Ia meneruskan tangannya dan mengambil Aarti dan mengambil sejumpit sindoor dan ia hendak mengisi maangnya tapi ia menghentikannya antara dan berkata, “Kau telah kehilangan hak itu ketika Kau menyebutku p*la*ur dan menamparku. Aku tidak akan pernah mengampunimu atas penghinaan yang telah kau berikan padaku. Sangat bagus Shahenshah, setelah memotongku menjadi berjuta-juta potongan. Shahenshah E Hind... Jallaluddhin Mohammad datang ke sini untuk minta maaf... Kau tidak mencoba untuk menemukan kebenaran... Kau tidak memberiku kesempatan untuk berbicara... Kau tahu Shahenshah, Kau benar-benar telah menang, akhirnya Kau mampu menghancurkan Jodha... Kau harus merayakan kemenanganmu. Misimu sukses dan hubungan kita hancur. Kau tidak akan pernah bisa membodohiku lagi Shahenshah.” Jodha berjalan keluar dua langkah dan berhenti lalu berbalik kembali dan berkata, “Jangan pernah berani menyentuhku lagi dan kembalilah ke Agra.” Jodha keluar dengan wajah marah.
Mainavati berdiri di jendela dan mendengar semua percakapan antara Jodha dan Jalal. Matanya penuh dengan air mata. Jodha tidak memperhatikan Mainavati, yang berdiri di sudut. Jodha berlari keluar dengan air mata di matanya. Jalal benar-benar trauma dengan reaksi Jodha. Dia merasa dia kehilangan seluruh dunia, ia tahu ia tidak akan pernah mendapatkan Jodha kembali, kebenciannya telah menghilangkan seluruh cintanya. Ia tidak mampu berdiri, ia duduk berlutut dengan penuh air mata. Wajahnya berubah merah sepenuhnya. Hatinya terbakar dalam api kesalahannya sendiri.
Setelah sekitar sepuluh menit kemudian, ia merasa tangan seseorang di bahunya, itu Mainavati. Melihat wajahnya berkaca-kaca mengerikan Jalal bisa tahu bahwa Mainavati telah mengetahui segalanya.
Mainavati dengan nada peduli berkata, "Jamaisa, aku tahu Kau telah membuat kesalahan serius tapi Kau harus mengumpulkan kekuatanmu kembali untuk memenangkan hati Jodha lagi. Kau harus memberinya beberapa waktu. Dia masih mencintaimu tetapi dia benar-benar hancur karena kesalahanmu. Untuk memenangkan hatinya adalah tantangan terbesar. Jodha sangat keras kepala, sekali dia memutuskan sesuatu, hal ini tidak mudah untuk mengubah pikirannya. Datanglah bersamaku Jamaisa.” Jalal berjalan dengannya menemui seluruh keluarga seolah-olah itu adalah harapan terakhirnya meninggalkan hidupnya. Mainavati membawanya ke ruang seni Jodha. Ruangannya penuh dengan lukisan-lukisan yang indah dan menakjubkan, ada beberapa lukisan ditutupi dengan kain. Mainavati menunjuk lukisan dan berkata "Jamaisa, lukisan ini semua dibuat oleh Jodha... Satu Bulan ini dia berada di kamar ini dan menghabiskan waktunya untuk melukis. Ketika Kau melihatnya, Kau akan menyadari, mengapa aku masih melihat beberapa harapan. " Dia memberkatinya dan berjalan keluar dari kamar meninggalkannya sendirian dengan lukisan.
Jalal membuka 1 lukisan...
Seluruh lukisan penuh dengan api dan Jodha berada di antara api, matanya yang berputar di api. Dia terbakar didalamnya.
Ketika ia melihat lukisan ini hatinya terbelah. Ia merasa seseorang telah menuangkan asam di wajahnya. Dia merasakan api di seluruh tubuhnya.
Lukisan ke 2
Jalal berlari ke arahnya seperti macan liar yang marah.
Jalal tidak bisa percaya dia tampak seperti blis dalam kemarahan. Dia merasa maluk pada dirinya sendiri...
Lukisan ke 3
Dia menyeret Jodha dan menarik rambutnya. Dan menariknya keluar istana.
Ia menyadari bagaimana tak berperasaan padanya. Lukisan ini menghancurkan semua harapannya.
Lukisan ke 4
Dia menampar Jodha di depan semua orang. Matanya dalam api dan matanya menangis. Dia tampak seperti iblis.
Mata Jodha penuh dengan rasa sakit...
Lukisan ke 5
Jalal tidur nyenyak di kamar Jodha dan Jodha dengan pakaian prajurit memandangnya dengan penuh cinta.
Lukisan ini menunjukkan betapa Jodha sangat mencintainya. Dia terkejut melihat betapa besar cinta di matanya.
Lukisan ke 6
Keduanya tidur berdampingan di bawah pohon dengan wajah keduanya yang damai.
Lukisan ini adalah pertama kalinya hari mereka dekat satu sama lain. Wajahnya berkilau dengan kebahagiaan melihat lukisan ini. Saat-saat indah pertama mereka bersama-sama. Melihat lukisan ini ia berfikir, “Dia masih berfikir tentang waktu kita berdua yg indah.”
Lukisan ke 7
Jalal mencoba menciumnya di kebun, ada sedikit kelinci di sekitar mereka. Jodha memerah!
Jalal terkejut ia masih ingat saat-saat indah mereka. Wajahnya berubah tersenyum dan bahagia. Tiba-tiba wajah sedihnya menjadi bercahaya dan tersenyum dalam kedamaian.
Lukisan ke 8
Saat Jalal menciumnya di tempat tidur...
Itu adalah momen paling sensual dan indah! Lukisan ini membawa senyum paling ceria dan memerah di wajahnya.
Jalal sadar Jodha masih mencintainya. Jodha mencintainya, dia masih berpikir tentang saat-saat berharga mereka, sedikit demi sedikit kebenciannya menghilang. “Dia mencintaiku lebih dari dia membenciku.” Harapannya kembali. Dia sadar bahwa Dia perlu memberi Jodha waktu. Dia tersenyum kembali dan berkata, “wow! Jodha, Kau adalah seorang seniman yang luar biasa. Bakatmu telah menyelamatkan hubungan kita. Jodha Kau bukan tantanganku, kau adalah hidupku... Aku harus memenangkan pertempuran hidupku.
Translate by ChusNiAnTi