Akhirnya Jalal tiba di depan pintu. Semua orang di Istana keluar untuk menyambutnya.
Rani Mainavati melakukan Aarti dan Tilak pada Jalal. Aula diisi dengan banyak orang. Mata Jalal sedang mencari Jodha. Bharmal dan Maina berkata, "Jamaisa, jika Kau mencari Jodha, Kau harus menemukan dirinya di Istana ini. Sesuai Pag Fere Rasam kami, Kau harus mencarinya di dalam istana."
Jalal terkejut mendengarnya dan menjawab, "Aku minta maaf tapi aku tidak mengerti."
Mainavati dengan senyum berkata, "Jamaisa, itu adalah rasam... alasan di balik ini Kau bisa melihat setiap anggota keluarga dan seluruh istana, bagaimana Kau menjadi akrab dengan semua orang."
Jalal memandang kebingungan. Mainavati tersenyum dan berkata, "Jamaisa, sejak Jodha kembali dari Agra aku belum melihatnya tersenyum, dia sangat kehilanganmu. Terima kasih kau telah datang untuk mengambil Jodha kembali."
Jalal sadar tidak ada yang tahu kebenarannya dan Jodha dalam kesakitan yang luar biasa, senyumnya telah lenyap, bahkan di kota Amer dia tidak bahagia.
Jalal meminta maaf kepada Raja Bharmal dan Mainavati karena datang terlambat untuk menjemput Jodha dengan alasan beberapa pekerjaan politik. Dia mengambil berkat dari semua orang tua.
Darisuhadi berlari kembali ke Jodha dan memberitahunya segalanya. Sekarang jelas bagi Jodha bahwa Jalal di sana tidak untuk menghukum keluarganya. Darisuhadi juga menyebutkan tentang rasam dan mengatakan Jodha, dia sedang mencarimu di istana.
Jodha dengan kemarahan menjawab, "Biarkan dia mencari, ia tidak akan menemukanku. Istana ini begitu besar dan aku tahu banyak tempat di mana aku dapat bersembunyi seharian dan tidak ada seorangpun yang dapat menemukanku."
Pencarian Jalal dimulai... semua orang geli melihat Jalal, betapa sabarnya dia mencari Jodha. Sukanya menggoda, "Jijasa, Kau tidak akan menemukan Jodha jiji dengan mudah, Kau telah membayar untuk apa yang telah Kau lakukan!"
Jalal dengan shock memandang Sukanya dan bertanya, "Apa maksudmu Sukanya... apa yang telah kuperbuat?" Sukanya dengan tawa menjawab, "Jijasa...Aku hanya bercanda, tapi terlihat di wajahmu... Kau tampak seperti Kau telah melakukan kejahatan besar... kau datang setelah sebulan, tentu saja Jodha jiji akan marah padamu."
Jalal memohon, "Bantu aku, beritahu dimana kakakmu Sukanya."
Sukanya memberi petunjuk, "Biarkan aku memberitahumu sebuah rahasia Jijasa. Akhir-akhir ini jiji berada di kamar atau puncak atap."
Jalal: "Sukanya, Bisakah kau membawaku ke kamarnya...???”
Jalal sampai di dalam kamar Jodha. Ia melihat Kanah dan kuil kecil. Ia segera keluar dari kamarnya dan melepas sepatunya. Dia terkesan melihat kamarnya. Ada satu kamar terhubung ke ruang ini tampak seperti ruang seni. Mata Jalal hanya mencari Jodha. Dia tahu dia tidak akan menemukannya dengan mudah, ia pergi mencarinya di setiap sudut istana. Sudah sekitar tiga jam, Jalal masih mencarinya tanpa petunjuk. Dia berkeringat karena berjalan naik dan turun di sekitar Istana. Setiap orang benar-benar khawatir, tapi Jodha memutuskan bahwa ia tidak akan keluar di depan Jalal. Akhirnya semua orang mulai mencarinya.
Raja Bharmal memberi sedikit pencerahan, "Shahenshah, ketika Jodha masih kecil, ia dulu suka bermain petak umpet dan sakit, semua orang mencari nya tapi tidak bisa menemukannya dan kemudian akhirnya dia keluar sendiri. Kita masih belum tahu tempat persembunyiannya di istana ini.
Jalal berpikir, “Aku tahu Jodha, setelah dia memutuskan sesuatu dia tidak akan dengan mudah mengubah pikirannya. Aku tidak berpikir ia akan keluar dengan mudah.”
Tiba-tiba ia mendengar Zulfan Jodha. Ia mengikuti arah suara itu. Jalal tidak dapat melihat wajahnya tapi dia tampak sama tinggi dan tubuhnya seperti Jodha. Pakaiannya juga seperti Ratu. Jalal berteriak untuk menghentikannya tetapi sebaliknya dia mulai menjalankan. Jalal berlari di belakangnya. Permainan ini terus berjalan beberapa menit. Akhirnya Jalal menangkapnya dan melihat itu bukan Jodha. Orang lain. Dia bertanya mengapa ia berlalu. dia tidak mengatakan apa-apa. Jalal kesal, Dia menatap Zulfan itu dan dia tahu itu Zulfan Jodha. Sekarang ia tahu bahwa Jodha pasti sengaja melakukannya.
Raja Bharmal dan Mainavati keduanya benar-benar kesal dan dengan menyesal mengatakan, "Ampuni Jodha, kadang-kadang dia masih bertindak seperti seorang anak kecil." Jalal berkata kepada mereka, "Jangan khawatir aku pasti akan menemukannya besok pagi sekitar 5:30."
Jalal pergi ke kamar yg terhubung ke kamar Jodha. Keduanya tidak bisa tidur malam itu.
Hari sudah berganti pagi. Jalal tahu Jodha pasti akan keluar untuk berdoa pada Kanah. Ia memutuskan untuk berpura-pura tidur sampai ia mendengar suara Aarti.
Pertama, Jodha pergi ke kamar Jalal untuk memastikan ia sedang tidur. Jalal mendengar seseorang berjalan ke kamarnya dan dia bisa merasakan kedekatannya. Jalal berpura-pura tidur. Jodha memandangnya selama satu menit. Dia tidak bisa berhenti menatapnya. Dengan cepat dia kembali ke kamarnya untuk menyelesaikan pooja. Dia mulai bernyanyi doa dan Aarti. Dia menyelesaikan Aarti dan berbalik dengan Aarti thaal dan melihat Jalal berdiri.
Jalal terkejut melihat kondisinya, ia tidak memakai perhiasan apapun, tanpa shringar dan pakaian sederhana, meskipun begitu ia masih tampak begitu indah dan ilahi.
Jodha memandangnya dengan kemarahan kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata, dia mencoba berjalan keluar dari ruangan. Jalal berdiri dihadapannya untuk menghentikan jalannya. Jodha memandangnya dengan wajah pahit sedih, "Mengapa Kau datang ke p*la*ur ini?
Jalal terguncang mendengar kata itu... Dia bisa melihat kemarahannya dan rasa sakitnya. matanya penuh dengan air mata... ia belum pernah melihat Jodha semarah ini. Dia tidak pernah berharap untuk mendengar ucapan itu dari mulutnya.
Ia menelan ludahnya, mengumpulkan keberaniannya dan dengan rasa bersalah dia berkata, "Jodha...Aku di sini untuk membawamu kembali ke Agra... Aku datang ke sini untuk minta maaf atas kesalahanku. Jodha, ampunilah aku, itu adalah kesalahpahaman. Sekarang aku tahu apa maksudmu dengan keyakinan. Aku harus mempercayaimu... Kemarahanku menghancurkan segalanya, tanpa memberitahu siapapun Kau pergi keluar istana diam-diam di tengah-tengah malam... yang membuat keraguan padaku lebih kuat, dan ketika aku melihatmu dengan Sujamal berpelukan, aku tak bisa mengendalikan kemarahanku. Aku benar-benar kehilangan diriku dan mengatakan hal yang memalukan padamu. Tolong Maafkan aku.” Dengan tangan terlipat ia minta maaf dengan mata berkaca-kaca dan nada yang berat.
Ia meneruskan tangannya dan mengambil Aarti dan mengambil sejumpit sindoor dan ia hendak mengisi maangnya tapi ia menghentikannya antara dan berkata, “Kau telah kehilangan hak itu ketika Kau menyebutku p*la*ur dan menamparku. Aku tidak akan pernah mengampunimu atas penghinaan yang telah kau berikan padaku. Sangat bagus Shahenshah, setelah memotongku menjadi berjuta-juta potongan. Shahenshah E Hind... Jallaluddhin Mohammad datang ke sini untuk minta maaf... Kau tidak mencoba untuk menemukan kebenaran... Kau tidak memberiku kesempatan untuk berbicara... Kau tahu Shahenshah, Kau benar-benar telah menang, akhirnya Kau mampu menghancurkan Jodha... Kau harus merayakan kemenanganmu. Misimu sukses dan hubungan kita hancur. Kau tidak akan pernah bisa membodohiku lagi Shahenshah.” Jodha berjalan keluar dua langkah dan berhenti lalu berbalik kembali dan berkata, “Jangan pernah berani menyentuhku lagi dan kembalilah ke Agra.” Jodha keluar dengan wajah marah.
Mainavati berdiri di jendela dan mendengar semua percakapan antara Jodha dan Jalal. Matanya penuh dengan air mata. Jodha tidak memperhatikan Mainavati, yang berdiri di sudut. Jodha berlari keluar dengan air mata di matanya. Jalal benar-benar trauma dengan reaksi Jodha. Dia merasa dia kehilangan seluruh dunia, ia tahu ia tidak akan pernah mendapatkan Jodha kembali, kebenciannya telah menghilangkan seluruh cintanya. Ia tidak mampu berdiri, ia duduk berlutut dengan penuh air mata. Wajahnya berubah merah sepenuhnya. Hatinya terbakar dalam api kesalahannya sendiri.
Setelah sekitar sepuluh menit kemudian, ia merasa tangan seseorang di bahunya, itu Mainavati. Melihat wajahnya berkaca-kaca mengerikan Jalal bisa tahu bahwa Mainavati telah mengetahui segalanya.
Mainavati dengan nada peduli berkata, "Jamaisa, aku tahu Kau telah membuat kesalahan serius tapi Kau harus mengumpulkan kekuatanmu kembali untuk memenangkan hati Jodha lagi. Kau harus memberinya beberapa waktu. Dia masih mencintaimu tetapi dia benar-benar hancur karena kesalahanmu. Untuk memenangkan hatinya adalah tantangan terbesar. Jodha sangat keras kepala, sekali dia memutuskan sesuatu, hal ini tidak mudah untuk mengubah pikirannya. Datanglah bersamaku Jamaisa.” Jalal berjalan dengannya menemui seluruh keluarga seolah-olah itu adalah harapan terakhirnya meninggalkan hidupnya. Mainavati membawanya ke ruang seni Jodha. Ruangannya penuh dengan lukisan-lukisan yang indah dan menakjubkan, ada beberapa lukisan ditutupi dengan kain. Mainavati menunjuk lukisan dan berkata "Jamaisa, lukisan ini semua dibuat oleh Jodha... Satu Bulan ini dia berada di kamar ini dan menghabiskan waktunya untuk melukis. Ketika Kau melihatnya, Kau akan menyadari, mengapa aku masih melihat beberapa harapan. " Dia memberkatinya dan berjalan keluar dari kamar meninggalkannya sendirian dengan lukisan.
Jalal membuka 1 lukisan...
Seluruh lukisan penuh dengan api dan Jodha berada di antara api, matanya yang berputar di api. Dia terbakar didalamnya.
Ketika ia melihat lukisan ini hatinya terbelah. Ia merasa seseorang telah menuangkan asam di wajahnya. Dia merasakan api di seluruh tubuhnya.
Lukisan ke 2
Jalal berlari ke arahnya seperti macan liar yang marah.
Jalal tidak bisa percaya dia tampak seperti blis dalam kemarahan. Dia merasa maluk pada dirinya sendiri...
Lukisan ke 3
Dia menyeret Jodha dan menarik rambutnya. Dan menariknya keluar istana.
Ia menyadari bagaimana tak berperasaan padanya. Lukisan ini menghancurkan semua harapannya.
Lukisan ke 4
Dia menampar Jodha di depan semua orang. Matanya dalam api dan matanya menangis. Dia tampak seperti iblis.
Mata Jodha penuh dengan rasa sakit...
Lukisan ke 5
Jalal tidur nyenyak di kamar Jodha dan Jodha dengan pakaian prajurit memandangnya dengan penuh cinta.
Lukisan ini menunjukkan betapa Jodha sangat mencintainya. Dia terkejut melihat betapa besar cinta di matanya.
Lukisan ke 6
Keduanya tidur berdampingan di bawah pohon dengan wajah keduanya yang damai.
Lukisan ini adalah pertama kalinya hari mereka dekat satu sama lain. Wajahnya berkilau dengan kebahagiaan melihat lukisan ini. Saat-saat indah pertama mereka bersama-sama. Melihat lukisan ini ia berfikir, “Dia masih berfikir tentang waktu kita berdua yg indah.”
Lukisan ke 7
Jalal mencoba menciumnya di kebun, ada sedikit kelinci di sekitar mereka. Jodha memerah!
Jalal terkejut ia masih ingat saat-saat indah mereka. Wajahnya berubah tersenyum dan bahagia. Tiba-tiba wajah sedihnya menjadi bercahaya dan tersenyum dalam kedamaian.
Lukisan ke 8
Saat Jalal menciumnya di tempat tidur...
Itu adalah momen paling sensual dan indah! Lukisan ini membawa senyum paling ceria dan memerah di wajahnya.
Jalal sadar Jodha masih mencintainya. Jodha mencintainya, dia masih berpikir tentang saat-saat berharga mereka, sedikit demi sedikit kebenciannya menghilang. “Dia mencintaiku lebih dari dia membenciku.” Harapannya kembali. Dia sadar bahwa Dia perlu memberi Jodha waktu. Dia tersenyum kembali dan berkata, “wow! Jodha, Kau adalah seorang seniman yang luar biasa. Bakatmu telah menyelamatkan hubungan kita. Jodha Kau bukan tantanganku, kau adalah hidupku... Aku harus memenangkan pertempuran hidupku.
Translate by ChusNiAnTi