Kesadarannya yang hilang pada saat itu benar-benar mengguncang Jodha. Melihat Jalal yang begitu bergairah dan mata yang gelap, wajah Jodha diselimuti dengan ketakuan. Ia mundur dua langkah menjauh dari Jalal. Ia berdoa dalam hati, “Hei Kresna, bantu aku. Apa yang telah aku lakukan?”
Jalal melihat Jodha yang menjauh dengan wajah ketakutan.
Sebelum Jodha bisa mengatakan apa-apa, Jalal mendorong Jodha ke pohon dan memegan kedua lengannya dengan kuat dan menatapnya dengan sedikit kebencian. Jodha tidak sanggup menatap jalal, dia menunduk. Jodha sangat merasa bersalah karena menolaknua. Dia tahu itu adalah kesalahannya karena dia tidak mengendalikan dirinya sendiri dan membawanya ke tingkat intens ini.
Jalal menatap wajah Jodha dan mengangkat dagunya, ia ingin melihat ke dalam matanya dan membaca matanya sekali lagi. Jodha perlahan-lahan menatap Jalal. Air mata yang tanpa diundang keluar dari matanya dengan sedikit takut dan banyak rasa bersalah didalamnya. Melihat Jodha dalam tahap penyangkalan, Jalal hanya bertanya padanya, "Mengapa kau menguji kesabaranku Jodha?"
Jodha diam, dia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Jalal. Jalal merasa sakit hati. Untuk kedua kalinya, kesabarannya berubah menjadi kemarahan. Jalal berpaling karena penolakan Jodha. Dia tampak sangat frustrasi dan sakit. Sedikit demi sedikit ekspresinya berubah menjadi duram. Kesabarannya hilang dan berubah menajdi kemarahan. Akhirnya, dengan kegeraman yang ekstrim, dia berteriak lantang, "Jodha, sangat mustahil untuk memahamimu, kau adalah orang yang memungkinkanku untuk datang begitu dekat denganmu, jadi mengapa penolakan ini sekarang?"
Jodha berdiri mematung, ia tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan Jalal. Ia tidak merespon apapun. Jalal frustasi, ia memegang bahu Jodha dengan kasar kemudian menjauh darinya dan berjalan pergi.
Jodha benar-benar trauma melihat reaksinya. Jalal berjalan pergi ke dekat danau. Ia mengambil beberapa batu dan melemparkannya ke dalam danau. Tiba-tiba ia merasa sangat kosong dan kesepian.
Jodha memutuskan untuk berbicara padanya, ia ketakutab dan dengan hati-hati pergi ke dekat danau dan berbicara dengan nada rendah, “Shahenshah.” Dia berhenti sebentar untuk menunggu respon Jalal, namun Jalal tidak merespon dan tanpa memandangnya, dia mulai berjalan menjauh.
Jodha memanggilnya lagi dengan nada memohon, "Shahenshah, tolong dengarkan aku."
Namun Jalal mengabaikan Jodha lagi. Jodha berlari dibelakangnya dan memegang tangannya untuk menghentikannya. Jalal menoleh ke belakang dengan kebencian yang besar dan berteriak, "Pergi dari sini, aku tidak ingin melihat wajahmu. Aku tidak tertarik berbicara apapun denganmu.”
Jodha masih berdiri sambil memegang tangannya. Akhirnya Jalal melepaskan tangan Jodha dengan kasar dan sebelum Jodha bisa mengatakan apapun, Jalal menaiki kudanya ke istana.
Jalal merasa seperti membunuh semua orang, ia tidak mampu menangani penolakan Jodha, dan ia tidak pernah merasa terhina seperti ini sebelumnya. Ia selalu mendapatkan apa yang dia mau, banyak ratu meninggalkan kerajaan mereka untuk tinggal dengan Jalal. Semua ratunya akan gila hanya dengan satu tatapannya, tetapi ada sesuatu dalam Jodha yang sama sekali berbeda dari orang lain. Setiap kalimatnya, setiap kata, setiap air mata mempengaruhi diri Jalal. Ini adalah pertama kalinya dalam hidupnya bahwa ia merasa dikalahkan. Dia ingin menyakiti Jodha namun dia tidak bisa melakukan itu.
Jodha juga menaiki kudanya kembali ke istana. Dia langsung pergi untuk menemui Jalal dikamarnya, tetapi penjaga mengehentikannya di pintu masuk, dia menunggu izin Jalal untuk masuk ke dalam ruangnya. Jalal melihat Jodah berdiri tak berdaya, sambil menatap matanya Jalal menolak permintaannya untuk bertemu dengannya. Jodha merasa tindakannya bertemu Jalal dengan cara ini adalah hal yang salah dan dia ingin membuat sesuatu yang benar.
Jalal benar-benar terguncang oleh apa yang terjadi antara dirinya dan Jodha. Dia telah menyadari dan tahu dengan sangat baik sekarang bahwa ia kehilangan kekuasaannya atas hatinya, hatinya selalu gelisah dan fikirannya yang bekerja dengan baik kini telah hancur. Ia membatalkan semua pertemuan dan meminta Atgah Shah untuk mengurus tugas politiknya untuk hari ini. Dia ingin tinggal sendirian untuk hari ini.
Melihat Jalal yang rentan membuat Jodha merasa bersalah. Jodha ingin minta maaf padanya entah bagaimana caranya, sehingga ia memutuskan untuk memasak hidangan favorit Jalal untuk makan siangnya. Dia membuat makanan untuk mereka berdua. Maham Anga melihat ini dan terkejut melihat Jodha memasak untuk Jalal.
Setelah semuanya siap Jodha pergi ke kamarnya Jalal dan berkata pada bandi khusus untuk berkata pada Jalal bahwa makan siang sudah siap, ia juga berpesan supaya dia tidak menyebutkan namanya.
Jalal masih hilang dalam pemikirannya. Dia ingat ciuman pertama mereka, pelukan pertama, bagaimana ia membawanya dalam pelukannya, tidur mereka yang damai, memeluk satu sama lain. Semua momen-momen indah mereka berulang dalam pikirannya berulang-ulang. Mengingat saat-saat indah itu, kemarahannya sedikit berkurang. Pelayan datang dan bertanya kepada Jalal, "Shahenshah, apakah anda siap untuk makan siang?" Dan tanpa memandangnya Jalal memintanya untuk membawanya masuk.
Jodha masuk ke kamar Jalal dan mempersiapkan makanannya.
Jalal masih hilang dalam lamunanya. Dia sedang berdiri di dekat jendela memandang burung-burung yang terbang di langit. Dia tidak menyadari kehadiran Jodha. Tiba-tiba ia mendengar suara akrab Zulfan Jodha dan menyadari Jodha berada disana. Ia dengan cepat berbalik ke arahnya. Jodha tersenyum riang padanya sambil menyajikan makanan.
Dengan suara sedih ia berteriak, "Mengapa kau datang ke kamarku tanpa izinku?”
Jodha menjawab, "Aku tidak membutuhkan izin siapapun untuk datang ke kamar suamiku."
Jalal terkejut dengan jawaban dan keberanian Jodha, dia menjawab dengan sinis, "Oh Jodha begum, jadi sekarang kau menyadari bahwa aku suamimu??"
Jodha tersenyum padanya dan bercanda, "Kapan aku menyangkal bahwa kau adalah suamiku?" Dia berhenti sejenak dan tersenyum nakal dan kemudian melanjutkan, "Tidakkah kau lihat aku memenuhi tugasku. Aku telah memasak semua makanan ini untukmu."
Kemarahan Jalal perlahan-lahan mencair melihat wajah ceria Jodha, "Apakah kau tahu tugas istri?"
Jodha menjawab dengan sinis, "Shahenshah, sebenarnya ini adalah pengalaman pertamaku, bagaimana aku mengetahui semua tugasku?? Tapi kau memiliki lebih dari 500 ratu, kau tampaknya sangat tahu tentang itu. Kenapa kau tidak mengajariku semua tugasku?" Dia terdengar sangat menyenangkan.
Kemarahan hampir lenyap tetapi masih ia merasa pahit.
Jalal menjawab dengan nada sombong, "Aku sudah mengatakannya ratu favoritku Ruqaiya untuk mengajarkan padamu tugas istri. Kau tidak terlalu penting, mengapa aku membuang waktuku untukmu?"
Kata-kata Ratu Favorit memberikan sakit yang mendalam dalam hati Jodha. Jodha menatapnya dengan kesal dan menjawab pertanyaan Jalal dengan nada marah, “Kau tahu apa, biarkan aku menghubungi ratu favoritmu untuk memberimu makan makanan ini. Oh.. aku lupa, bahwa aku ratu tak berharga. Kau harus menghabiskan waktumu yang berharga bersama ratu kepala, ratu khusus dan ratu favoritmu. Maaf, aku telah menyia-nyiakan waktu berhargamu.”
Jodha meliriknya. Kemudian dengan kemarahan ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan kearah pintu. Sebelum dia pergi, Jalal menyambar tangannya dan menariknya dekat dan melingkarkan satu tangannya di pinggang Jodha dan bercanda, “Oh... Ratu baruku cemburu dengan Ratu favoritku, Ruqaiya!”
Jodha memandang ke arah sisi lain dari Jalal dan berkata dengan nada kesal, “Aku tidak cemburu pada siapapun. Tinggalkan aku sendirian, dan biarkan aku pergi. Jangan buang waktu berhargamu Shahenshah."
Jodha mencoba untuk keluar dari pegangannya tapi semakin ia mencoba lebih kuat, Jalal semakin mencengkeram pergelangan tangannya. Jodha dengan frustrasi memandangnya dan berkata pahit, "Shahenshah, kau bisa melakukan sesuatu dengan siapapun. Itu sama sekali tidak mempengaruhiku. Kau juga tidak penting dalam hidupku, aku senang dengan Khanahku.”
Jalal tesenyum melihat Jodha yang cemburu dan frustrasi, ia menariknya sedikit lebih erat mendekat dan berbisik di telinganya, "Jadi mengapa kau memasak makanan untukku Jodha Begum? Aku pikir kau peduli tentangku, dan kau sepertiku juga. Kata-katamu tidak mencapai matamu... Aku melihat kerinduan yang mendalam untukku di matamu... Aku telah melihatnya setelah kau melihatku, wajahmu pucat berbinar cahaya.”
Jodha terus berusaha untuk melepaskan pergelangan tangannya dari pengangan Jalal dan berfikir dengan frustrasi berpikir bagaimana Jalal bisa membaca matanya... Jodha dengan kemarahan palsu mengatakan, "Shahenshah, lepaskan tanganku."
Jalal menyeringai kejam dan memegangnya lebih kuat. Akhirnya Jodha berteriak dengan amarah, "Tinggalkan aku sendirian Shahenshah, kau menyakitiku." Dan air mata yang tak diundang keluar dari matanya. Jodha bahkan tidak tahu apa yang mengganggu dirinya, kata-kata tajamnya atau perilaku kasar Jalal.
Melihat Jodha menangis, Jalal segera melepaskan tangannya dan Jodha tanpa mengatakan apapun mulai berjalan keluar dari kamar.
Dengan lembut Jalal berkata, "Jodha begum... berhenti... kembalilah."
Nada sopan memohonnya membuat Jodha berhenti, ia berpaling untuk melihat ke belakang, Jalal bertanya dalam nada serius, "Jodha begum, aku berpikir, kau ingin bicara denganku tentang sesuatu dan apa tentang makanan, bukankah kau ingin makan siang denganku?"
Jodha dengan nada menyakitkan menjawab dengan matanya yg lembab, "Aku tidak mau makan apapun dan aku tidak dalam suasana hati untuk berbicara tentang apa-apa lagi."
Jalal sedikit tersenyum melihat wajah rewelnya yg lucu, "Itu baik-baik saja denganku tapi jika kau tidak melayaniku aku harus menghubungi ratu khususku..." katanya bercanda...
Sebelum Jalal menyelesaikan ucapannya, Jodha kembali dan berkata, "Aku tahu tugasku..." Jalal senang melihat semburat kecemburuan di wajah Jodha.
Jalal memegang tangannya dan membawanya ke meja makan siang. Matanya melihat pergelangan Jodha yg memar... Jalal berteriak sambil memegang tangannya... “Penjaga!” Penjaga datang berjalan masuk dan Jalal memberikan perintah, "Bawa malam (obat) untuk memar, segera."
Jalal menarik gelangnya sedikit dan mulai membelai pada pergelangan tangannya... Jodha terkejut melihat kekhawatirnya yg tiba-tiba hanya untuk memarnya yg kecil... Jalal berkata dalam nada bersalah, "Jodha, aku tidak tahu mengapa tapi kau selalu berhasil membangun rakasa pada diriku. Ingat aku tidak bisa mengendalikan kesabaran..."
Jodha tersenyum melihat ekspresi khawatir Jalal... Matanya menari dengan humor... Dia menjawab dengan bermain-main, "Shahenshah, jangan lupa bahwa aku Rajvanshi begum... Tidak lemah seperti ratumu yg lain yang berteriak untuk luka kecil... dan juga ingat bahwa aku tahu cara untuk berjuang denganmu dan rakasamu..."
Jalal kesal menjawab, "Kau tahu Jodha begum, satu hari, lidah tajammu akan menempatkanmu dalam masalah besar."
Jodha bercanda bertanya, "Oh... Apakah kau mengancam putri Rajvanshi?"
"Tidak aku memperingatkan Ratu Mughal." Jalal membentaknya cermat.
Penjaga memberikan obat mangkuk dan kiri... Jodha menarik pergelangan tangan darinya... “Dan jangan khawatir Shahenshah, aku akan menaruh obatnya dan makan makanannya karena akan segera dingin.
Dengan cepat Jalal mengambil tangannya dan berkata, "Jodha begum, aku telah memberikan memar ini jadi aku akan memakaikan obat itu.”
Jodha menarik tangannya lagi dan berkata, "Ini adalah memar yg sangat kecil dan obat ini memberikan sting... Aku tidak ingin menempatkan obat ini...”
Jalal dengan senyum mengatakan, "Oh... Begitu Rajvanshi begum takut kedokteran..."
Jodha dengan wajah kesal menjawab, "Aku tidak takut apa-apa tapi aku tidak ingin menempatkan obat ini..."
Jalal dengan sopan berkata, "Jodha begum, percayalah itu hanya akan menyengat untuk sementara... Untuk mengalihkan pikiran dari obat Jalal bertanya, "Jodha begum, kau jangan merasa kesepian di Agra."
Jodha menjawab langsung, "Dalam hal ini kita berdua berada dalam perahu yang sama Shahenshah."
Jalal dengan shock berhenti dan tampak menatap matanya untuk memahami apa yang Jodha katakan... dia bertanya, "Apa yang kau maksudkan Jodha begum, aku memiliki ribuan orang untukku di istana dan di haremku. Mengapa kau berpikir bahwa kita berada dalam situasi yang sama?”
Jodha hanya menjawab, "Shahenshah kau benar tentang situasi kita yang berbeda... Kau memiliki ribuan tetapi Kau masih sendiri... Dan aku meninggalkan ribuan orang-orang Amerku. Kita sama-sama kesepian.”
Jalal menatap dia dengan kesedihan dan sayangnya menjawab, "Kau tahu raja selalu berjalan sendirian."
Translate by ChusNiAnTi