Jodha berpikir, "Ya Tuhan, lagi-lagi matanya memukauku. Kenapa dia menarikku kearahnya.” Akhirnya dengan lembut ia bertanya, “Mengapa engkau menutup pintu Shahenshah? Apa maksudmu?" Nadanya jelas penuh dengan kebutuhan asing.
"Kau benar-benar ingin tahu apa maksudku Jodha begum?" ia berbisik ditelinganya.
Jodha menyadari dia bertanya pertanyaan yang salah. Dia memerah menunduk dan tidak bisa menutupi wajahnya memerah.
Jalal dengan sensual menatapnya dengan mata gelap menawan dan menjawab dengan nada sensual, "Jodha, aku telah menutup pintu karena kau telah membuatku begitu gila terhadapmu, dengan semua pakaian dan hiasan yang ada pada dirimu kau telah mempesonaku. Setiap hari aku melihatmu dan kau terlihat lebih dan lebih indah. Hari ini kau terlihat sangat menarik, bahkan dewa akan berhenti untuk beberapa detik setelah melihatmu dan akan bangga pada dirinya sendiri untuk menciptakanmu dengan begitu indah. Siang dan malam aku hanya berpikir tentangmu. Kesabaranku mengkhianatiku, aku tak bisa lagi mengendalikan diriku. Aku tak pernah putus asa untuk setiap wanita seperti ini... Bagaimana aku bisa membiarkanmu pergi?"
Jodha tersipu malu mendengar pujian itu kemudian dia dengan lembut bertanya "Jadi, apa yang Kau inginkan?"
Jalal menariknya lebih dekat dan berbisik di telinganya dengan tatapan menggoda, "Aku ingin kau" maka ia dengan sensual mencium bibir merahnya dengan sangat lembut. Jodha menutup matanya dan membalas ciumannya. Jalal berhenti dan menatapnya dengan tampilan menggoda intens kemudian dengan lembut meletakkan rambutnya ke belakang telinga, dia menangkup wajahnya dalam genggamannya dan menciumnya lagi, tapi kali ini dengan lebih semangat. Mereka begitu larut dalam keindahan cinta, saling menikmati setiap kontak fisik satu sama lain. Jodha berada pada sebuah titik dimana ia ingin lebih, dia ingin segalanya, keinginannya telah memuncak. Namun Jalal masih memiliki kendali, walaupun dengan keinginan yang sama kuatnya seperti Jodha. Dia terkejut melihat gairah liar dan menikmati kerinduan untuknya.
Jalal bergumam di telinganya, "Jodha apakah engkau mengasihiku? Apakah Kau siap untuk melangkah lebih jauh?" Jalal tahu dengan pengalamannya bahwa tidak ada cara untuk dia berhenti pada titik ini. tapi ia tidak ingin melangkah lebih jauh kecuali jika Jodha mengakui cintanya, karena Jalal tahu bahwa hal itu sangat penting bagi Jodha. Akan tetapi Jodha tidak mendengar pertanyaan Jalal, dia masih tenggelam dalam keinginan dan kerinduan akan sentuhan kasih sayang Jalal.
Jalal jelas bisa merasakan keinginannya untuk menginginkan lebih. Jadi dia kembali bertanya lagi "Jodha, Apakah engkau mengasihi Aku? Apakah kau siap untuk melangkah lebih jauh?" tanya Jalal dengan nada keras dan tegas.
Suara kuat Jalal membangunkan Jodha dari mimpi indah dan pesona menawanya. Dia menyadari bahwa dia benar-benar tenggelam dalam pelukannya, Jalal berada di atas tubuhnya. Dia menciumnya lagi dipipinya dengan lembut penuh cinta dan memintanya "Jodha, apakah engkau mengasihi Aku?"
Jodha tahu bahwa mereka pergi terlalu jauh lagi dan jika dia menghentikanya sekarang maka akan menjadi sangat mengecewakan untuk Jalal. Jalal melihat mata terkejut dan sedihnya Jodha, dia bisa mengetahui jawabanya tanpa ia mendengarnya.
Jodha akhirnya menjawab dengan sedih "Apakah benar-benar penting untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini? Kau adalah suamiku dan Kau memiliki hak pada aku."
Jalal bertanya lagi dengan kebencian "Jodha, tolong katakan padaku kau mencintaiku dan kau ingin pergi lebih jauh."
Dalam keheningan yang mengikuti, hanya suara terengah-engah mereka yang bisa didengar, Jalal tahu ada sesuatu yang menghentikan dia dari sepenuhnya menerimanya.
Jalal dengan kecewa bangun dari tempat tidur dan dengan nada pahit berkata "Jodha Begum, maafkan aku, aku akan memastikan aku tidak melewati batasanku lagi mulai sekarang. Sampai kau siap, aku tidak akan menyentuhmu, tidak sampai kau bisa menerimaku sepenuhnya. "
Jodha bisa merasakan kemarahannya yang dikendalikan arahnya. Mereka berdua bangkit dan berpakaian dengan cepat.
Jalal berjalan menuju jendela dan berdiri di sana, dengan sedih dia berfikir “mengapa Jodha selalu menahan diri? Aku bisa melihat dimatanya ada banyak cinta bagiku, tapi aku tak bisa memahami keinginanya "
Ada yang mengetuk pintu, Jodha cepat-cepat membukanya.
Sukanya berjalan kedalam kamar dan dengan riang mengatakan selamat pagi untuk mereka berdua dan kemudian dalam nada menjengkelkan dia berkata "Oh Jiji Kau belum siap. semua orang sudah menunggumu." Kemudian dengan polos dan tanpa berpikir dia bertanya "Apa yang terjadi dengan perhiasan bungamu, itu semua rusak"
Jodha dan Jalal saling memandang dengan ekspresi campuran dan malu. Sukanya menyadari dia bertanya pertanyaan yang salah, maka dengan cepat ia mengubah topik pembicaraan, dia berkata "Jiji..Massa sedang menunggumu dan sepertinya kau lupa kita harus pergi ke kuil"
Jodha dengan nada sinis meminta Sukanya "Tolong berikan kesibukan untuk kakak iparmu, sepertinya dia merasa terlalu kesepian disini. Aku akan bersiap-siap dengan cepat."
Sukanya dengan seringai mengatakan "Dengan senang hati."
Jalal menatap marah pada Jodha dan pergi dengan Sukanya.
Sukanya dengan nada menggoda bertanya "Jiji, bagaimana malammu? Dan permainan chopat??"
Jalal dengan nada mengejek menjawab "aku berharap bermain chopat dengan adik iparku bukan dengan kakakmu."
Suku merasa sedikit malu dan menjawab “Kau memang tandingan sempurna untuk Jodha Jiji, Tidak ada yang bisa mengalahkanmu baik dalam berbicara.”
Mereka berdua mencapai ruang utama di mana semua orang sedang menunggu Jodha. Raja Bharmal dengan nada informatif mengatakan "Jamaisa, pada setiap holi kita semua pergi ke matta kuil Kali di pagi hari."
Mainavati bertanya pada sukanya "Di mana Jodha?"
"Masa Jiji belum siap ... itu akan membawanya sedikit lebih banyak waktu." Kata sukanya.
Mainavati dengan nada cemas mengatakan "RajaSa, kita perlu pergi sekarang. Ini adalah waktu yang menguntungkan untuk berdoa yang akan terjawab. Sukanya kau datang dengan Jodha nanti."
Sukanaya dengan wajah sedih cemberut "tapi Masa ..."
Jalal langsung menjawab "Jangan khawatir tentang Jodha, aku akan membawa Jodha ke kuil. Kalian semua pergi dahulu saja ..."
Raja Bharmal dengan senyum menjawab "Terima kasih Jamaisa" maka mereka semua berangkat ke kuil.
Jodha bersiap-siap dan keluar ke ruang utama dengan pooja thal tapi ia hanya melihat Jalal yang ada disana. dia bertanya "Di mana semua orang?"
"Jodha begum, mereka semua pergi ke kuil." Jawab Jalal ..
Jodha dengan sedih mengatakan "Ohh .. bagaimana denganku? Bagaimana aku pergi?"
"Jangan khawatir Jodha begum, aku akan menemanimu ke kuil" kata Jalal.
"Tidak! Aku tidak ingin kau datang ke kuil" jawabnya techily.
Jalal dengan ekspresi bingung bertanya "Mengapa tidak?"
Jodha keras kepala menjawab dengan nada tegas "Aku tidak ingin membahas tentang hal itu, tapi Kau tidak boleh datang ke kuil Kali matta."
Dengan memori yang tajam Jalal teringat percakapan tentang bagaimana tentaranya menghancurkan kuil Kali matta di Amer dan mengambil semua perhiasan dari sana dan Jodha bertarung dengan para prajurit. Dan itu adalah pertama kalinya ia mendengar tentang Jodha.
Jalal dengan nada bersalah mengatakan "Aku tahu mengapa kau tak mengizinkanku ikut, tapi apa yang terjadi di masa lalu memang sangat sedih, aku mengerti sekarang, aku salah, aku telah menghargai agamamu. Pada saat itu aku tidak pernah berpikir bahwa aku akan menyakiti perasaan orang hindu. Aku benci Rajvanshi dan untuk membalaskan dendam tentaraku, aku melakukan kejahatan ini. "
Jodha menjawab dengan rasa sakit dan mata berkaca-kaca intens "Shahenshah, aku telah bersumpah di depan Kali Ma bahwa aku akan memotong kepalamu dan membawanya ke kakinya untuk tidak menghormati rasa hormatnya. Dan melihat takdirku, aku begitu tak berdaya, untuk orang yang sama yang telah menempatkan sindoor dimaangku untuk hidupnya yang panjang."
Jalal menatapnya dengan rasa bersalah yang mendalam dan meminta dalam nada memohon "Jodha, bawa aku ke kuil"
Tanpa berkata apapun, dalam keheningan yang mendalam Jodha dan Jalal mencapai kuil. Jalal dengan hormat melepas sepatu, mahkota dan pedangnya, dan memberikannya kepada Abdul lalu masuk ke dalam kuil, Jodha sangat terkejut dengan tindakannya. Mereka berdua sendirian di kuil (karena keamanan, tidak ada orang lain yang diizinkan di dalam bait suci ketika orang kerajaan berada di dalam). Jodha melakukan doa dan Aarti dengan suara merdunya.
Setelah itu Jalal pergi dekat patung Matta dan meminta maaf karena dosanya. Ia sujud untuk kesalahannya dan berjanji bahwa ia akan selalu menghormati semua agama lain dan meminta maaf atas nama Jodha karena tidak menjaga janjinya.
PanditJi melihat rasa bersalah Jalal ketika meminta maaf, ia datang ke Jalal dan mengatakan “Kau telah menuangkan hatimu keluar untuk matta, Kau telah menempatkan egomu kesamping dan sujud kepadanya, Kau telah memenuhi janji Jodha juga.” kemudian ia memberi restu Jalal. Melihat perubahan besar dalam diri Jalal, air mata bergulir turun dari mata Jodha. Jodha bisa merasakan perubahan Jalal. Ketika mereka menikah, ia adalah seorang raja sombong dan egois. Tapi sedikit demi sedikit, secara bertahap hatinya membuka, dan rasa kemanusiaanya mulai tumbuh. Mereka berdua mendapat berkah dari pendeta untuk kehidupan pernikahan yang panjang dan bahagia. Jodha menatap Jalal dengan konten tampilan dan tanpa komunikasi apapun Jalal tahu betapa Jodha sangat merasa bahagia. Setelah pengakuannya untuk devi matta Jalal juga merasa lega dan bahagia.
Mereka berdua sampai di istana dan Moti berlari kearah Jodha dan berkata sambil terengah-engah "Surya dan adiknya Lilavati dengan suaminya Raja Sangram Singh di sini dan Dharam Singh dan adiknya Kanika akan mencapai di sini setiap saat."
Jodha sangat senang mendengar hal ini dan dengan semangat dia bertanya pada Moti "di mana mereka?"
"Mereka semua berada di aula besar untuk menunggu kedatanganmu. Raja Shabb dan RaniSa menyambut mereka dan meninggalkan sumbangan" jawab Moti.
dengan sangat bersemangat Jodha mulai berjalan cepat menuju aula. Jalal menyaksikan keinginan Jodha itu, dia hampir berlari dan mencapai ruang utama dan memeluk Lilavati. Keduanya berharap satu sama lain untuk pernikahan mereka. Lila memperkenalkan suaminya Sangram Singh pada Jodha.
Jodha menyadari bahwa dalam kegembiraanya dia lupa tentang Jalal, ia dengan cepat berbalik untuk melihat dia. Ia melihat Jalal sedang mengawasinya tanpa ekspresi. Jodha dengan nada sangat sopan memintanya "Shahenshah, bisa tolong masuk ke dalam, aku ingin memperkenalkanmu kepada teman-teman terbaik masa kecilku."...
Jalal berjalan kearah mereka dan memindai masing-masing orang di aula.
Jodha memperkenalkan Jalal kepada Lila dan Sangram, kemudian dia memperkenalkanya dengan Surya. Jalal cukup terkesan dengan penampilan dan kepribadianya, dalam hati ia berkata “Surya memang terlihat berwibawa dan menarik. "
"Aku telah mendengar banyak tentangmu Surya VadanJi ..." kata Jalal dengan nada sinis. Matanya memiliki kemarahan misterius gelap.
Surya menjawab dengan santai "Silahkan panggil Aku Surya saja. Aku juga mendengar banyak tentangmu Shenshah E Hindustan" nadanya juga diisi dengan sarkasme ... setelah jeda singkat Surya bertanya dengan pahit "Shenshah, akhirnya Kau datang untuk membawa Jodha kembali ke Agra."
Jalal sangat jengkel dengan sikapnya, dia menjawab dengan nada yang sama "Tentu saja Surya! Bagaimana Aku bisa meninggalkan dia di sini sendirian?."
Surya dengan nada arogan mengatakan "Shenshah, Kau salah, dia tidak sendirian di sini, dia memiliki banyak teman dekat dan keluarganya di sini. Aku yakin, dia merasa lebih kesepian di Agra daripada di sini" kemudian marah ia menambahkan "Apa yang membuatmu begitu lama? "
Melihat keprihatinan dan posesifnya pada Jodha, Jalal yang iri mulai meradang, Dia dengan nada sinis mengatakan "Kedengarannya seperti Kau khawatir terlalu banyak untuk temanmu."
Surya menatap Jodha dengan hati-hati dalam di matanya, maka dengan bangga menjawab "Ya! Aku tidak bisa melihat air mata di mata Jodha."
Jalal merasa seperti ingin membunuh Surya untuk kedua kalinya. Dia mengambil napas dalam-dalam untuk menyembunyikan kemarahannya.
Jodha menyadari ketegangan antara Jalal dan Surya ... keduanya kehilangan kesabaran mereka. Sebelum melangkah lebih jauh apa yang salah, Jodha datang diantara mereka dan berkata "Aku pikir sudah waktunya untuk makan siang, mari kita makan dulu setelah itu kita bisa berbicara segalanya sepanjang waktu."
Surya intens menatap Jodha dan bertanya dengan lembut dengan keprihatinan yang mendalam "Jodha, bagaimana kabarmu?"
Jodha tersenyum dan menjawab "Jauh lebih baik setelah melihat kalian semua."
Jalal mendapat lebih jengkel dengan jawabannya. Saat mereka akan menuju ruang makan, Dharma dan Kanika memasuki aula. Jodha menyapa mereka dan memperkenalkan mereka pada Jalal.
Kanika menatap Jodha dengan kecemburuan dan berkata pahit "Jodha Kau sangat beruntung memiliki suami seperti dia" dia berhenti dan menatap Jalal serta menginginkannya dan sambil menatap ke arahnya ia melanjutkan "Dia tidak hanya sangat tampan tapi Raja segala raja , Shenshah -E- Hindustan dan Kau ratu Hindustan ... Selamat ... " matanya meneliti Jalal dengan intens dan juga kepribadianya yang kuat.
Jodha sangat jengkel dengan cara dia memuji Jalal. Jodha menjawab pahit "Ya Kanika, Aku sangat beruntung memiliki suami seperti dia yang memiliki 500 ratu dan selir 5000 dan masih bisa menikah lagi "dengan nada mengejek ia menambahkan “kau juga memiliki kesempatan Kanika !!! "