan:
“Hanya menaiki tangga dan terus berjalan ke arah kanan. Letaknya di ujung
lorong.”
Jodha:
“Terima kasih, bibi”
Ammijaan:
“Aku harus mengucapkan terima kasih kepadamu, Jodha, karena telah membawakan
koper itu turun.”
Jodha:
“Aree, tidak perlu untuk itu! Saya hanya tidak bisa membiarkan anda menyeret
koper itu semua sendirian!”
Ammijaan:
“Tapi tetap terima kasih.”
Jodha
kemudian tersenyum dan menuju ruang studi Jalal. Ammijaan terus menatapnya dan
tersenyum.
Ammijaan:
“Dia adalah seorang gadis yang baik! Perilaku dan tutur katanya menunjukkan
bahwa ia telah dibesarkan dengan sangat baik. Dan dia begitu cantik! Sekarang
aku tahu mengapa Jalal jadi sering melamun.”
Jodha
terus berjalan sampai dia mencapai akhir lorong. Dia mengetuk pintu dan
memasuki ruang studi. Jalal sedang sibuk dengan beberapa pekerjaan kantor,
ketika ia melihat siapa yang masuk. Dia tersenyum, melihat Jodha telah membawa
kembali kenangan indah dalam mimpinya.
Jalal:
“Masuklah Jodha, silahkan duduk.”
Jodha
duduk di salah satu kursi. Dia terus melihat sekeliling studi dan terkesan
dengan dekorasinya. Itu sebuah studi besar dengan perpustakaan mini, komputer
di meja kerja dan sofa dengan meja kopi kecil. seluruh Studi memiliki perabotan
kayu, yang memberikan perasaan yang tenang dan nyaman. Setelah mengagumi tempat
itu untuk beberapa waktu, Jodha mengeluarkan file dari tasnya.
Jodha:
“Pak Presiden, di sini adalah file anda minta.”
Jalal
mengambil file dari tangannya. Dia kembali hilang saat tanpa sengaja memegang
tangannya. Dia memegang nya untuk beberapa waktu, sampai Jodha berusaha menarik
tangannya dari pegangannya. Dia kemudian mengendurkan pegangan dan mengambil
file dari tangannya.
Jalal:
“Maaf, aku tidak bermaksud untuk melakukan itu. Kau ingin minum teh atau kopi?”
Jodha:
“Sebenarnya, aku tidak memerlukannya Pak Presiden, aku harus segera pergi.
Saudaraku sendirian di rumah.”
Jalal:
“Tidak, aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja. Kau telah datang ke
rumahku untuk pertama kalinya. Kau harus mendapatkan sesuatu kemudian baru
pergi.
Jodha:
“Pak Presiden, sungguh, tidak perlu melakukan itu.”
Jalal:
“Tolonglah Jodha, aku bersikeras.”
Jodha
tahu bahwa Jalal keras kepala. Berapa banyak dia mencoba ia tidak akan
membiarkan dia pergi.
Jodha:
“Baiklah, Pak Presiden.”
Jodha
dan Jalal kemudian meninggalkan studi dan memasuki ruang makan dimana Ammijaan
telah menunggu. Ia merasa senang melihat keduanya datang bersama-sama.
Bersama-sama, mereka tampak seperti pasangan paling ilahi. kekasaran dan
kejantanan Jalal dilengkapi kemanisan dan feminim Jodha terlihat sangat baik.
Dia tidak pernah merasa begitu setiap kali dia melihat Benazir dan Jalal
bersama-sama. Tapi sekarang, Jalal dan Jodha tampak seperti pasangan kerajaan.
Seolah-olah langit telah mengutus mereka berdua untuk saling melengkapi.
Ammijaan:
“Aree Jalal dan Jodha, duduklah.”
Jalal
terkejut. Dia bertanya-tanya bagaimana Ammijaan tahu tentang Jodha.
Jalal:
“Ammijaan, kapan anda bertemu Jodha?”
Ammijaan
kemudian dengan tersenyum memberitahu Jalal bagaimana Jodha telah membantu
membawakan kopernya. Jalal terkesan.
Jalal:
“Ammijaan, aku selalu mengatakan untuk memberitahu salah seorang pelayan untuk
melakukannya. Mengapa anda tidak pernah mendengarkan?”
Ammijaan:
“Jalal, mengapa aku harus terus mengganggu mereka. Aku juga perlu untuk terus
melakukan hal-hal lain, aku tidak akan terus-terusan meminta para pelayan untuk
melakukan segalanya untuk aku.”
Jodha
mendengar percakapan tersebut. Dia terkejut mengetahui betapa besarnya Jalal
merawat ibunya. Mereka tampak seperti mereka sangat dekat satu sama lain. Ini
adalah sisi baru Jalal yang Jodha saksikan. Dia selalu melihat dia sedikit
tegang dan kasar di kantor tapi di rumah dia benar-benar sebaliknya, tenang dan
penuh perhatian. Jodha tidak bisa membantu tetapi tersenyum melihat Jalal yang
berbeda di depannya.
Ammijaan:
“Jodha, makan siang lah bersama kami. Aku tidak akan membiarkan mu pergi
sebelum kau makan.”
Jodha:
“Tidak Bibi. Saya akan baik-baik bahkan dengan segelas air.”
Ammijaan:
“Tidak Jodha, Kau telah datang ke rumah kami untuk pertama kalinya. Aku tidak
dapat membiarkanmu pergi seperti ini dan Kau telah membantuku juga. Anggaplah
sebagai ucapan terima kasih.”