Setelah beberapa menit diam, Jodha dengan
nada menggoda bertanya lagi: "Shahenshah, apakah anda menyukai temanku
Surya?.”
Jalal dengan marah menjawab: "Nehhi!!
Aku tidak ingin berpura-pura. Ya, aku begitu merasa terganggu akan kedekatanmu
dan Surya. Beraninya ia menyentuhmu dan menempatkan bunga dirambutmu, setiap
kali Surya menatapmu aku bisa membaca di matanya itu lebih dari persahabatan.
Ya, aku sangat cemburu akan persahabatanmu dengan Surya dan jangan tanya MENGAPA." Dengan
sinis jalal menjawab.
Jodha untuk membalas dendam tentang Kanika
bertanya kembali: "Mengapa anda tidak suka dengan kedekatan saya dan
Surya? Mengapa itu mengganggu anda? Shahenshah, anda selalu mengatakan bahwa
anda tidak punya hati, anda tidak mencinta saya. Lalu mengapa anda cemburu?
dengan cara apa saya bisa istimewa dalam hidup anda? anda mengatakan kemarin
bahwa saya mampu membuat Anda menangis dan tersenyum. Kenapa saya begitu
penting? apakah anda jatuh cinta pada saya?.” Jodha memberondong Jalal dengan
pertanyaan-pertanyaan yang memojokkan.
Jalal menghentikan kudanya tiba-tiba,
dengan jengkel ia berkata: "aku tidak tahu jawaban untuk semua
pertanyaanmu. Aku tidak tertarik berbicara denganmu lagi, kau dapat pergi dan
duduk ditandumu."
Jodha menjawab dengan suara menggoda:
"anda yakin? Bagaimana jika saya lari dari Anda? Saya pikir Anda tidak
ingin meninggalkan saya bahkan semenitpun"
Jalal dengan nada kesal mengatakan
"Jodha, cukup. Jika kau tetap ingin naik kuda bersamaku tutup mulut
embermu itu.”
Jodha mengeluh mengatakan: "Saya
lelah, seberapa jauh lagi tenda kita?."
Jalal menjawab: "tidak terlalu jauh
sekarang, mungkin beberapa menit lagi kita akan sampai."
Setelah beberapa waktu Jalal mengatakan
dalam nada santai berkata "Jodha, saya tidak sabar untuk kembali ke Agra,
ini sudah lebih dari lima belas hari."
Jodha dengan polos menjawab: "Tapi
Shahenshah, Saya berharap perjalanan kita tidak pernah berakhir."
perkataan tak bersalah polosnya ini sangat
menyentuh hati Jalal. Lalu dia menarik Jodha sangat dekat denganya dan dengan
nada penuh cinta ia berkata "Itulah sebabnya Jodha Begum, KAU TINGGAL
DIHATIKU." Ini adalah pertama kalinya Jalal mengakui bahwa dia memiliki
hati.
Jodha kembali menatap suaminya tanpa
berkedip dan dengan ketakjuban, Dia ingin mendengar kata ini begitu lama. Jalal
juga tahu apa yang ia katakan, bukannya merasa kehilangan dia malah merasa
tenang. Dia merasa bahwa ia telah memenangkan seluruh dunia, untuk pertama
kalinya ia kehilangan sesuatu tapi ia merasa kesenangan luar biasa dalam
kehilangan hatinya untuk Jodha.
Air mata menggenang keluar dari mata Jodha
dalam kebahagiaan, dalam nada redup dia berkata "Shahenshah, Anda
mengatakan bahwa saya tinggal di hati anda?."
Jalal memasang senyum manis
semanis-manisnya dan berkata dengan nada tulus: “Ha, Jodha!! Tak ada orang lain
yang bisa tinggal di hatiku selain engkau, aku telah memenangkan hatiku.”
Keduanya saling memandang dengan kepuasan cinta intens. Jalal memeluknya dari
belakang dan dalam keheningan mereka berdua menikmati kedekatan satu sama lain.
**Malam
Hari**
Malam mulai merayap naik, mereka sedang
melewati pegunungan yang indah. Jalal melihat sebuah sungai yang indah di
sebelah tanah terbuka besar. Ia berpikir ini adalah tempat yang sempurna untuk
tinggal malam ini dan senyum merangkak melihat tenda mereka. Mereka berhenti di
dekat tenda, Kemudian Jalal menginstruksikan Abdul untuk memastikan semuanya
aman dan mempersiapkan makan malam.”
Jalal sangat senang dengan keindahan tempat
ini, ia ingin menghabiskan waktu dengan Jodha saja. Dan dengan tenang ia
bertanya "Jodha, Apakah kau ingin berjalan-jalan di dekat tepi sungai? Aku
sangat ingin melihat matahari tenggelam hari ini." Jodha dengan senyum
mengangguk dan keduanya mulai berjalan beriringan.
Seluruh wilayah dikelilingi oleh pegunungan
besar dan pohon-pohon hijau, disini cukup damai dan suhu cukup dingin. Awan
berubah jingga dengan bayangan sinar matahari. Cahaya itu memudar,
burung-burung mengakhiri perjalanan mereka dan kembali kedalam kehangatan
sarang mereka. Jalal dan Jodha berjalan menuju sungai, ada keheningan yang
mendalam di antara mereka. Mereka berdua merasa sedikit malu satu sama lain.
Akhirnya keduanya mencapai tepi pantai, itu adalah pantai berpasir yang indah,
santai dan romantis. Waktu yang tepat untuk matahari terbenam, langit
benar-benar berbalik Jingga dengan nuansa warna-warni. Nuansa dingin malam
bertiup angin yang fanatik.
Jalal dan Jodha duduk pantai berpasir
melihat keindahan alam. Menunggu matahari bersembunyi dan bulan yang akan
datang. Jalal memejamkan mata untuk mendengarkan suara merdu dari gelombang
pantai, keduanya merasakan cinta untuk satu sama lain. Hati mereka berdetak
lebih cepat, lalu perlahan-lahan Jalal memegang tangan Jodha dan menariknya ke
arahnya, dia sangat menunggu untuk momen-momen seperti ini. Jodha meletakkan
kepalanya didada Jalal dengan penuh cinta. Jalal meletakkan tangannya di
pinggang ramping istrinya. Tak perlu percakapan untuk menggambarkan betapa
besar rasa cinta mereka untuk satu sama lain. Jalal menatap Jodha tanpa
berkedip membuat Jodha merasa tak nyaman dengan tatapan intensnya.
Dia malu-malu mengatakan: "Shahenshah,
tolong jangan melihat saya seperti itu."
Jalal menyeringai padanya dan berkata:
"Dapatkah aku memintamu untuk sesuatu Jodha?."
Jodha: "Ji Shahenshah.” Dia menjawab
dengan suara tenang.
Jalal: "Bisakah kau menyanyikan sebuah
lagu untukku dengan suara merdu magismu?" tanya Jalal.
Jodha: “lagu apa yang ingin anda
dengar?" jodha bertanya dengan menyunggingkan senyum manisnya
Jalal: "Jodha, aku ingin mendengar apa
yang kau rasakan tentang kita." Jawab Jalal.
Dengan malu-malu Jodha tersenyum menyetujui
keinginan suaminya dan segeralah ia mulai menyanyikan sebuah lagu yang indah.
sementara itu Jalal mulai merebahkan
kepalanya dipangkuan Jodha sambil menatapnya dengan cinta yang intens dan mata
bergairah.
**Ost Movie Jodha Akbar**
Samay ne yeh kya kiya,
badal di hai Kaaya.
Tumhe maine pa liya,
mujhe tumne paaya.
Mil dekho aise hai hum,
ke lakukan sur ho jaise madhdham.
Koyi na jayada Koyi kam
kisi Raag mein.
To prem AAG mein, jalte
dono hi.
tan bhi hai mann bhi,
mann bhi hai tan bhi.
Mendengar kata-kata intens ini dari Jodha,
Jalal tidak bisa menahan diri untuk mengungkapkan perasaannya untuk Jodha. Dia
mulai bernyanyi sesuai dengan lagunya...
hmmm hmmm hmmm ...
Mere khwaabo to iss
gulistaan mein, tumse hai tum Bahaar chhayi hai.
Phulo mein tumhare
lekin, iname Khusbu tumhi se aaye hain.
Kyun hai yeh aarjoo,
kyun hai yeh justju.
Kyun dil bechain hai,
kyun dil hai Betaab.
Din badale raate badali,
bate badali.
jine to Andaaz hi badale
hain
In lamho to daaman mein,
pakija se Riste hain.
Koyi kalma mohabbat ka
dohrate farishtein hain.
Nagme hi nagme hai
jaagati SOTI fijao mein.
Husn hai sari adao mein,
ishq hai jaise hawao mein.
Ishq hai jaise hawao
mein.
Jodha benar-benar meleleh melihat dia menyanyikan
kata-kata romantis intens untuknya.
Begitu lagu selesai, Jodha merasa sangat
malu dan sadar diri, dia bangkit dari sana secepatnya. Tapi sebelum dia
berhasil pindah lebih jauh, Jalal bangkit dan memeluknya dari belakang dan
bertanya dengan nada berbisik "Apakah kau benar-benar merasakan seperti
yang baru saja kau nyanyikan?."
Jodha berbalik ke arah Jalal, matanya
menunduk malu, pipinya berubah merah muda, dan ia menyembunyikan wajahnya di
dada Jalal. Jalal merengkuh Jodha dalam pelukanya.
Setelah beberapa detik, Jalal menangkup
wajah Jodha dengan kedua tanganya dan bertanya dengan nada lembut "Jodha,
apakah kau benar-benar merasakan seperti lagu yang baru saja kau nyanyikan?
Apakah kau mencintaiku?.”
Jodha dengan blush-on dan rasa malu
menyembunyikan wajahnya dengan kedua tangannya dan berbalik kesisi lain. Jalal
menarik tangannya dan meraih dia di pinggangnya, mengangkat wajahnya dan
bertanya lagi "Jodha, apakah kau mencintaiku?."
Jodha menatapnya dan menjawab dengan
malu-malu: "Ya Shahenshah, saya telah jatuh cinta pada anda.”
Jodha bertanya pertanyaan yang sama:
“Shahenshah, apakah anda juga merasakan hal yang sama seperti yang saya rasakan
untuk anda?.”
Jalal melihat matanya dengan cinta yang
intens, dalam nada penuh cinta dia menjawab: "Ha Jodha, aku sangat
mencintaimu, aku bahkan tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata betapa aku
sangat mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu bahkan untuk satu menitpun.
Ketika kau sedang sekarat, aku merasa seperti mati dalam setiap detiknya,
tanpamu aku tak bisa hidup, kau menyempurnakanku Jodha. Aku mencintaimu, aku
sangat-sangat mencintaimu.”
Jodha merasa sangat malu, dia tidak bisa
lagi mengangkat wajahnya.
Jalal dengan nada lembut bertanya:
"Jodha Begum, bolehkah aku menyentuhmu? Aku ingin memilikimu seutuhnya.
Apakah aku harus mendapat izinmu dulu?.”
Jodha menjadi sangat malu, dia mencoba
untuk lari tapi sekali lagi Jalal berhasil meraih pinggangnya. Ia meraih wajah
Jodha, menangkupkan kedua tanganya dengan lembut dipipi merahnya dan bertanya
lagi dengan nada lembut menggoda: “Jodha, apakah kau menginginkan kita lebih
dekat lagi? Aku ingin datang menjadi lebih dekat denganmu, aku ingin
merasakanmu, memelukmu, aku ingin menjadikanmu benar-benar sebagai milikku,”
Jodha menatapnya dengan wajah tersipu dan
menurunkan matanya memberikan ekspresi persetujuannya. Jalal erat memeluknya
dan berkata dengan berbisik: "Akhirnya aku bisa memenangkan hatimu.”
Setelah berkata demikian, Jalal mencium lembut bibir merahnya. Pengakuan dan ciumanya yang tiba-tiba membuat Jodha merasa sangat malu,
detak jantungnya berpacu dengan sangat cepat. Jodha melepaskan ciuman ini dan
mencoba untuk menjauh darinya. Jalal menariknya lagi dengan pegangan yang kuat
dipinggangnya dan berkata dengan suara menggoda: "Jodha Begum, aku telah
menunggumu begitu lama sehingga aku hampir gila bermimpi tentangmu
terus-menerus. Sekarang aku tidak akan membiarkanmu pergi dariku bahkan untuk
satu detik, aku tak akan melepaskanmu hari ini, aku ingin bercinta denganmu
sepanjang malam, malam ini dua jiwa kita akan menjadi satu selamanya, aku
sangat putus asa untuk membuatmu menjadi milikku.”
Jodha berkata dengan nada lirih:
“Shahenshah, tolong biarkan saya pergi, seseorang akan melihat kita seperti
ini. hari semakin gelap dan saya takut gelap.”
Jalal menyeringai padanya dan berkata:
"Hum Aapke Shohar Hai, keamananmu adalah tanggung jawabku, ketika kau
bersamaku, kau tidak perlu khawatir tentang apa pun. Tetapi jika kau masih
khawatir kita bisa kembali ke tenda sekarang.”
Jodha dalam nada meminta mengatakan:
"Shahenshah, dapatkah saya meminta Anda untuk sesuatu? Bisakah Anda
menunggu satu hari lagi? saya ingin malam pertama kita berada di Agra, dalam
ruangan anda. Saya telah bermimpi selama bertahun-tahun untuk malam pertama.
Saya ingin merasakan seperti pengantin baru, saya ingin terlihat lebih baik,
saya ingin berpakaian yang indah untuk anda, saya ingin memakai perhiasan
paling berharga, saya ingin momen ini menjadi momen yang paling berkesan dan
indah dari kehidupan kita dan saya ingin menghargai mereka untuk seumur hidup.”
Jalal kembali menangkup wajahnya dengan cinta dan berkata:
“Jodha Begum, hidupku semuanya untukmu. Jangankan satu malam, aku bahkan
bersedia menunggumu seumur hidupku.” Jalal menariknya lebih dekat dan mencium
pipinya dengan lembut kemudian bergerak menuju bibirnya dengan penuh gairah.
Tapi sebelum ia bisa menciumnya, mereka mendengar suara ringkikan kuda datang
ke arah mereka. Mereka berdua mendapat peringatan.