Setelah
malam yang damai dan santai, Jodha bangun pagi-pagi bahkan diluar
matahari pun belum menampakkan sinarnya, ia melihat Jalal tidur nyenyak
di sampingnya. Dia tersenyum pada wajahnya yang tampak tidak bersalah
dan memuaskan.
Jodha
sadar ia terlambat sehingga dia terburu-buru. Dia dengan cepat merubah
pakaiannya seperti seorang prajurit dengan pakaian putih. Dia bersiap,
sebelum pergi ia kembali memandang Jalal dengan cinta untuk beberapa
detik dan sekali lagi ia tersenyum dan meninggalkan ruangan.
Seperti
yg telah direncanakan, Moti mempersiapkan segala sesuatunya untuk
Jodha. Hanya masalah utamanya adalah untuk melewati gerbang utama dimana
banyak penjaga yang duduk, itu tugas terberat. Semuanya berjalan sesuai
rencana. Dia sampai dipintu gerbang, tapi anehnya prajurit tidak pada
titik siaga. Jodha keluar dari istana dalam satu menit. Dia merasa agak
aneh tapi dia tergesa-gesa, sehingga ia mengabaikannya.
Maham
menunggu Jodha untuk meninggalkan istana, dia sengaja mengalihkan para
penjaga sehingga Jodha bisa meninggalkan istana tanpa ada gangguan.
Setelah kepergian Jodha Dia tersenyum jahat dan berbicara pada dirinya
sendiri, “Aku akan memastikan Jodha begum, kau tidak akan kembali ke
istana dan kehidupan Shahenshah. Ia mengubah ekspresi wajahnya dan pergi
ke kamar Jodha, dimana Jalal sedang tidur dengan damai, dia
membangunkan Jalal dengan permintaan maaf dan berkata, "Shahenshah,
ampunilah aku membangunkanmu di tengah malam tapi...”
Jalal dengan wajah khawatir, “Tetapi apa Badi Ammi?”
Maham
menjawab, "Shahenshah, aku tidak tahu bagaimana untuk mengatakan ini
tapi kemarin aku menerima pesan untuk Jodha begum dan sesuai tugasku aku
memberi pesan padanya tanpa membacanya. Ketika aku meninggalkan
kamarnya, aku mendengar sorak-sorainya, dia sangat senang membaca pesan
ini dan memeluk moti dan berkata dia ingin bertemu denganku di Pondok
hutan, aku mengabaikannya dan berpikir mungkin aku tidak mendengar
dengan jelas tetapi setelah beberapa menit yang lalu ketika aku menerima
pesan itu, aku melihat Jodha begum keluar dari istana tanpa izinku. Aku
sadar bahwa pesan itu untuk bertemu seseorang di hutan.”
Jalal dengan kemarahan berkata, "Badi Ammi, apa yang Kau katakan? Apakah Kau tahu Kau berbicara tentang Jodha Begum?"
Maham
dengan cemas menjawab, "Shahenshah, aku mengerti jika keraguanku salah
maka Kau mungkin membunuhku tapi aku telah menyayangimu seperti anakku,
aku telah memberikan hidupku. Air susuku, darahku. Bagaimana aku dapat
melihat seseorang memainkan emosi anakku? Hatiku berharap bahwa dugaanku
salah, aku tahu Kau sudah mulai menyukainya, mungkin lebih daripada
suka tapi hanya memverifikasi untukku sekali. Tolong percaya padaku dan
Jangan buang waktumu! Aku telah memastikan Jodha begum tidak di istana.
Kau harus memeriksa ini sendiri segera! Jika ini benar, itu adalah
kesalahan yg sangat besar dan dosa."
Jalal
bersiap-siap dengan emosi yang aneh. Hatinya tidak mampu untuk percaya
bahwa Jodha begum pergi bertemu orang lain. Tetapi kepercayaan pada
Maham lebih banyak daripada Jodha. Dia semua bingung dan tersesat. Dia
menaiki kudanya menuju hutan. Pikiran dan hati sedang bermain. Semua
pikiran negatif yang sedikit demi sedikit menguasainya.
Jodha akhirnya tiba di tujuannya, yang mana Sujamal sudah menunggunnya. Kakak dan adik bertemu. Jalal melihat Jodha dengan kuda putih yang memberinya kejutan mendalam di dalam hatinya, dia diam-diam berjalan mendekat tapi itu masih suram dan kemidian ia semakin mendekat namun ia berjalan jauh dan bersembunyi di balik pohon dan melihat Sujamal dengan jelas tapi dia masih tidak dapat melihat Jodha.
Ini adalah pertama kalinya Jodha dan Sujamal melihat satu sama lain setelah Sujamal meninggalkan Amer, mereka berdua sangat emosional, diantara banyak hal yang terjadi, Mughal menyerang Amer, Suryabhan meninggal, Jodha terpaksa menikah dengan Jalal. Sujamal tidak tahu jika Jodha senang atau sedih. Setelah sekian lama akhirnya Sujamal dan Jodha bertemu, keduanya sangat emosional, mereka saling memeluk dan menangis.
Sujamal dengan menyesali nada berkata "Jodha, aku minta maaf, Kau harus menikah dengan Mughal Shahenshah. Aku begitu tak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa. Aku yakin Kau berada dalam masalah serius jika tidak Kau tidak akan pernah mengirimkan aku surat untuk bertemu di hutan seperti ini."
Jodha terkejut mendengarnya, "Aku tidak mengirimkan pesan apapun bhaisa? Aku sama sekali tidak dalam kesulitan, pada awalnya aku butuh beberapa waktu untuk menyesuaikan diri tetapi Shahenshah sangat peduli dan memahamiku. Dia benar-benar memberiku banyak kekaguman dan juga menghormati budaya dan agama kita. Ia tidak telah memaksa aku untuk apapun. Aku sangat senang di Agra."
Jodha bingung dan bertanya, "Bhaisa, mengapa Kau memintaku kesini?
Sujamal terkejut dan berkata, "Jodha, aku memintamu kesini, aku mengirim pesan tapi itu adalah untuk mengucapkan semoga pernikahanmu bahagia. Kau telah mengirimkan aku pesan untuk datang ke sini. Mereka berdua segera menyadari, ada beberapa konspirasi yang telah terjadi.
Jodha dengan cemas berkata, "Kita harus segera pergi dari sini. Ini tidak aman."
Di sisi lain Jalal hanya dapat melihat mereka tapi dia tidak mampu mendengar percakapan mereka. Dia melihat mereka saling berpelukan, hatinya teriris menjadi berjuta-juta potongan. Kasihnya yang tidak cukup matang untuk mempercayai Jodha dan ketika ia melihat dia memeluknya diluar istana diam-diam di awal pagi. Dia tidak bisa memikirkan apa pun. Pikirannya dikendalikan emosinya. Dia merasa seperti membunuh seluruh dunia, tubuhnya mulai menggigil.
Sujamal segera berkata, "Jodha, aku tidak bisa meninggalkanmu sendirian, aku akan mengantarkanmu kembali ke Istanamu dan kemudian aku akan segera pergi."
Jodha setuju dengan usul Sujamal, tetapi sebelum mereka bejalan, Jalal berteriak marah, “HENTIKAN MEREKA. SIAPAPUN MEREKA.”
Jodha mendengar jeritan Jalal dan memahami seluruh situasi keduaNYA, dia tahu dengan sangat baik kemarahan Jalal sehingga ia meminta Sujmal untuk pergi dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan mengatasinya. Jalal berlari ke arah mereka seperti harimau, Jodha menyuruh Sujamal lagi untuk pergi dari sana dan berkata, "Jalal berjalan kearah kita. Aku tahu amarahnya dan mungkin dia dengan beberapa prajurit, tolong pergi dari sini sekarang." Jodha berteriak, "PERGI, AKU BERJANJI AKU DAPAT MENGATASI INI. Bhaisa pergilah. Aku akan mengatasinya.” Sujamal sadar dan melompat pada kuda dan berlari sebelum Jalal datang mendekat.
Sambil berjalan Jalal teringat dengan semua hal pahit yang dilakukan Jodha. Fikirannya sudah berfikir tentang Jodha yang menghianatinya, melakukan konspirasi terhadapnya. Jodha yang ingin balas dendam atas apa yang ia lakukan di masa lalu, matanya berubah menjadi merah karena marah, ia sampai dihadapan Jodha yang berdiri menatapnya. Ia menjambak rambut Jodha dan dengan suara bergetar ia berteriak, "Kau telah menunjukkan sifat aslimu, kau p*la*ur kotor. Bagaimana Kau bisa serendah ini dengan pria lain, menjijikkan. Kau berpura-pura menikmati dengan aku? Kau menciumku? Kau bermain sepanjang hari denganku! Kau tidak tahu dengan siapa Kau bermain. Aku akan membunuhmu atas pengkhianatan ini."
Jodha menangis ketakutan dan dengan nada memohon berkata, "Shahenshah. Percayalah padaku, aku tidak bersalah, aku tidak melakukan sesuatu yang salah, tolong percayalah padaku."
Jalal berteriak, "Hentikan! Jangan mengucapkan satu kata pun.. kau lebih buruk daripada p*la*ur setidaknya dia jujur pada keluarganya.” Jalal menatapnya dengan jijik lalu menyeretnya ke arah kuda.
Jodha terkejut dan terpaku mendengar kata p*la*ur, ia terlalu terkejut untuk membela dirinya, dia lupa semua kata yang ingin ia ucapkan, hatinya menangis kesakitan, matanya mulai banjir.. Kata-kata Jalal begitu pahit. Akhirnya mereka berdua sampai di istana. Jalal membawanya ke kamar gelap, di samping kamar dan dengan dorongan yang kuat melemparkan dia di tanah dan bertanya padanya dnegan marah, rasa sakit dan air mata, "Mengapa Jodha? Mengapa?” Matanya memerah karena marah, air matanya hampir tumpah, untuk menyembunyikannya ia berjalan keluar.
Maham melihat Jalal dan Jodha kembali ke istana, tapi ia juga tahu bahwa rencananya berhasil. Dia sedang menunggu Jalal mengumumkan hukuman untuk Jodha. Dia ingin merayakan kemenangannya atas keberhasilan misinya untuk mengusir Jodha.
Jalal memanggil Hamida banoo, Ruqaiya, Salima begum, Agdha Sahib, Abdul dan Maham ke kamarnya untuk pertemuan mendesak. Selain Maham semua orang terkejut, mengapa Jalal memanggil mereka pagi-pagi. Setiap orang terkejut melihat Jalal yang sangat marah dan wajah rentan menyakitkan. Hamida dengan nada yang sangat sopan bertanya, "Jalal, Kau tampak sangat tegang, apa yang telah terjadi."
Ruqaiya bertanya pertanyaan yang sama, "Jalal, Apakah Kau baik-baik saja...?" Tanpa mengatakan apapun Jalal pergi ke ruangan gelap dari kamarnya ia menyeret Jodha keluar dengan menarik rambutnya.
Hamida berteriak, "Jalal, apa yang Kau lakukan? Dia adalah ratumu. Apa yang kau pikirkan? Kau lupa semua sopan santunmu.” Semua orang terkejut dengan tindakan Jalal. Jalal dengan nada msarcarstic menjawab, "Ammi Jan, Apakah Kau tahu apa yang telah dilakukan ratu favoritmu??? Dia memiliki hubungan dengan orang lain, dia pergi dari istana di tengah malam untuk bertemu dengan kekasihnya, aku telah melihatnya sendiri, aku melihat mereka berpelukan dengan mataku sendiri. Dia telah melanggar batas-batas sopan santun. "
Mata Hamida terbelalak shock tapi kepercayaannya pada Jodha lebih daripada Jalal, dengan yakin dia menjawab, "Tidak, ini tidak mungkin benar! Aku telah melihat kemurnian di matanya. Ada beberapa kesalahpahaman. Aku tidak akan percaya ini. Aku dapat melihat kebenaran dimatanya." Dia berjalan menuju Jodha dan memintanya untuk berbicara dan memberitahu semua orang bahwa hal ini tidak benar. Jantung Jodha berdegup kencang, dia tidak memiliki keberanian untuk mengantakan apapun. Jodha memandang Hamida untuk membuktikan dirinya tidak bersalah.
Jalal kesal karena Jodha tetap diam, dalam hatinya ia berkata, “Dia telah diberi kesempatan untuk berbicara tapi dia tetap diam tidak memberikan penjelasan dari dosanya.” Hatinya yang memiliki sedikit harapan kini menghilang. Jalal begitu kecewa. Darah prajuritnya mendidih untuk membalas dendam padanya. Dia berteriak pada Jodha, "Itu semua adalah rencananya, aku yakin keluargamu juga terlibat dalam hal ini. Aku seharusnya tidak boleh mempercayai Rajvanshi. Kau telah membuktikan hari ini. " Kemudian ia mengatakan kepada semua orang. “Kedua orang tuanya datang hari ini untuk pag fere rasam. Aku akan mempermalukan dan menghukum mereka. Mereka belum melihat kekuasaan Jalal. Sekarang Amer dan keluarganya akan membayar atas perbuatan Jodha."
Jodha benar-benar takut ketika ia mendengar Jalal akan membalas dendam terhadap keluarganya dan Amer. Darah rajvanshinya mendidih, dia memutuskan untuk melawan dengan semua keberanian, dengan air mata dia berteriak, "Cukup! Shahenshah, Kau tidak akan pernah mengerti aku. Tidak perlu memberikan penjelasan apapun, Kau telah memutuskan tanpa bertanya padaku bahwa aku pelakunya dan aku telah mengkhianati mu. Kau telah menggunakan kata-kata kejam seperti itu padaku, Kau lupa bahwa aku juga dari keluarga kerajaan. Bagaimana aku bisa melakukan hal-hal rendah seperti itu? Lagi pula, aku tidak ingin membuktikan diriku tidak bersalah, jika Kau masih ingat, Kau telah memberi aku dua janji. Aku menghabiskan seluruh hari dan malam denganmu sesuai keinginanmu dan Kau telah memberikan keinginan padaku dan berjanji untuk memberikan penghormatan kepada kedua orang tuaku ketika mereka mengunjungi Agra. Dan kedua Kau telah memberikan aku janji ketika aku memenangkan permainan catur. Aku ingin kembali ke Amer selamanya dan Kau tidak akan memberitahu orang tuaku apa-apa.” Kemudian dia memandang Jalal dengan kemarahan dan kebencian. Jalal begitu kesal dengan keinginannya, tetapi ia tidak punya pilihan, dia telah berjanji sebelumnya.
Ia menghampiri Jodha dan degan kasar menamparnya dua kali. Dan berteriak, "Kau p*la*ur. Keinginanmu akan ku berikan." kemudian mendorongnya. Ia keluar dari ruangan.
Maham senang karena misinya berhasil! Semua orang pergi dari ruangan dengan marah melihat Jodha, Hamida mendekati Jodha dan dengan sopan berkata, "Jodha, aku percaya padaku sayangku! Kau tidak dapat melakukan hal menjijikkan seperti itu." Jodha memeluk Hamida dan menangis dengan suara keras.
Ruqaiya pergi ke kamar Jalal, dia tahu peristiwa itu sangat menyakitkan untuk Jalal, ia jatuh cinta dengan Jodha. Kemarahan Jalal berubah menjadi air mata, hatinya terasa sakit. Ia sendirian di kamarnya, Peristiwa ini membuatnya malu sekaligus rasa sakit yang begitu besar. Jodha adalah orang pertama yang mungkin ia percaya. Jalal berdiri di dekat jendela dengan perasaan sakit mendalam tak tertahankan, air matanya sudah tak terkendali. Ia terus menagis.
Ruqaiya meletakkan tangannya di atas bahunya untuk menghiburnya. Jalal mencoba untuk menyembunyikan air matanya. Ruqaiya dengan sedih berkata, "Jalal, Kau tidak harus berpura-pura denganku, aku adalah teman terbaikmu, aku tahu bagaimana perasaanmu pada Jodha, entah Kau mengakuinya atau tidak, aku dapat melihat di matamu, Kau mencintainya dan Kau tidak bisa menanggung sakit ini. Tapi Kau adalah Shahenshah, seorang raja, Kau telah melihat pengkhianatan dalam hidup mu begitu kuat dan melakukan keadilan. Kau perlu mencari tahu siapa orang itu? Kau belum memberi kesempatan pada Jodha untuk membela dirinya, dia adalah ratu, Kau sangat mempermalukan dia di depan kita semua, kadang-kadang apa yang Kau lihat dan kau dengar bukanlah kebenaran sesungguhnya. Kemarahanmu telah mengambil alih fikiranmu. Sekarang Kau melihat segala sesuatu dengan kebencian. "
Jalal dengan jengkel menjawab, "Kau benar Ruqaiya, aku perlu menemukannya dan membunuhnya. Aku tidak akan membiarkannya. Dan Kau salah Ruqaiya. Aku tidak punya hati dan aku tidak mencintai siapapun." Lalu Jalal berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan Ruqaiya sendirian.
Maham dan Adham tertawa dengan kemenangan mereka. “Akhirnya Rajvanshi itu keluar dari kehidupan kita dan Jalla. Jalal tidak akan pernah melihatnya lagi dan tidak ada seorangpun akan tahu kebenarannya.” Maham tertawa jahat.
Bhamal dan Mainavati akhirnya tiba di Agra. Mereka sangat gembira dan tidak sabar untuk bertemu Jodha dan Jalal. Jalal mendapat informasi kedatangan mereka. Dia mengatakan kepada pelayannya supaya memberitahu mereka bahwa dia sedang sibuk dalam pertemuan politik, ia akan segera menemui mereka dan mengatakan pada pelayannya untuk memastikan bahwa mereka dirawat dengan baik dengan segala hormat.
Hamida menyambut kedatangan Bharmal dan Mainavati dengan hormat dan hangat. Mereka merasa senang dengan sambutan dari Hamida.
Setelah beberapa saat Jalal mengirim bandi untuk memberitahukan Jodha tentang kedatangan Bharmal dan Mainavati dan memberitahu dia untuk bersiap-siap meninggalkan Agra. Akhirnya Jalal menemui Bharmal dan Mainavati, ia bersikap dingin kepada mereka. Bharmal dan Mainavati keduanya merasa ada sesuatu yang aneh dengan perilaku Jalal.
Jodha selesai berkemas, ia datang ke kamar Jalal dengan senyum palsu di wajahnya untuk melihat kedua orang tuanya. Dia berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi dan dia sangat senang bersama Jalal. Jodha berkata sinis, "Masa, aku tidak sabar untuk pergi ke Amer dan bertemu semua orang, aku sangat kehilangan semua orang." Kemudian memandang Jalal untuk melihat ekspresinya. Jalal memandangnya dengan tampilan jijik.
Aftab Saheb datang untuk membahas beberapa isu politik kepada Jalal. Namun Jalal tidak ingin mendiskusikannya di depan mereka sehingga ia mengatakan kepada mereka dengan hormat, "Silakan bersantai dan menikmati, ini adalah rumah dari putrimu." dengan nada aneh dan meninggalkan ruangan. Hamida mencoba untuk menutupi dan meminta mereka untuk makan malam. Maina mengatakan, "Mereka tidak bisa makan di rumah putri, mereka akan segera pergi."
Jodha pergi ke kamarnya untuk mengambil patung Krishannya, dengan banyak air mata dan berat hati ia mengambil patung dan siap untuk meninggalkan ruang dan Jalal masuk. Dia menatapnya dengan kemarahan dan pergi di dekatnya dan berbisik di telinganya, "Aku tidak akan mengampuni dia."
Jodha memandangnya dengan sedih dan air mata dan menjawab, "Kau benar, Kau telah membuktikan bahwa Kau benar-benar tidak memiliki hati." Jodha segera berlari keluar dari kamarnya. Kata-katanya benar-benar menyakiti Jalal, dia bisa merasakan rasa sakit itu. Matanya yang tampak rentan dan tampak tidak bersalah, membuat dia pikir jika Jodha tidak bersalah.
Jodha
meninggalkan Agra lebih dari satu minggu, Istana Agra menjadi sepi,
burung berhenti berkicau, warna pucat, dan makanan tidak ada lagi
pengecekan. Jalal merasa kesepian, rutinitasnya berubah, dia bertindak
seperti robot, keputusannya menjadi lebih kejam, ia berhenti mengunjungi
harem, ia menghabiskan waktunya sendirian, ia sangat merindukan Jodha.
Ia adalah mengutuk dirinya sendiri, Kau tidak memiliki hati. Matanya
menunjukkan kesedihan dan kemarahan. Di suatu tempat di dalam hatinya ia
percaya pada Jodha, namun apa ia lihat juga kebenaran. Jalal mencoba
untuk tidak berpikir tentang Jodha, semakin ia mencoba, ia semakin
menjadi tak berdaya, Jodha berbicara tapaknya ia tidak bersalah dan
tulus. Sedikit demi sedikit kemarahan berkurang, hatinya dan pikiran
mulai bertanya. “Apakah Jodha bisa melakukan ini?” Dia benar-benar
terjebak oleh pikiran. Jalal mulai bingung dengan pemikiran ini,
akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya.
Ia
memanggil pelukis sketsa yang sangat terkenal dan berbakat, yang dapat
melukis wajah siapapun dengan deskripsi yang tepat. Jalal telah melihat
wajahnya. Dia tidak bisa melupakan wajahnya saat memeluk Jodha.
Sketsa
telah selesai dibuat, Jalal memandangnya dan senang dengan lukisan itu,
dan ia memberikan upah kepada pelukis. Jalal menghubungi teman
terbaiknya yang dapat dipercaya yaitu Abdul dan menyuruhnya untuk
membawa lukisan ini ke Amer dan mencari tahu tentang orang ini dan semua
rincian tentang dirinya.
Di
sisi lain Jodha berpura-pura menjadi bahagia di depan semua orang
tetapi kondisinya tidak berbeda dari Jalal. Mainavati bertanya pada
Jodha tentang segalanya tetapi Jodha menyembunyikannya dan berpura-pura
dia sangat bahagia bersama Jalal. Mainavati tahu bahwa Jodha berbohong
dan tidak akan memberitahukan kebenarannya sehingga dia berhenti
bertanya padanya. Hari demi hari Jodha menjadi sangat tenang dan membuat
dirinya sibuk dalam doa Kresna. Senyumnya benar-benar menghilang,
wajahnya menjadi membosankan. Hidupnya menjadi tak bernyawa. Dia tidak
punya keinginan yang tersisa untuk hidup. Hatinya mulai mencintainya.
Kemarahannya juga menghilang sedikit demi sedikit, tapi matanya
menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dia berhenti melakukan Sringar nya
dan mulai menghabiskan waktu di kamar. Hanya dua hal yang memberikan
ketenangan padanya, lukisan dan doa. Dia membuat banyak lukisan tentang Jalal dan dirinya.
Tiga
minggu telah berlalu! Jalal sedang menunggu Abdul kembali. Semua orang
di Istana khawatir dengan perilakunya Jalal. Ia menghabiskan sebagian
besar waktunya di kamar atau dalam pekerjaan. Dia lupa untuk tersenyum.
Jalal
berada di ruang sidang mengambil keputusan masalah utama. Ada serangan
terhadap salah satu negara. Disela-sela pertemuan dia menerima pesan
tentang kedatangan Abdul. Jalal segera bangun dan mengatakan pada Aftab
sahib untuk mengurus masalah dan meninggalkan pengadilan.
Jalal
memanggil Abdul ke kamarnya, segera setelah ia masuk Jalal bertanya,
“Apakah Kau menerima informasi.” Abdul bilang ya! “Katakan padaku siapa
dia.”
Abdul
menunggu, memandang Jalal dengan perasaan menyakitkan. Dia tahu Jalal
akan hancur setelah mendengar kebenarannya. Jalal berkata lagi, “Katakan
kebenarannya.” Abdul sedikit gemetar, "Shahenshah, namanya adalah
Sujamal. Saudara sepupunya Jodha." Jalal tahu segala sesuatu tentang
Sujamal tetapi ia tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu dengannya.
Translate by ChusNiAnTi