Malam
sudah larut, Jalal yang berada di kamarnya memerintahkan pengawalnya
untuk mengatakan pada Maham Anga bahwa ia menyuruhnya untuk menemuinya.
Jalal datang ke kamar Jalal dengan tergesa-gesa. “Assalamualaikum Jalal, Mengapa kau memanggilku malam-malam begini, apakah semuanya baik-baik saja?”
Jalal
meminta Maham Anga mengumumkan kepada seluruh penghuni Harem bahwa ia
ingin mengadakan Meena Bazar besok. “Kali ini peraturannya berbeda. Kali
ini, pemenang perayaan ini adalah penjual yang aku beli barangnya dan
bukan yang terbaik. Aku akan memberikan hadiah yang spesial bagi
pemenangnya.”
Maham
Anga heran dengan permintaan Jalal, akan sangat sulit untuk
mempersiapkan perayaan dalam waktu satu malam, apalagi dengan cuaca yang
sangat dingin. Jalal tahu itu, “Namun aku ingin tahu siapa yang bisa
melakukannya dalam waktu sesingkat ini.”
Maham
Anga sangat mengenal Jalal, ia tahu bahwa Meena Bazar kali ini bukan
hanya sekedar kompetisi. Pasti ada sesuatu yang direncakan Jalal dibalik
ini semua. Jalal memegang tangan Maham Anga dan membenarkan ucapannya,
“Tidak ada yang mengenal diriku sebaik dirimu.”
Maham Anga sedikit tertawa dan ia pun mengucapkan salam kemudian pergi.
Setelah
kepergian Maham Anga, Jalal bergumam, “Ratu Jodha, kau telah
menghinaku. Tak akan kubiarkan kau hidup tenang, sebelum aku
membalasnya.”
Di
luar kamar, Resham sudah menunggu Maham Anga. Resham mengejar Maham
Anga yang melaluinya. Ia bertanya mengapa Jalal memanggilnya. Maham Anga
memerintahkan Resham untuk mengumumkan bahwa akan diadakan Meena Bazar
besok namun kali ini peraturannya berbeda, “Selain Yang Mulia, semua
orang boleh berpartisipasi di Meena Bazar. Yang bisa menjual semua
barangnya, akan menjadi pemenang kompetisi ini. Yang Mulia akan
memberikan hadiah spesial bagi pemenangnya.”
Maham
Anga hendak melangkah pergi namun Resham masih mengejarnya dan protes
dengan Meena Bazar yang diadakan mendadak. Maham Angan berbalik dan
berteriak kesal, “Iya Resham. Tidak usah banyak bicara dan lakukan saja
perintahku.” Maham Anga pun meninggalkanya dan Resham hanya bisa
mengangguk.
Resham
pergi ke Hareem dan berteriak-teriak membangunkan semua penghuni Harem.
Para ratu berkumpul dan kesal karena tindakan Resham. Namun kemarahan
mereka berubah menjadi keterkejutan dan kebingungan saat Resham
mengumumkan bahwa besok akan diadakan Meena Bazar dan memberitahukan
perubahan peraturannya. Mereka masih ingin bertanya namun Resham sudah
berlalu sambil berteriak membangunkan yang lain.
Dikamarnya
Ruqaiya sedang menghisap hookah sambil setengah berbaring seperti
biasa. Ia memerintahkan Hoshiyar mencatat apa yang ada difikirannya
namun saat Hoshiyar akan menulisnya, Ruqaiya menghentikannya dan
mengganti idenya. Ia kesal karena tak memilik ide yang bagus, “Hoshiyar,
mengapa kau diam saja dan tidak memberiku saran?”
Hoshiyar
memberikan sarannya namun Ruqaiya justru marah karena Hoshiyar
menyarankan senapan. Ruqaiya sangat berambisi untuk menang dalam Meena
Bazar kali ini.
Maham
Anga datang karena dipanggil Ruqaiya. Ruqaiya mempersilahkan Maham
Angan duduk, “Maham Anga, apa yang terjadi dengan Jalal? Kenapa
tiba-tiba dia mengumumkan Meena Bazar? Waktunya sangat mepet.”
Maham
Anga tersenyum. Ia juga sama terkejutnya dengan Ruqaiya. Namun tidak
ada jalan lain selain mematuhi perintah dari Raja. Ruqaiya tahu akan hal
itu, namun ia masih kesal, “Aku selalu menang setiap tahunnya. Aku
tidak peduli dengan ratu-ratu yang lain. Aku butuh waktu untuk
memikirkan dan mempersiapkannya. Aku ingin barang yang unik dan tidak
murahan. Aku harus memenangkannya juga kali ini, ini adalah kompetisi.”
Maham
Anga tertawa, “Aku tahu itu Ratu Ruqaiya. Namun aku minta kau tidak
perlu risau jika kau tidak begitu siap untuk perayaan besok. Kompetisi
dalam perayaan besok, bukanlah kompetisi antara kita. Tapi untuk tujuan
lain.”
Maham
Anga memandang Ruqaiya yang bingung. Namun sesaat kemudian ia
tersenyum, ia sudah faham bahwa kompetisi ini antara Jodha dan Benazir.
Maham Anga kembali tertawa kecil, ia pun menyuruh Ruqaiya untuk tidur
saja karena ia memiliki ide yang bagus untuk kios Riqaiya besok. Ruqaiya
tersenyum dan menyerahkan semuanya kepada Maham Anga. Maham Anga pun
memberi salam sebelum meninggalkan kamar Ruqaiya.
Dikamar
Jodha, Moti sedang beres-beres sambil berkata bahwa para Ratu sibuk
mempersiapkan Meena Bazar untuk besok. Sedangkan mereka justru tidak
melakukan apapun. Ia juga penasaran dengan apa yang akan dipersiapkan
oleh Benazir.
Jodha
menghentikan ucapan Moti, “Cukup Moti... aku merasa kau begitu
perhatian kepada Benazir. Aku sudah memutuskan untuk tidak
berpartisipasi dalam Meena Bazar besok.”
Jodha
berdiri dan Moti berdiri dihadapannya dan mengingatkannya supaya tidak
melakukan itu. Namun ia terdiam saat Jodha menatapnya tajam, “Aku akan
melakukan apa yang aku mau. Tidak ada seorang pun yang bisa memaksaku.”
Moti
berusaha menasihatinya. Jodha wajib mengikuti Meena Bazar ini untuk
mengikuti peraturan kerajaan. Karena semua ratu diwajibkan untuk
berpartisipasi.
Ratu
Hamida datang ke kamar Jodha. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu Jodha.
Ia masih ingat bahwa kemarin Jodha menjual serbuk warna saat perayaan.
Ia ingin tahu apa yang akan dipersiapkan Jodha. Hamida melihat raut
wajah Jodha yang memancarkan kesedihan. Hamida menanyakan apa yang
terjadi. Jodha mengatakan bahwa ia sepertinya tidak akan ikut serta
dalam Meena Bazar kali ini.
Hamida
meminta Jodha tak melakukan hal itu, “Jodha, aku tahu Jalal sedang
tidak adil padamu. Dia tak seharunya membuat kerenggangan dalam hubungan
kalian. Lalu, kau ingin melakukan kesalahan yang sama dengan Jalal. Kau ratu kerajaan ini. kau harus ikut menjaga tradisi.”
Jodha
menunduk mendengar penuturan Hamida. Hamida mengangkat dagu Jodha, “Kau
bermasalah dengan Jalal. Tapi mengapa itu mengganggumu untuk
berpartisipasi dalam perayaan ini? Pertengkaran
itu biasa terjadi diantara pasangan. Kau tidak boleh membiarkan
pertengkaran itu mempengaruhi pernikahan kalian. Orang yang saling
dekat, biasa jika terkadang bertengkar.”
Jodha
tak mampu membendung air matanya lagi. Hamida memintanya berhenti
menangis sambil menghapus air matanya. Jodha langsung memeluk Hamida dan
Hamida membalas pelukan Jodha dengan sayang. Hamida melepas pelukannya
dan Jodha menghapus air matanya, “Aku tidak tahu masalah apa yang
terjadi antara kau dan Jalal. Tapi kau tidak boleh mengipasi masalah
ini. Aku sangat berharap kau ikut berpartisipasi dalam perayaan ini.”
Hamida pun pergi meninggalkan Jodha yang hanya menatap kepergiannya.
Zakira
memijat pundak Benazir sambil membicarakan tentang Meena Bazar. Zakira
berkeyakinan bahwa Ruqaiya akan menjual barang-barang yg unik dan
menjualnya dengan harga yg murah sehingga akan laris terjual.
Benazir
menanggapinya dengan santai. Ratu Ruqaiya melakukan itu karena dia
adalah ratu kepala dan memiliki banyak uang, sehingga ia tidak akan
kesulitan dengan itu. Sedangkan dirinya hanyalah pelayan. Untuk
memenangkan hati raja, ia akan memanfaatkan apa yg ada pada dirinya.
“Ratu Ruqaiya memiliki semua kekayaan, jadi dia akan menggunakannya. Aku
adalah wanita yg diberkahi kecantikan dan otak. Yang Mulia harus
melihat kecantikanku. Kini, saatnya Yang Mulia melihat...”
Meena
Bazar sudah dimulai. Semua Ratu menjual sesuatu di kios masing-masing.
Maham Anga melihat suasana di Meena Bazar dengan Resham yg selalu setia
mendampinginya. “Aku tidak tahu apa yg terjadi pada wanita-wanita ini.
Semuanya selalu bersaing setiap kali diadakan Meena Bazar. Kadang aku
fikir aku akan berhenti menjadi Perdana Mentri dan membuka toko, pasti aku akan untung besar.”
Resham
menyahut bahwa itu adalah ide yg bagus. Maham Anga langsung
membentaknya, “Bodoh!” Namun perhatiannya teralihkan kepada sebuah kios
yg dikerumuni banyak orang.
Maham
Anga mendatangi kios tersebut dan ia terkejut karena ternyata itu
adalah kios Javeda yg menjual minyak kecantikan. Maham Anga yg hendak
membuabarkan kerumunan tersebut, justru terdorong ke belakang dan ia
hanya menyaksikan dengan cemas bersama Resham.
Zakira
menghampirinya dan memperingatkannya bahwa minyak tersebut tidak
seharusnya digunakan di wajah. Namun Javeda tak begitu memperhatikannya.
Saat ada seseorang yg menanyakan minyak yg digunakan untuk wajah,
Javeda menyahut, “Gunakan minyak ini pada wajahmu setiap hari.
Percayalah, dalam beberapa hari, wajahmu akan bersinar seperti matahari.
Benazir, dulunya sangat jelek. Tapi setelah menggunakan minyak ini, dia
menjadi lebih berkilau.” Semua orang langsung antusias ingin membelinya
beberapa botol.
Benazir
yg melihat kerumunan itu mendekat dan bertanya kepada Javeda apa yg ia
lakukan. Javeda mengatakan bahwa ia menjual rahasia kecantikan Benazir
sehingga wanita mughal akan terlihat bercahaya.
Benazir
tersenyum dan berkata dalam hati, “Tapi tak seorang pun tahu bagaimana
aku memanfaatkan kecantikanku, untuk mendapatkan keuntungan dari orang
lain.” Kemudian Benazir mengajak Zakira pergi.
Seorang Pengawal mengumumkan bahwa Jalal telah memerintahkan bahwa transaksi Meena Bazar telah selesai.
Semua
yg ada di Meena Bazar berkumpul menyambut kedatangan Jalal. Jalal
memberitahukan bahwa kebiasaannya adalah membeli satu barang dari setiap
kios, namun kali ini dia hanya akan membeli satu barang.
Seorang Pengawal mengumumkan bahwa setiap orang harus menunjukkan satu barangnya kepada Jalal sesuai urutan.
Tentu
saja yg pertama adalah Ruqaiya. Ruqaiya membawa sebuah selendang. Jalal
memuji selendangnya, “Tapi aku tidak bisa membelinya. Aku tidak mau
semua orang berfikir bahwa aku berlakuk curang terhadapmu.”
Namun Ruqaiya
ingin Jalal mengenakan selendangnya meskipun Jalal tak membelinya.
Ruqaiya pun memakaikan selendangnya ke leher Jalal sehingga menutupi
pundak dan lengannya.
Jalal
menunjukkan koohinor yg dibawanya, “Ini adalah koohinor. Ini adalah
mutiara paling langka diantara mutiara. Aku akan menghadiahkan mutiara
ini pada orang yg menjual barang paling unik.”
Jalal
berjalan menghampiri Ratu Salima yg membawa bunga mawar. Salima
menawari Jalal supaya menciumnya. Jalal melakukannya dan memujinya
seperti aroma surga, ia menanyakan alasannya kenapa Salima menjual bunga
mawar.
Salima
menjelaskan, “Pertama karena bunga mawar sangat murah sehingga semua
orang mampu membelinya. Dan yg kedua, karena aromanya dan warna putih
merupakan simbol perdamaian. Bunga ini akan memberikan kedamaian pada
siapa pun yg membelinya.”
Jalal
tersenyum medengar penuturannya, “Alasan dibalik bunga ini lebih
penting daripada bunga ini. Aku yakin, tidak ada seorang pun yg
berfikiran sepertimu.”
Kemudian
Jalal mengahampiri Jodha. Dengan sinis ia menanyakan apa yg dijual
Jodha untuknya. Jodha menjawab, “Aku tidak memiliki apapun untuk aku
jual padamu. Namun aku memilki hadiah untukmu.”
Jalal menimpali, “Ini adalah Meena Bazar. Aku membeli barang bukan menerima hadiah.”
Jodha
meminta hadiahnya yg dibawa Moti, namun Jalal justru melaluinya begitu
saja tanpa menghiraukannya. Jodha sangat terluka dan Hamida terkejut
melihat perilaku Jalal sementara Maham Anga dan Ruqaiya tersenyum
senang.
Jalal
menghampiri Benazir. Benazir menunjukka lukisan Jalal, “Menurutku kau
adalah pribadi yg unik. Kau memiliki keunikan dan kualitas tak
tertandingi. Awalnya, aku sangat sulit mendapatkan barangnya. Karena aku
tidak menemukan sesuatu yg sebanding dengan kejayaanmu. Jadi aku
putuskan untuk membuat lukisan dirimu. Aku tidak ingin dianggap sebagai
seorang seniman. Tapi ini adalah bukti dari penghargaanku.”
Jalal
tersenyum dan memujinya, “Subhanallah. Tidak ada yg berfikir untuk
melukis wajahku secara begitu indah. Tak seorangpun yg bisa membuat
mataku begitu berkerlap-kerlip dalam secarik kanvas. Rasanya aku melihat
diriku didalam sebuah cermin.”
Jalal mengumunkan bahwa Benazir lah pemenangnya. Ia memberikan mutiara dan julukan Koohinor kepada Benazir.
Semua
orang tak menyukainya kecuali Maham Anga. Banyak yg membicarakan
keputusan Jalal karena baru kali ini pemenang Meena Bazar adalah seoang
pelayan. Banyak yg berfikir bahwa Benazir menang karena kecantikannya
bukan karena lukisannya.
Maham
Anga melihat Ruqaiya yg kecewa, “Ada apa Ratu Ruqaiya, mengapa kau
tampak kecewa? Lihatlah orang yg seharusnya kecewa (sambil menatap Jodha
yg kesal).” Ruqaiya menjadi tersenyum setelah melihatnya.
Benazir
berterima kasih kepada Jalal atas hadiah dan julukannya terhadapnya.
“Koohinor selalu menempel pada mahkota Raja. Namun aku lebih senang
berada dikakimu dan melayanimu.” **Di kaki aja dan di injek-injek**
Jalal
hendak meninggalkan Meena Bazar namun Hamida mengehentikannya, “Tuggu
Jalal. Sebagai Marium Makani, aku berharap mengetahui sesuatu. Aku ingin
tahu, apa yg dibawa Ratu Jodha untukmu.”
Jodha
yg awalnya menunduk langsung menegakkan kepalanya mendengar keinginan
Hamida. Maham Anga juga terkejut mendengarnya. Hamida pun memerintakan
Jodha untuk menunjukkannya kepada semuanya.
Jodha
meminta barang yg sudah ia siapkan kepada Moti. Ia membawanya kehadapan
Hamida dan Jalal. Ia membuka penutupnya dan ternyata itu adalah sebuah
ayunan yg terbuat dari emas.
Jodha
menjelaskan maksud hadiahnya, “Ayunan ini adalah doaku untuk Yang
Mulia. Aku tidak tahu Ratu yg mana yg akan memberikan Yang Mulia seorang
Putra Mahkota. (Jalal memalingkan wajahnya dan tampak tak menyukainya).
Tapi aku berdoa agar dia segera mendapatkan Putra Mahkota. Dalam budaya
kami, kami percaya, jika kita menyimpan ayunan di rumah kita, Tuhan
akan mengaruniai seorang anak. Itu sebabnya aku ingin memberikan ayunan
ini sebagai hadiah. Ibu, bagaimana bisa aku menjual sebuah ayunan demi
uang?”
Hamida
membenarkan ucapan Jodha, “Tak seorang pun bisa memberikan harga untuk
ayunan ini. Walaupun sebuah Koohinor, tak akan sebanding dengan ayunan
ini.” Semua orang tampak tak menyukainya, kecuali Salima.
Hamida
melepaskan kalungnya, “Bagaimanapun, orang yg memberi hadiah pantas
dihargai. Aku ingin memberikan kalung ini sebagai rasa terima kasihku.
Ini adalah pusaka keluarga kami, sejak banyak generasi. Terakhir, Raja
Humayun menghadiahiku kalung ini.” Hamida memakaikan kalungnya kepada
Jodha, “Selanjutnya, pusaka keluarga ini menjadi milikmu, Ratu Jodha.”
Hamida melihat ke arah Jalal. Jalal melirik Jodha dengan sengit dan Jodha juga membalas lirikannya dengan tak kalah sengitnya.