Jalal kesal karena Jodha tetap diam, dalam hatinya ia berkata, “Dia telah diberi kesempatan untuk berbicara tapi dia tetap diam tidak memberikan penjelasan dari dosanya.” Hatinya yang memiliki sedikit harapan kini menghilang. Jalal begitu kecewa. Darah prajuritnya mendidih untuk membalas dendam padanya. Dia berteriak pada Jodha, "Itu semua adalah rencananya, aku yakin keluargamu juga terlibat dalam hal ini. Aku seharusnya tidak boleh mempercayai Rajvanshi. Kau telah membuktikan hari ini. " Kemudian ia mengatakan kepada semua orang. “Kedua orang tuanya datang hari ini untuk pag fere rasam. Aku akan mempermalukan dan menghukum mereka. Mereka belum melihat kekuasaan Jalal. Sekarang Amer dan keluarganya akan membayar atas perbuatan Jodha."
Jodha benar-benar takut ketika ia mendengar Jalal akan membalas dendam terhadap keluarganya dan Amer. Darah rajvanshinya mendidih, dia memutuskan untuk melawan dengan semua keberanian, dengan air mata dia berteriak, "Cukup! Shahenshah, Kau tidak akan pernah mengerti aku. Tidak perlu memberikan penjelasan apapun, Kau telah memutuskan tanpa bertanya padaku bahwa aku pelakunya dan aku telah mengkhianati mu. Kau telah menggunakan kata-kata kejam seperti itu padaku, Kau lupa bahwa aku juga dari keluarga kerajaan. Bagaimana aku bisa melakukan hal-hal rendah seperti itu? Lagi pula, aku tidak ingin membuktikan diriku tidak bersalah, jika Kau masih ingat, Kau telah memberi aku dua janji. Aku menghabiskan seluruh hari dan malam denganmu sesuai keinginanmu dan Kau telah memberikan keinginan padaku dan berjanji untuk memberikan penghormatan kepada kedua orang tuaku ketika mereka mengunjungi Agra. Dan kedua Kau telah memberikan aku janji ketika aku memenangkan permainan catur. Aku ingin kembali ke Amer selamanya dan Kau tidak akan memberitahu orang tuaku apa-apa.” Kemudian dia memandang Jalal dengan kemarahan dan kebencian. Jalal begitu kesal dengan keinginannya, tetapi ia tidak punya pilihan, dia telah berjanji sebelumnya.
Ia menghampiri Jodha dan degan kasar menamparnya dua kali. Dan berteriak, "Kau p*la*ur. Keinginanmu akan ku berikan." kemudian mendorongnya. Ia keluar dari ruangan.
Maham senang karena misinya berhasil! Semua orang pergi dari ruangan dengan marah melihat Jodha, Hamida mendekati Jodha dan dengan sopan berkata, "Jodha, aku percaya padaku sayangku! Kau tidak dapat melakukan hal menjijikkan seperti itu." Jodha memeluk Hamida dan menangis dengan suara keras.
Ruqaiya pergi ke kamar Jalal, dia tahu peristiwa itu sangat menyakitkan untuk Jalal, ia jatuh cinta dengan Jodha. Kemarahan Jalal berubah menjadi air mata, hatinya terasa sakit. Ia sendirian di kamarnya, Peristiwa ini membuatnya malu sekaligus rasa sakit yang begitu besar. Jodha adalah orang pertama yang mungkin ia percaya. Jalal berdiri di dekat jendela dengan perasaan sakit mendalam tak tertahankan, air matanya sudah tak terkendali. Ia terus menagis.
Ruqaiya meletakkan tangannya di atas bahunya untuk menghiburnya. Jalal mencoba untuk menyembunyikan air matanya. Ruqaiya dengan sedih berkata, "Jalal, Kau tidak harus berpura-pura denganku, aku adalah teman terbaikmu, aku tahu bagaimana perasaanmu pada Jodha, entah Kau mengakuinya atau tidak, aku dapat melihat di matamu, Kau mencintainya dan Kau tidak bisa menanggung sakit ini. Tapi Kau adalah Shahenshah, seorang raja, Kau telah melihat pengkhianatan dalam hidup mu begitu kuat dan melakukan keadilan. Kau perlu mencari tahu siapa orang itu? Kau belum memberi kesempatan pada Jodha untuk membela dirinya, dia adalah ratu, Kau sangat mempermalukan dia di depan kita semua, kadang-kadang apa yang Kau lihat dan kau dengar bukanlah kebenaran sesungguhnya. Kemarahanmu telah mengambil alih fikiranmu. Sekarang Kau melihat segala sesuatu dengan kebencian. "
Jalal dengan jengkel menjawab, "Kau benar Ruqaiya, aku perlu menemukannya dan membunuhnya. Aku tidak akan membiarkannya. Dan Kau salah Ruqaiya. Aku tidak punya hati dan aku tidak mencintai siapapun." Lalu Jalal berjalan keluar dari kamarnya meninggalkan Ruqaiya sendirian.
Maham dan Adham tertawa dengan kemenangan mereka. “Akhirnya Rajvanshi itu keluar dari kehidupan kita dan Jalla. Jalal tidak akan pernah melihatnya lagi dan tidak ada seorangpun akan tahu kebenarannya.” Maham tertawa jahat.
Bhamal dan Mainavati akhirnya tiba di Agra. Mereka sangat gembira dan tidak sabar untuk bertemu Jodha dan Jalal. Jalal mendapat informasi kedatangan mereka. Dia mengatakan kepada pelayannya supaya memberitahu mereka bahwa dia sedang sibuk dalam pertemuan politik, ia akan segera menemui mereka dan mengatakan pada pelayannya untuk memastikan bahwa mereka dirawat dengan baik dengan segala hormat.
Hamida menyambut kedatangan Bharmal dan Mainavati dengan hormat dan hangat. Mereka merasa senang dengan sambutan dari Hamida.
Setelah beberapa saat Jalal mengirim bandi untuk memberitahukan Jodha tentang kedatangan Bharmal dan Mainavati dan memberitahu dia untuk bersiap-siap meninggalkan Agra. Akhirnya Jalal menemui Bharmal dan Mainavati, ia bersikap dingin kepada mereka. Bharmal dan Mainavati keduanya merasa ada sesuatu yang aneh dengan perilaku Jalal.
Jodha selesai berkemas, ia datang ke kamar Jalal dengan senyum palsu di wajahnya untuk melihat kedua orang tuanya. Dia berpura-pura seperti tidak ada yang terjadi dan dia sangat senang bersama Jalal. Jodha berkata sinis, "Masa, aku tidak sabar untuk pergi ke Amer dan bertemu semua orang, aku sangat kehilangan semua orang." Kemudian memandang Jalal untuk melihat ekspresinya. Jalal memandangnya dengan tampilan jijik.
Aftab Saheb datang untuk membahas beberapa isu politik kepada Jalal. Namun Jalal tidak ingin mendiskusikannya di depan mereka sehingga ia mengatakan kepada mereka dengan hormat, "Silakan bersantai dan menikmati, ini adalah rumah dari putrimu." dengan nada aneh dan meninggalkan ruangan. Hamida mencoba untuk menutupi dan meminta mereka untuk makan malam. Maina mengatakan, "Mereka tidak bisa makan di rumah putri, mereka akan segera pergi."
Jodha pergi ke kamarnya untuk mengambil patung Krishannya, dengan banyak air mata dan berat hati ia mengambil patung dan siap untuk meninggalkan ruang dan Jalal masuk. Dia menatapnya dengan kemarahan dan pergi di dekatnya dan berbisik di telinganya, "Aku tidak akan mengampuni dia."
Jodha memandangnya dengan sedih dan air mata dan menjawab, "Kau benar, Kau telah membuktikan bahwa Kau benar-benar tidak memiliki hati." Jodha segera berlari keluar dari kamarnya. Kata-katanya benar-benar menyakiti Jalal, dia bisa merasakan rasa sakit itu. Matanya yang tampak rentan dan tampak tidak bersalah, membuat dia pikir jika Jodha tidak bersalah.
Jodha
meninggalkan Agra lebih dari satu minggu, Istana Agra menjadi sepi,
burung berhenti berkicau, warna pucat, dan makanan tidak ada lagi
pengecekan. Jalal merasa kesepian, rutinitasnya berubah, dia bertindak
seperti robot, keputusannya menjadi lebih kejam, ia berhenti mengunjungi
harem, ia menghabiskan waktunya sendirian, ia sangat merindukan Jodha.
Ia adalah mengutuk dirinya sendiri, Kau tidak memiliki hati. Matanya
menunjukkan kesedihan dan kemarahan. Di suatu tempat di dalam hatinya ia
percaya pada Jodha, namun apa ia lihat juga kebenaran. Jalal mencoba
untuk tidak berpikir tentang Jodha, semakin ia mencoba, ia semakin
menjadi tak berdaya, Jodha berbicara tapaknya ia tidak bersalah dan
tulus. Sedikit demi sedikit kemarahan berkurang, hatinya dan pikiran
mulai bertanya. “Apakah Jodha bisa melakukan ini?” Dia benar-benar
terjebak oleh pikiran. Jalal mulai bingung dengan pemikiran ini,
akhirnya ia memutuskan untuk mencari tahu kebenarannya.
Ia
memanggil pelukis sketsa yang sangat terkenal dan berbakat, yang dapat
melukis wajah siapapun dengan deskripsi yang tepat. Jalal telah melihat
wajahnya. Dia tidak bisa melupakan wajahnya saat memeluk Jodha.
Sketsa
telah selesai dibuat, Jalal memandangnya dan senang dengan lukisan itu,
dan ia memberikan upah kepada pelukis. Jalal menghubungi teman
terbaiknya yang dapat dipercaya yaitu Abdul dan menyuruhnya untuk
membawa lukisan ini ke Amer dan mencari tahu tentang orang ini dan semua
rincian tentang dirinya.
Di
sisi lain Jodha berpura-pura menjadi bahagia di depan semua orang
tetapi kondisinya tidak berbeda dari Jalal. Mainavati bertanya pada
Jodha tentang segalanya tetapi Jodha menyembunyikannya dan berpura-pura
dia sangat bahagia bersama Jalal. Mainavati tahu bahwa Jodha berbohong
dan tidak akan memberitahukan kebenarannya sehingga dia berhenti
bertanya padanya. Hari demi hari Jodha menjadi sangat tenang dan membuat
dirinya sibuk dalam doa Kresna. Senyumnya benar-benar menghilang,
wajahnya menjadi membosankan. Hidupnya menjadi tak bernyawa. Dia tidak
punya keinginan yang tersisa untuk hidup. Hatinya mulai mencintainya.
Kemarahannya juga menghilang sedikit demi sedikit, tapi matanya
menunjukkan rasa sakit yang mendalam. Dia berhenti melakukan Sringar nya
dan mulai menghabiskan waktu di kamar. Hanya dua hal yang memberikan
ketenangan padanya, lukisan dan doa. Dia membuat banyak lukisan tentang Jalal dan dirinya.
Tiga
minggu telah berlalu! Jalal sedang menunggu Abdul kembali. Semua orang
di Istana khawatir dengan perilakunya Jalal. Ia menghabiskan sebagian
besar waktunya di kamar atau dalam pekerjaan. Dia lupa untuk tersenyum.
Jalal
berada di ruang sidang mengambil keputusan masalah utama. Ada serangan
terhadap salah satu negara. Disela-sela pertemuan dia menerima pesan
tentang kedatangan Abdul. Jalal segera bangun dan mengatakan pada Aftab
sahib untuk mengurus masalah dan meninggalkan pengadilan.
Jalal
memanggil Abdul ke kamarnya, segera setelah ia masuk Jalal bertanya,
“Apakah Kau menerima informasi.” Abdul bilang ya! “Katakan padaku siapa
dia.”
Abdul
menunggu, memandang Jalal dengan perasaan menyakitkan. Dia tahu Jalal
akan hancur setelah mendengar kebenarannya. Jalal berkata lagi, “Katakan
kebenarannya.” Abdul sedikit gemetar, "Shahenshah, namanya adalah
Sujamal. Saudara sepupunya Jodha." Jalal tahu segala sesuatu tentang
Sujamal tetapi ia tidak pernah punya kesempatan untuk bertemu dengannya.
Translate by ChusNiAnTi