Suara Maham Anga menggema beberapa kali di Diwan, semua orang di pengadilan tertegun dalam keheningan.
Dia
berteriak, "Tidak ada yang memiliki hak untuk mengganggu kehidupan
pribadi Yang Mulia, tidak ada. Menikahi seorang putri Rajvanshi bukanlah
keputusan agama tetapi politik. Yang Mulia tidak melanggar aturan agama
kita. Sebelum menunjukkan jari kalian pada Yang Mulia, berpikirlah dua
kali, kalian akan dihukum atas perbuatan kalian ini."
Semua orang tetap tenang memandang Maham dengan mata lebar.
Adam Khan bangun dan berkata "Ada satu hal yang ingin saya katakan Vajire Aaliya."
Maham melotot melihat tindakan Adham dan dengan putus asa ia berfikir, 'kapan ia akan belajar untuk tetap tenang! Ya Khuda... '
Dengan
sombong Adham berkata, "Semua keputusan yang diambil oleh Yang Mulia
memiliki dampak pada semua orang disini dan pada masyarakat umum. Mereka
mempertanyakannya hari ini?" Ia menunjuk ke arah Jodha kemudian
berkata, "Mengapa rajvanshi hindu ini diperbolehkan untuk menginap di
Istana Agra dan juga mengikuti agamanya sendiri."
Mendengar
kata-kata Adham yang tidak sopan untuk Jodha, Jalal marah, dia segera
bangun dan berteriak lantang "Adham!!!" Suara Jalal seperti gemuruh yang
membuat pengadilan kembali dalam keheningan.
Matanya
berubah merah karena marah. Dia menatap Jodha yang duduk di sudut.
Jodha gemetar melihat kemarahan Jalal yang mengerikan. Semua orang
bangkit dari kursi mereka karena rasa hormat. Jalal marah dan menatap
Adham, "Adham, jika kau mengatakan satu kata lain terhadap Jodha Begum,
aku tidak akan memberimu kesempatan untuk hidup. Dia adalah ratu Mughal
sekarang, kau harus memberinya hormat." Semua orang yang ada di Diwan
ketakutan melihat kemarahan yang terpancar di wajah Jalal.
Adham
menjawab, "Ampuni hamba, Shahensha!" dan bersimpuh kepada Jalal dan
berjalan keluar dari pengadilan dengan mengepalkan tangannya menahan
amarahnya.
Jalal memandang Jodha dan kemudian menutup pengadilan. Ia pun segera berjalan keluar.
Kemarahan
Jalal karena membela Jodha membuat Ruqaiya bingung. Ia tidak mampu
memahami semua perubahan pada diri Jalal. Ia tahu, bahwa ada sesuatu
yang telah membuat Jalal berubah.
Ruqaiya pergi ke kamar Jalal dan melihatnya sedang melamun.
Jalal
berpikir, 'hari ini aku telah menyelamatkan Jodha didepan pengadilan,
aku tidak ingin dia berpikir bahwa aku merawatnya. Sebenarnya, sku tidak
ingin orang berpikir bahwa leebih baik jika aku jauh darinya. Apa
yang akan aku lakukan. Aku hanya perlu menjauh darinya mulai sekarang,
jika dia tidak ingin menjadi milikku dan ingin jauh dariku. Jika dia
melakukan itu, maka aku akan melakukan hal yang sama.
Ruqaiya
terus menatap Jalal yang sedang bingung, akhirnya setelah beberapa
menit, ia berbicara dan bertanya, “Jalal, kemana kau menghilang? Kau
bahkan tidak menyadari saat aku datang kesini!! Apa yang sedang kau
fikirkan? Aku telah memperhatikanmu, sejak kau menikah dengan Jodha
begum, kau telah banyak berubah. Aku mampu memahami perilakumu
akhir-akhir ini. Apakah Jodha begum adalah alasan dibalik semua
perubahan ini?? Kau belum jatuh pada Jodha Begum, kan?? Maksudku cin...”
Jalal
langsung meletakkan jarinya dimulut Ruqaiya sehingga dia tidak bisa
menyelesaikan kalimat-Nya. Jalal menjawab, “Berhenti Ruqaiya, kau
mengenalku dengan baik, kau tahu aku tidak suka hal-hal yang mudah, aku
tidak pernah memaafkan musuhku, aku ingin ia membungkuk diatas kaki
saya. Dia adalah tantangan terbesar yang pernah aku hadapi. Bahkan
setelah mengalahkannya, dia berbicara dengan bangga atas Rajvanshi nya,
aku ingin menghancurkan egonya dibawah kakiku dan kau tahu aku sangat
tidak ada yang mampu berdiri untuk melawan Jalal." Kemudian dia
memberitahunya secara rinci apa yang terjadi antara dirinya dan Jodha
dari awal, pertemuan pertama mereka, perang, pernikahan mereka,
penolakannya, dia memaksa dirinya, dia berpuasa, memasak segala sesuatu.
Setelah menceritakan segalanya dia bertanya, "Ruqaiya, Apakah kau masih
berpikir bahwa aku jatuh cinta padanya? Aku tidak menggunakan hatiku
Ruqaiya, aku menggunakan otakku untuk mengalahkannya."
Ruqaiya
menjawab dengan ragu, “Jalal, hanya kau yang dapat menjawab
pertanyaanmu, apakah kau menggunakan hati atau pikiranmu. Tapi aku bisa
dengan jelas melihat keputusasaan di matamu untuk Jodha Begum, setiap
kali kau berbicara tentangnya wajahmu berseri. Tapi pembicaraanmu
mengandung kebencian yang besal didalamnya untuknya. Jalal, kata-katamu
dan matamu tidak cocok... kata-katamu memiliki kebencian yang besar
tetapi matamu yang mengatakan sebaliknya. Siapa pun tahu, caramu
memandang dia, kau telah jatuh cinta padanya. Jalal, aku teman terbaikmu
tapi masih sulit bagiku untuk mengatakan apakah kau menggunakan hati
atau pikiranmu.”
Jalal
menjawab "Ruqaiya, kau adalah sahabatku, kau tahu bahwa Jalal tidak
memiliki hati, dan jika aku tidak memiliki hati bagaimana bisa aku jatuh
cinta? Ruqaiya aku ingin Jodha kehilangan menyerahkan hatinya padaku
dan kemudian pikiranku akan memenangkannya. Jalal tidak pernah kalah
dalam perang, aku hanya memiliki kebiasaan untuk menangdan aku akan
memenangkan Jodha segera."
Ruqaiya
berkata dengan sedikit air mata di matanya, “Aku berharap apa yang kau
katakan benar... tapi hari ini entah mengapa aku merasa sepertinya kau
kalah melawan dirimu sediri dan karena kekalahanmu ini akan merebut
semuanya dariku.”
Setelah
berbicara dengan Ruqaiya, Jalal sadar, ia selalu memikirkan Jodha dan
ia gagal menyembunyikan perasaannya yang sedang berkembang terhadap
Jodha. Dia memutuskan untuk mengabaikan Jodha dan tidak menemuinya
dengan alasan apapun untuk menutupi perasaannya di depan orang lain.
Egonya merasa sakit mendengar kebenaran itu dari Ruqaiya.
Seminggu telah berlalu dan perlahan-lahan Jodha sudah nyaman berada di Agra, namun hubungan antara Jalal dan Jodha tidak ada perubahan. Menjadi kebiasaan untuk Jalal melihat Jodha melakukan tulsi pooja setiap pagi selama sesi latihan pedang nya. Perlahan-lahan lukanya mulai terasa sakit. Penolakan Jodha telah menghancurkan egonya sedikit demi sedikit. Dia berpikir bahwa dalam beberapa hari Jodha akan menyerah dan menyerahkan diri kepadanya. Namun sebaliknya, dia bahkan tidak pernah melihatnya. Jalal melihat bahwa Jodha kehilangan pesonanya, bahkan Jodha berpakaian sederhana, wajahnya pucat namun masih memiliki sebuah glaze diatas kebanggaannya. Hal itu membuat Jalal frustasi, Jodha menerima keadaannya dan merasa bahagia tanpa melewatkan waktu untuk Tuhannya. Meskipun ia seorang putri, ia tidak pernah meminta pelayan yang lebih atau kemewahan tambahan. Dia diberi ruang yang kecil dan tidak ada pelayan. Moti dan Darisuhadi adalah satu-satunya orang yang menyiapkan semua kebutuhannya. Dia tampak puas dengan segala sesuatu yang dia dapatkan dan tidak pernah mengeluh. Sementara Jalal menjadi lebih gelisah dengan berlalunya hari. Untuk menghancurkan kesombonganya, dia mempermalukannya di setiap kesempatan yang ia miliki, terutama di depan orang lain.
Pada awalnya, Ratu Hamidah mengundang Jodha ke Diwan dan tempat-tempat lain dimana para ratu yang lain diundang. Namun setelah beberapa kali penghinaan Jalal, Jodha memutuskan untuk berhenti menghadisi Jashn. Akhir-akhir ini dia tidak pernag menerima undangan ke Diwan E Khaas atau acara-acara utama lainnya.
Meskipun Jodha telah resmi menjadi istri Jalal dan menjadi ratu utama, masih ada dua kursi utama yang dialokasikan di Diwan E Khaas, aula Harem dan di aula makan malam Grand untuk Ratu utamanya Jalal, hanya Ruqaiya dan Salima. Perlahan-lahan, semua wanita harem menyadari bahwa Jalal membenci Jodha dan tidak ingin memberinya rasa hormat dari ratu utamanya secara resmi.
Sebagian besar orang Istana mulai memperlakukan Jodha seperti pembantunya Jalal atau selir, bukan sebagai istri yang resmi dinikahi jalal. Perlahan-lahan, Jodha menerima perlakuan semacam ini, ia mendengar banyak orang yang tertawa mengejek dibelakangnya, hari demi hari harga dirinya direndahkan. Ketika dia menikah, ia tahu bahwa ini akan terjadi pada hidupnya. Satu-satunya orang yang baik baginya dan telah mendukungannya hanya Ibu Ratu dan Salima dan dia hanya senang menghabiskan waktu dengan Rahim. Dia menciptakan dunia kecil sendiri dengan Ammijaan, Salima, Rahim dan rutinitas sehari-hari... dia menemukan kedamaian di dalamnya.
Sudah lebih dari satu bulan. Namun Jalal tak pernah bisa membuat Jodha tunduk padanya dan egonya semakin bertambah.
Untuk menghibur wanita harem, berbagai jenis kegiatan dan fungsi diselenggarakan dan sesekali Jalal juga akan datang untuk menghadiri fungsi. Jalal memerintahkan pelayannya yang baru direkrut untuk menginformasikannya kepada para ratu utama untuk menghadiri fungsi malam ini karena ia berencana untuk menghadiri fungsi juga.
Jodha juga menerima undangan tersebut, ia terkejut mendapat undangan langsung dari Jalal. Pada saat yang sama Jodha juga merasa gembira. Untuk beberapa alasan setiap kali dia mendengar namanya atau melihatnya. Perasaan yang tidak diketahui memberinya kebahagiaan. Tapi dia masih memutuskan untuk tidak menghadiri fungsi dan menyelamatkan dirinya dari setiap penghinaan yang mungkin terjadi disana, tapi Moti meyakinkannya untuk menghadiri fungsi mengatakan bahwa undangan ini datang langsung Sahenshah sehingga dia harus pergi dan tidak membuat masalah.
Jodha merasa sangat senang karena Jalal memegang janjinya dan tidak pernah mencoba memaksanya untuk melakukan apapun dan juga membiarkannya mengikuti agama dan ritual. Jodha semakin menghormatinya dan ia memutuskan untuk menghadiri fungsi.
Semua orang berkumpul di aula besar. Dua kursi yang disusun disamping Jalal untuk Salma dan Ruqaiya dan sekitar tiga puluh lima kursi yang disusun untuk ratunya yang lain secara khusus. Setiap kursi telah disediakan secara individual dan untuk selir duduk dibagian belakang.
Semua orang datang lebih awal dan duduk ditempat mereka. Semua ratu dan selir berpakaian dengan perhiasan mahal dan gaun yang indah untuk menyenangkan Jalal. Jalal juga datang dan duduk di takhtanya. Ratu Ruqaiya dan Ratu Salima menyapanya dengan hangat. Sekitar satu menit kemudian Jodha masuk melalui pintu masuk utama dengan berpakaian sangat sederhana dan dengan perhiasan. Jalal terkejut melihatnya datang dalam fungsi tanpa undangan. Jodha memandang sekeliling aula dan mata mereka bertemu. Jodha melihat sekilas dan mencari kursi kosong, tapi dia segera menyadari bahwa dia telah dipermalukan, dia tidak diberikan kursi. Dalam beberapa detik setiap orang di aula memahami bahwa ia tidak diberikan kursi. Jalal melihat banyak ratu yang menertawakannya, dia melihatnya dalam dilema. Jodha kembali menatapnya dengan tatapan kesal yang berapi-api kemudian berjalan anggun dengan leher kaku dan duduk di atas karpet di samping para selir. Penghinaan ini membawa rasa sakit yang luar biasa di wajahnya. Setelah duduk dia tidak mengangkat mata untuk melihat siapa pun, semakin sangat sulit baginya untuk menelan air matanya. Matanya lembab tapi dia berusaha mengendalikan air matanya untuk tidak keluar.
Jalal tidak bisa menatap mata Jodha, matanya berubah lembut melihat dia dalam kondisi yang rentan ini. Kursi ini cukup besar untuk dua orang sehingga ia meminta Ruqaiya duduk di dekatnya. Ia memanggil pelayan pribadinya dan memerintahkannya untuk memberitahu Ratu Jodha untuk datang dan mengambil kursi Ratu Ruqaiya.
Ratu Salima senang mendengarnya namun itu suatu kejutan untuk Ruqaiya karena ia memberikan kursinya untuk Ratu Jodha. Untuk Ruqaiya posisi dan kekuasaan adalah segalanya, matanya menunjukkan kemarahn yang luar biasa kepada Jodha.
Ruqaiya mengejek Jalal, "Jalal, apa yang terjadi, hatimu sakit melihatnya dalam kondisi ini?"
Pertanyaan Ruqaiya tiba-tiba membuat Jalal sadar bahwa dia telah menunjukka perhatiannya kepada Jodha didepan semua ratu dan selirnya.
Sesuai perintahnya Jodha datang dan duduk di kursi di Ruqaiya. Ekspresi wajahnya adalah pasif. Ia masih berusaha menekan kemarahannya dengan mengepalkan tangannya.
Jalal dalam nada pahit bertanya, "Ratu Jodha, mengapa kau datang kesini tanpa undangan? Apa terjadi dengan harga diri dan keegoanmu tentang Rajvansi?"
Jodha sangat syok, menatapnya dan menjawab "Sahenshah, aku tidak tahu berbaring juga salah satu kualitasmu. Pelayan pribadimu datang dan mengundangku untuk fungsi. Aku tidak tertarik untuk melihatmu atau fungsimu." Dia berhenti dan menatapnya kemudian melanjutkan ucapannya, “Terima kasih atas penghinaan ini.” Kemudian dia bangun dan berjalan keluar dari ruangan.
Jalal ingat perintahnya kepada pembatu barunya, ia sadar telah membuat kesalahan dengan mengatakan semua ratu utamanya, tidak menyebutkan nama mereka. Dia memejamkan matanya dan merasa bersalah. Setelah beberapa menit dia juga bangun dan berjalan keluar dari ruang pertemuan.
Beberapa hari kemudian, Jalal melewati harem untuk menemui Ruqaiya dan ia mendengar sebuah lagu yang sangat merdu. Dia berhenti untuk mendengar lebih lanjut dan ingin mengetahui siapa yang bernyanyi.
Jalal menyadari bahwa suara itu datang dari ruangan Jodha. Ia diam-diam masuk ke dalam biliknya dan sempat terkejut melihat chamber nya, dia diberikan kamar terkecil dibandingkan dengan ratu lainnya. Bahkan dekorasi kamar itu tidak seperti Ratu Spesial.
Matanya menatap Jodha yang sedang bernyanyi sambil melakukan doa untuk khanah. Mata tertutup dan tangan yang dilipat dan perdamaian besar di wajahnya. Kesederhanaannya membuat dia terlihat surgawi. Jalal tidak tahu suara Jodha begitu merdu. Kemurnian Jodha selalu menyentuh hatinya dan dia selalu tahu dia memiliki kepribadian yang transparan. Jalal benar-benar tersesat di bhajan damainya. Bhajan memesonanya indah membuat suasana jadi ilahi. Dia telah berdiri dibelakangnya selama lebih dari sepuluh menit, namun dia begitu terlibat dalam doanya yang tanpa disadari dia sedang berdiri dibelakang Jodha.
Setelah selesai, Jodha berbalik dengan Aarti thal dan tiba-tiba ia melihat Jalal berdiri dan memandangnya. Sesaat Jodha terpesona melihat Jalal, namun ia teringat saat Jalal berada dikamarnya malam itu, ia berubah ketakutan.
Jodha memberi aarti untuk Jalal namun Jalal tak mengerti. Dia melihat sindoor di piring aarti dan ingat bagaimana ia telah meletakkan sindoor di maang nya pada saat pernikahan mereka, jadi dia pikir dia meminta dia untuk meletakkan sindoor di maang nya. Dia mengambil sindoor dan diisi maang nya.
Jodha terkejut melihat tindakan Jalal, dia berjalan mundur dua langkah. Air matanya keluar dan ia berlari keluar sambil menangis. Tindakan Jalal membuatnya sadar bahwa Jalal telah membuat hidupnya suram.
Jalal bingung dengan reaksi Jodha. Ia berpikir mungkin Jodha ingin dia melakukan sesuatu yang lain. Ia memanggil penasihat hindu dan bertanya kepadanya tentang pentingnya Sindoor dan aarti.
Pelayan menjelaskan, "Sindoor adalah simbol pernikahan. Setiap wanita hindu yang sudah menikah mengisi maang dia dengan bangga dan untuk kehidupan panjang suaminya. Sindoor adalah kehidupan mereka. Wanita hindu ingin mati sebelum suami mereka atau dengan suami mereka. Jadi, maka mereka meletakkan sindoor.” Ia juga menjelaskan cara untuk mengambil aarti.
Jalal faham bahwa Jodha berusaha untuk memberinya aarti dan bukan sindoor. Ketidaktahuannya selalu memberinya rasa sakit. Dia menyadari bahwa Jodha sangat membencinya dan bahkan tidak ingin dia mengisi maang nya. Ia sangat terkejut dan terkesan dengan suaranya yang merdu dan wajahnya yang ilah. Hal itu yang menarik perhatiannya. Setiap upaya yang dibuatnya untuk menang melawan Jodha dengan otak jahatnya menjadi sia-sia baginya. Setiap kali dia pergi ke depan Jodha dia lupa segalanya, termasuk kebenciannya. Dia selalu berjuang untuk mengalahkannya namun ia selalu kalah. Kekalahan ini adalah sesuatu yang sangat baru untuknya dan membuatnya sangat marah.
Sekarang memenangkan Jodha menjadi obsesi Jalal. Sebulan penuh Jalal tidak mengunjungi salah satu ratunya. Pada malam hari, ia hanya ingin sendirian dan berpikir tentang Jodha. Berpikir tentang dia membuatnya bahagia. Dia tidak dapat menahan dirinya sendiri tanpa melihatnya dan setiap kali ia bertemu dengannya bukan kebahagiaan, kata-katanya tajam dan wajahnya sedih memberinya kepedihan yang mendalam dan rasa sakit ini sedikit demi sedikit menjadi kemarahan. Dia ingin mengalahkannya dengan cara apapun.
Pada kenyataannya, keinginannya yang sebenarnya adalah memenangkan hatinya namun ia tidak mampu memahami keinginannya sendiri. Ia menyadari bahwa ia kehilangan pikirannya. Hatinya sendiri telah mengalahkan pikirannya. Jalal tahu ini tetapi ia tidak mau mengakuinya.
Translate by ChusNiAnTi