Mirza Hakim pergi ke ruangan Maksood, ia masih tidak yakin kalau Maksood meninggal karena gigitan ular. Ia melihat sebuah peti diruangan Maksood dan mencari kuncinya untuk membukanya. Ia melihat banyak surat didalamnya, “Bukankah seharusnya Maksood mengirimkan surat-surat ini?”
Tiba-tiba pandangan Mirza tertuju pada sebuah surat. Ia membaca isinya dan merasa aneh karena surat itu menggunakan kata-kata kiasan. Ia semakin heran karena ternyata itu adalah surat Benazir yg didalamnya ditujukan kepada ibunya. “Mengapa surat ini seperti teka-teki.” Sesaat setelah mengucapkan itu, Mirza tersadar bahwa ia harus menjawab teka-teki Rahim.
Hari sudah sangat larut, Jodha sudah sangat mengantuk tapi Rahim masih tetap terjaga dengan kepalanya dipangkuan Jodha. “Rahim, aku memiliki ide. Bagaimana kalau kita suruh pelayan untuk mencari Pamanmu?” Tiba Mirza Hakim sudah ada disana, “Tidak perlu kakak. Aku sudah ada disini. Rahim, maafkan aku, aku benar-benar sibuk bekerja, aku lupa bahwa aku harus menjawab teka-tekimu.” Rahim menimpali, “Kau juga harus minta maaf kepada Ibu Jodha. Dia terpaksa harus berjaga untuk menemaniku.”
Mirza Hakim pun meminta maaf, dan ia menerima hukuman untuk itu. Rahim meminta Jodha mengatakan teka-teki yg sebelumnya dikatakan Rahim pada Jodha. Mirza duduk disamping Jodha dan Jodha mengatakan teka-tekinya, “Ada yg tersembunyi didalam teka-teki ini. Kau harus menemukannya. Teka-tekinya adalah... Jangan berani-berani bermain denganku. Orang itu akan kalah denganku. Dan selain hobi bermain, Aku suka ham dan anggur.” Mirza tidak mengerti dengan teka-teki Rahim, dia menyerah dan meminta Jodha mengatakan jawabannya.
Jodha tersenyum dan menjawab bahwa sebenarnya Rahim menyembunyikan namanya didalam teka-tekinya. Mirza masih tidak mengerti dan Jodha pun menjelaskan, “Ambil huruf pertama dari tiap kalimat. ‘Jangan berani-berani bermain denganku.’ Ambil huruf J. ‘Orang itu akan kalah denganku.’ Ambil huruf O, dan gabung dengan J jadi JO. Ambil huruf D dari kalimat ‘Dan selain hobi bermain.’ Lalu huruf H dan A dari kata ‘ham dan anggur.’ Jadilah JODHA.”
Mirza Hakim dan memuji teka-teki Rahim, “Kau hebat sekali Rahim.” Rahim tersenyum, ia bangun dari pangkuan Jodha dan bertepuk tangan sambil melangkah pergi dan berkata, “Paman Mirza kalah!” berulang kali.
Setelah kepergian Rahim, Mirza menanyakan tentang Benazir kepada Jodha dan ekspresi Jodha langsung berubah kesal. Mirza merasa aneh karena Benazir seorang wanita muslim namun mengirim surat dengan logat Awadhi. Jodha tidak mengerti dengan pertanyaan Mirza, ia berpaling, “Dan tolong jangan tanya padaku tentang Benazir.”
Melihat sikap Jodha, Mirza segera tahu bahwa Jodha cemburu. Mirza semakin menggodanya, “Kalau begitu, kau tidak marah pada Kakakku, tapi marah pada Kakakku?” Jodha langsung berbalik dan berbicara dengan nada cepat, “Aku tidak mengatakan seperti itu.” Mau alasan seperti apapun, Mirza dapat mengerti dengan apa yg Jodha rasakan. Ia pun segera pamit karena sudah terlalu larut malam.
Setelah kepergian Mirza, Jodha bertanya pada dirinya sendiri, “Apa maksud Mirza, bahwa dia bisa mengerti? Apa aku salah, jika orang tahu, bahwa aku tidak suka Benazir?”
Ruqaiya bermain catur bersama Hoshiyar dan tentu Hoshiyar terus saja kalah. Ruqaiya berkata bahwa ia lebih suka bermain dengan Jalal daripada Hoshiyar, karena Hoshiyar selalu saja kalah. Hoshiyar menawarkan diri untuk memanggilkan Jalal, namun Ruqaiya melarangnya karena ia sedang kesal dengan Jalal. Ia kesal karena Jalal mengatakan bahwa ia tidak membutuhkan saran dari Ratunya, dan itu sama saja merendahkannya sebagai ratu kepala, meskipun ia tahu bahwa ucapan Jalal itu ditujukan kepada Jodha. Dan ia semakin kesal karena Jalal memanggil Benazir untuk turut serta dalam masalah politik.
Hoshiyar mencoba menenangkannya namun Ruqaiya tetap saja marah. Ia kemudian meminta Hoshiyar menata caturnya lagi karena ia ingin menang sekali lagi. saat Hoshiyar sibuk menatap caturnya, Ruqaiya berkata dalam hati, “Maham Anga terlalu khawatir dengan Ratu Jodha. Dia terlalu menganggap penting Ratu Jodha, dan akhirnya aku yg harus jadi korbannya.”
Benazir bersama dengan Zakira di kamarnya. Ia mencium bunga berwarna putih dan setelah diciumnya, bunga itu langsung layu. “Aku masih memliki cukup racun.” Benazir menanyakan apa Zakira sudah mempersiapkan ularnya. Zakira membenarkannya. Ia kemudian menanyakan kepada Benazir apa benar-benar akan melakukan rencananya malam ini, padahal Imtiaz menyuruhnya melakukannya besok. Benazir mengatakan bahwa ia ingin segera melakukannya. Ia kemudian bercermin, “Aku akan memuaskan melihat diriku di cermin ini, karena setelah rencana ini berhasil, aku harus segera meninggalkan tempat ini.”
Jalal sedang duduk diatas tempat tidurnya. Benazir datang ke kamar Jalal. Ia memulai melancarkan rayuannya. Jalal jengah namun ia tak menolak. Benazir sudah bersiap untuk mencium Jalal sedangkan Jalal menutup matanya.
Namun aksi Benazir langsung terhenti saat Ruqaiya datang ke kamar Jalal dan menghentikan mereka. Benazir beranjak pergi dan Ruqaiya masuk menghampiri Jalal. Ia mengungkapkan kekesalannya pada Jalal. Jalal menenangkannya dengan mengatakan bahwa lain kali ia akan mengatakan bahwa Ruqaiya adalah Ratu Kepala dan memiliki kedudukan khusus.
Semua orang sudah berkumpul untuk menyaksikan adu gulat. Jalal tersenyum melihat Jodha yg gelisah. Jodha balas menatap Jalal tanpa menyembunyikan ketakutannya. Ia kemudian melihat Benazir yg berdekatan dengannya. Jodha kemudian melihat Jalal setelah melihat Benazir. Senyum Jalal langsung menghilang saat tahu bahwa Jodha berfikir ia menatap Benazir.
Atghah Khan mengungumkan bahwa Imtiaz telah menantang kerajaan mughal. Imtiaz akan bertanding dengan 3 penggulat pilihan dari Kerajaan Mughal. Jika Imtiaz kalah, maka ia akan dijadikan budak, dan jika ke 3 penggulat itu berhasil dikalahkan Imtiaz, maka kerajaan Mughal akan mengakui kekalahannya.
Zakira berbisik kepada Benazir bahwa menurutnya Imtiaz akan menang. Benazir menimpali, “Jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan. Kerjaan Mughal memiliki banyak kesatria yg hebat.”
Adu gulat dimulai. Semua orang tampak tegang. Penggulat pertama berhasil dikalahkan Imtiaz dengan mudah. Semua rakyat yg sebelumnya mengeluk-elukkan nama Mughal, semua terdiam karena penggulat Mughal berhasil dikalahkan. Jalal pun tampak tak terima dan marah, ia semakin marah saat melihat penggulat ke 2 juga berhasil dikalahkan.
Atghah Khan hendak mengungumkan penggulat ke 3, namun Jalal menghentikannya dan ia yg akan maju, namun Maham Anga melarangnya. Kemudian ia meminta waktu untuk berbicara dengan Jalal berdua.
Maham Anga membujuk Jalal supaya menggunakan Adham Khan. Karena tidak layak jika seorang Raja menghadapi rakyatnya. Jalal tidak langsung menyetujuinya, ia harus bertanya kepada Ruqaiya. Maham Anga berkata dalam hati, ia berharap Ruqaiya akan berada di pihaknya sehingga Adham Khan dapat bebas dari penjara.
Jalal dan Ruqaiya berbicara berdua. Ruqaiya terus berbicara dengan nada tinggi. Ia bersikeras untuk menerima usulan Maham Anga. Semua ini ia usulkan demi Kerajaan Mughal. Jalal tidak seharusnya melawan rakyatnya, Raja harus melawan Raja dan Prajurit harus melawan Prajurit. Ruqaiya meyakinkannya bahwa ia sudah memaafkan Adham Khan, dan saat ini Adham Khan statusnya sudah sama dengan Rakyat biasa. Dan juga, Adham Khan sudah menerima hukumannya.