NOTE: Tulisan warna biru adalah ucapan pikiran/ucapan dalam hati pemain.
Semua
wanita rajvanshi berdoa kepada kahna di Kamar Jodha. Nenek berkata pada
Shivani, “Kau akan menjadi Ratu Mughal, jadi pelajari dan menyesuaikan
diri dengan budaya mereka seperti jodha dan aku berharap seperti jalal,
mirza akan menjagamu.”
Shivani
teringat ketika ia menangis dan tiba-tiba maham duduk di tandu Shivani
dan berkata padanya, “Aku adalah Perdana Menteri Kerajaan Mughal dan aku
sudah seperti Ibu Raja. Aku harus mengawasi segala sesuatu yang
terjadi. Orang-orang berkata bahwa gadis menangis saat meninggalkan
kelaurganya, tetapi kesedihannya akan hilang
saat ia bersama dengan suami yang dicintainya. Tetapi Kau tidak
menyukai Mirza. Dan setelah menikah dengannya, kau akan dipaksa untuk
mengubah agamamu. Jodha sangat membenci Mughal, tapi mengapa dia
menyarankan kau menikah dengan Mirza, aku tidak tahu mengapa. Tapi aku
rasa Kau tidak dapat melakukannya.” Shivani bertanya padanya apa yang
diinginkannya? Maham: “Jangan melakukan pernikahan ini.”
Shivani: “Kau sendiri mengatakan kepadaku untuk menerima pernikahan ini.”
Maham:
“Itu karena aku pikir kau masih sangat muda dan belum mengerti tentang
cinta. Tapi setelah melihatmu dan Tejwan hari ini, aku pikir Kau
mencintainya dan jika berita ini kau katakan setelah pernikahan, maka
itu akan menjadi masalah besar. Aku tidak ingin hidup Mirza hancur.”
Maham Anga meminta Shivani melarikan diri dengan Tejwan besok pagi.
Flashback End
Shivani
berkata kepada Nenek untuk mengizinkannya pergi ke mandir sebelum
menikah. Awalnya Nenek melarangnya, namun setelah Jodha mengatakan dia
akan pergi bersamanya, Nenek mengizinkannya. Nenek bergurau, “Bagaimana
bisa aku menentang perintah Ratu Mughal (Jodha).” Shivani tegang,
“Bagaimana aku menemui Tejwan jika Jodha Jiji bersamaku?”
Raja
Bharmal datang ke ruangan Jalal karena panggilan Jalal. Jalal
mengatakan, “Aku ingin berbicara denganmu.” Bharmal juga ingin berbicara
dengan Jalal tentang hadiah, “Aku ingin memberikan hadiah untuk
pernikahan Mirza dan Shivani. Karena keputusan menikah terlalu cepat,
kami belum sempat memikirkannya. Jalal tersenyum, “Jangan membuatku malu
dengan berkata seperti itu. Kau dapat memberikan hadiah apapun.”
Jalal
mengalihkan pembicaraan, “Aku ingin berbicara hal lain denganmu. Kau
sudah aku anggap seperti ayahku sendiri. Wawasanmu juga sangat luas
dalam politik. Ada masalah politik di beberapa negara, Baghwandas sangat
kompeten sehingga aku ingin dia untuk memecahkan masalah ini.” Bharmal
berterimakasih kepadanya untuk memilih Baghwandas, ua mengatakan bahwa
Baghwandas mengatur seluruh amer dengan sangat baik. Kemudian ia
mengusulkan, “Mengapa kau tidak memberikan posisi ini kepada adik
laki-lakimu, ia juga begitu cerdas dalam masalah politik.” Jalal senang
mendengarnya, “Sesuai yang aku harapkan darimu. Itu adalah nasihat yang
baik, terima kasih banyak.” Kemudian Bharmal mengucapkan salam dan pergi
dari ruangan Jalal.
Ruqaiya berkata kepada para Dasi untuk membuat pengaturan yang tepat untuk pernikahan Mirza.
Adham
dalam suasana hati yang sangat marah, Maham yang melihatnya memintanya
untuk membuat wajah yang tepat dan tidak sedih, hanya melihat apa yang
terjadi.
Mirza
akan menikah, Jalal datang menghampiri Mirza yang duduk dengan para
pelayan yang membantunya bersiap. Jalal juga membantunya bersiap dengan
memakaikan perhiasana ke tubuhnya. Dia juga memakaikan perhiasan di
mahkota Mirza Hakim. Jalal memberinya nasihat, “Mirza
kau akan segera menikah. Dan menikah adalah tanggung jawab yang sangat
besar. Dan aku akan memberimu sedikit nasihat. Jika kau tidak bisa
membuat kelaurga tetap bahagia setelah pernikahanmu, kau juga tak bisa
membuat rakyatmu bahagia. Kau akan tahu kemampuanmu, jika kau bisa
mengatur keluargamu.” Jalal menepuk pundak Mirza.
Mirza
menjadi emosional dan menitikan air mata. “Kau masih ingat janjimu yang
Kau berikan padaku saat kita kanak-kanak. Aku sangat kagum padamu. Kau
ajari aku bagaimana menggunakan pedang.”
Flashback:
Jalal
kecil mengacari Mirza kecil cara menggunakan pedang. Jalal mengatakan
pada Mirza bahwa ia akan sangat senang jika Mirza berhsil berdiri di
medan perang dengan gagah dan penuh percaya diri. Ia juga berjanji akan
membuat Mirza siap untuk pernikahan. Mirza jadi bingung, “Apa maksudmu?
Aku akan bediri di medan perang terlebih dahulu atau menikah terlebih
dahulu?” Jalal mengatakan, “Aku tidak tahu. Tapi aku akan membuatmu siap
untuk pernikahan.”
Flashback End
Mirza
berdiri dan memeluk Jalal. Jalal terlalu pendek sehingga Mirza harus
menunduk dan Jalal mendongak. Jalal mengatakan bahwa ia akan memberi
jabatan kepada Mirza di suatu tempat yang dekat dengan Agra, dan itu
adalah sebagai hadiah pernikahan.
Jodha meminta moti untuk tetap besama dengan Nenek. Shivani mengatakan Kau merasa sangat puas? Jodha mengatakan ya aku akan ke mandir
dengan adikku untuk terakhir kali. Lalu aku akan pergi dengan devrani
ku. Aku senang bahwa pernikahanmu didasarkan pada cinta. Shivani berdoa
kepada kahna, “Apakah aku melakukan sesuatu yang tepat?”
Jodha
dan Shivani datang di luar dimana jalal dan Mirza juga ada disana.
Shivani menyembunyikan wajahnya. Bukan Jalal namanya jika tidak selalu
menggoda Jodha, “Kemarin ia menjadi Ratu Mughal dan hari ini kembali
menjadi rajvanshi.” Mirza membela Jodha, “Dalam pakaian apapun, dia
tetap tampak cantik.” Namun matanya menatap Shivani.
Jodha
memuji Mirza, “Kau sangat tampan. Berlian di mahkotamu menambah
pesonamu.” Mirza mengatakan bahwa Jalal membantunya bersiap hari ini.
Jalal mengucapkan terima kasih, “Kau tidak melupakan hal itu dan
memujinya.” Jodha menjawab, “Mengapa tidak, jika ia layak untuk dipuji,
maka aku melakukannya.” Jalal menimpali, “Maka aku harus memberitahumu.
Kau sangat cantik dengan pakaian Mughal.” Mereka bedua saling
berpandangan.
Jodha
mengatakan pada Jalal bahwa Shivani ingin pergi ke Mandir sebelum
pernikahan dan ia akan ikut serta bersamanya. Jalal awalnya merasa
curiga dan kemudian tersenyum, “Mengapa tidak.” Jodha berkata kepada
Mirza, “Kali ini kau harus menunggu lebih lama. Setelah pernikahan
kalian, maka dia menjadi tanggung jawabmu. Kau harus menemaninya
kemanapun dia pergi.” Jodha memberi salam. Kemudian mereka melangkah ke
tempat tujuan masing-masing.
Jodha dan Shivani sampai di luar istana. Shivani berpikir, “Babusa tolong Maafkan aku tapi aku tahu Kau tidak akan menyukai Tejwan. Namun aku tidak bisa hidup tanpa Tejwan.”
Shivani
mulai menangis. Jodha menghampirinya, “Mengapa kau menangis? Ini bukan
waktunya untuk perpisahan.” Shivani mengatakan jika ia berpikir tentang
meninggalkan mereka, itu membuatnya menangis. Jodha memeluknya dan
kemudian menghapus air matanya. Ia kemudian mengajak Shivani pergi.
Jodha
dan Shivani tiba di mandir. Jodha berkata, “Kita sampai pada saat yang
tepat, aarti belum dimulai. Kau akan mengambil berkat untuk hidup
barumu.” Mereka datang dalam mandir dimana Tejwan juga hadir disana.
Jodha menyanyikan bhajan, Shivani melihat Tejwan yang memberi isyarat
untuk segera pergi. Shivani mengangguk.
Di
Istana semua siap dan menunggu untuk pernikahan. Hamidah bertanya pada
dasi (Pelayan) dimana Jodha dan Shivani, dia mengatakan bahwa mereka
pergi ke Mandir. Maham Anga tersenyum sinis, “Sekarang akan menajdi menarik. Shivani kekuil bersama Jodha. Aku akan mengambil keuntungan itu.”
Shivani
menemui Tejwan di tempat lain. Tejwan membantu Shivani naik ke kuda
dengan mengulurkan tangannya. Shivani sudah naik diatas kuda dengan
Tejwan yang mengendalikan kudanya. Dan mereka berdua meninggalkan
Mandir. Seorang Dasi melihat hal itu dan mencoba menghentikan Shivani
namun ia tidak sanggup karena kuda Tejwan sudah melaju dengan cepat.
Di
istana, imam menyuruh memanggil pengantin wanita. Jalal mengatakan
Pengantin pergi ke mandir dan meminta mereka menunggu. Imam mengangguk.
Di
mandir, bhajan berakhir dan jodha melihat Shivani hilang, dasi
memberitahu kepadanya bahwa Shivani duduk di atas kuda dan pergi dengan
seseorang. Jodha langsung berlari keluar dan memanggil Shivani berulang
kali. Jodha tegang, “Ya Tuhan, apa yang akan terjadi? Ini waktu pernikahannya, dengan siapa dia pergi?”