Ini
hari ke empat perjalanan mereka dari Amer menuju Agra. Maham Anga dan
Adham seakan masih belum percaya kenyataan ini. Maham sangat membenci
Hindu dan sekarang akan ada seorang ratu Hindu di istana. Ini
benar-benar tak bisa diterimanya. Rasa dengki itu mulai muncul di
dadanya. Dia bertekad akan balas dendam pada Jodha. Satu orang yang
sangat bahagia dengan pernikahan ini adalah Ratu Hamida, ibu Jalal. Dia
sangat terkesan dengan kepolosan Jodha dan dia merasa ada harapan untuk
mengubah jalal dengan pernikahan ini. Demikian Jodha, dia sangat
terkesan dengan Ratu Hamida Bano yang menyayanginya layaknya seorang
ibu.
Jodha
sangat meyakini Dewa Krishna dan dia sangat marah dengan nasibnya,
bahwa dia harus menikah dengan Jalal. Dia sangat marah dan memutuskan
untuk menghukum dirinya sendiri dengan berpuasa selama 3 hari. Dia tahu,
jika dia bunuh diri, maka Amer akan dalam kesulitan. Selama perjalanan
panjang memelahkan itu, dia terus berpuasa. Namun tak ada yang tahu
tentang puasanya itu selain Moti.
Akhirnya,
mereka hampir sampai di Agra. Jalal merasa, lokasi itu cukup aman untuk
membuat tenda dan beristirahat. Itu adalah hari ketiga Jodha melakukan.
Dia sudah sangat lemah. Namun begitu, dia selalu memasak prasad untuk
Dewa Krishna. Jalal sangat terkejut melihatnya sedang memasak. Kenapa
dia harus memasak sendiri? Lalu dia memanggil Moti dan menanyakannya.
Moti menjelaskan, bahwa Jodha selalu memasak sendiri persembahan untuk
Dewa Krishna. Otak Jahat Jalapun muncul. Dia berencana mempermalukan
Jodha didepan persidangan (shaba). Dia kemudian memanggil Jodha dalam
persidangan. Sambil menyeringai Jalal berkata, "Hari ini aku ingin
merayakan pernikahan kita. Aku ingin kau memasak masakan Amer untuk
semua orang. Karena aku rasa masakanmu enak sekali." Permintaan Jalal
yang disampaikan dihadapan semua orang, membuat JOdha tak berkutik.
Jodha menatap Jalal dan Tikhi
Nazar, lalu berkata, "Baik. Sesuai perintahmu, aku akan masak untuk
semua orang." Semua orang terkejut mendengar Ratu Hindustan yang baru
ini, akan memasak untuk semua orang. Beberapa orang tahu, bahwa ini
adalah cara Jalal membalas dendam kepadanya.
Sepanjang
hari dengan bantuan beberapa pelayan Hindu dan koki dia sibuk memasak.
Jalal terkejut ternyata Jodha tidak menentang atau mendebat perintahnya
tersebut. Sekarang makanan telah tersaji dihadapan semua orang. Maham
Anga meminta Jodha mencicipi makanan itu, sebelum dimakan Jalal. Jodha
berkata, aku tak bisa makan makanan ini sebelum berdo'a untuk Dewa
Krishna. Maham mengatakan bahwa
ini adalah aturan, yang memasak harus makan terlebih dahulu. Jodha
tetap membantah, dan mengatakan bahwa di tak akan makan sebelum berdo'a,
apapun yang terjadi. Jalal melihat Jodha terdengar dan terlihat sangat
lemah, wajahnya tampak sangat pucat. Jalal mengira bahwa Jodha
kecapekan, karena harus memasak untuk semua orang. Dia merasa tidak
nyaman, dan akhirnya menyuruh Maham Anga berhenti. Dia perintahkan Moti
untuk mencicipi makanan tersebut. Dan memang benar. Masakan itu masakan
tanpa daging yang sangat lezat. Dia sangat suka, dan memuji Jodha. Jodha
menatap Jalal dengan kemarahan dan tanpa menjawab, dia kembali ke
kamarnya. Setiap orang terkejut melihat perilaku kasar Jodha.

Jalal
sangat marah dengan sikapnya itu. Dia memutuskan akan menemuinya
setelah makan malam nanti. Jalal menganggap, bahwa Jodha adalah salah
satu tropi kemenangan. Dia akan menjadi tropi pelengkap kemenangan yang
sudah ada di haremnya. Dia tidak tahu, bahwa Jodha akan menjadi
tantangan terbesarnya. Jalal tidak tahu bahwa Jodha bukanlah perang yang
bisa dimenangkannya dengan mudah. Jalal selalu berhasil membuat semua
wanita bertekuk lutut dihadapannya. Belum pernah dia ditolak sebelumnya.
Tapi hari ini, entah bagaimana ia merasa bahwa Jodha memang berbeda
dengan wanita yang pernah ditemuinya sebelumnya.
Dia
masuk ke dalam kamar Jodha. Saat itu Jodha sedang tidur. Rambutnya yang
halus terlihat terurai. Dia tidak mengenakan perhiasan apapun. Jodha
mengenakan Dupatta pink yang sangat tipis dan transparan. Dia bisa
melihat setiap lekuk tubuhnya. Dia tampak begitu cantik, anggun, murni
dan menggairahkan. Jalal tak bisa memalingkan matanya dari tubuh itu.
Dia lupa dengan kemarahannya. Tiba-tiba saja dia sudah tenggelam dalam
sihir kecantikan Jodha. Dia ingin memeluknya dan mencium setiap inci
tubuhnya. Dia ingin merengkuhnya dan membiarkannya lelap dalam
pelukannya. Hasratnya begitu kuat.
Tanpa
sadar, dia mendekati tempat tidur Jodha. Jalal mencium keningnya. Jodha
tak bereaksi, dia tetap lelap dalam tidurnya setelah lelah seharian.
Lalu dengan lembut Jalal mencium pipinya, Jodha sedikit bergerak tapi
masih belum membangunkannya. Aroma tubuh Jodha begitu harum. Tak ada
lagi yang bisa membuat Jalal mampu mengntrol dirinya. Jalal kemudian
mencium leher dan telinganya. Tiba-tiba Jodha terbangun dan berteriak.
Saat itu, ruangan cukup temaram. Jalal meletakkan tangannya di mulut
Jodha. Sekarang Jalal berada diatas tubuh Jodha. Keduanya saling
memandang selama sekitar satu menit. Jodha menyadari itu dan mendorong
Jalal menjauh darinya dan berteriak, "Apa yang kau lakukan disini?
Berani-beraninya kau menyentuhku?"
Dia
tampak begitu takut, dan lemah. Jalal terkejut dengan penolakannya. Dia
mengatakan, "Apa yang aku lakukan salah. Kau istriku. Aku berhak tidur
denganmu. Kau harus memenuhi semua keinginanku. Jalal mendekat dan
memegang pinggang Jodha serta mendekatkan dada mereka. Jodha
mendorongnya dengan keras. Hampir saja Jalal jatuh. Penolakan ini,
membuat Jalal marah besar. Ia mengumpat sambil meraih tubuh jodha dan
membantingnya ke dinding. Jalal menariknya begitu keras, hingga gelang
ditangan Jodja pecah. Darah mengalir dari pergelangannya. "Aku selalu
memperoleh keinginanku dan kau harus menuruti kemauanku. Kau adalah
piala kemenanganku." Jalal mulai menciuminya dengan kasar. Jodha
menyadari bahwa ia tidak bisa berbuat apa-apa. Matanya penuh dengan air
mata, dan tangan penuh darah. Dia berdiri seperti mayat.
Ketika
Jalal melihat darah di tangan dan air mata menetes dari matanya, Jalal
kembali tersadar bahwa hendak memp*rkosanya. Dia merasa limbung. Dia tak
pernah sekalipun ditolak oleh wanita manapun. Dilepaskan pegangannya
dan menjauh dari Jodha. Tak ada reaksi dari Jodha. Dia membeku,
terkejut, pucat dan lemah. Jalal segera meminta maaf padanya. "Maafkan
kekhilafanku." Namun Jodha tetap tak bereaksi. Jalal memutuskan
meninggalkan kamar itu. Dia merasa jijik pada dirinya sendiri. Dia
berjalan gontai dari kamar Jodha. Tak lama kemudian, dia mendengar
teriakan keras, "Jodhaa..!"
Jalal segera berlari. Disandarkannya Jodha dilengannya. Dia segera memanggil prajurit agar memanggil Hakima Sahiba dan Moti. Moti terkejut melihat Jodha dalam kondisi ini. Dia tahu dia berpuasa selama 3 hari terakhir dan sepanjang hari dia memasak. Dia mulai menangis melihatnya dalam kondisi ini. Tabib segera datang dan memeriksa urat nadinya. Tabib itu bertanya pada Moti, “Mengapa dia begitu lemah? Denyut nadinya sangat lamban. Dia tidak makan dengan benar.”
Moti mulai menangis keras dan berkata, “Jodha berpuasa dan dia tidak minum atau apa pun dimakan selama 3 hari terakhir. Dia sangat sedih meninggalkan Amer, melakukan perjalanan panjang dan sepanjang hari ini dia memasak. Jodha belum makan apa-apa sejak pernikahannya. Dia menyuruhku agar tak memberitahu siapa pun. Seharusnya dia bisa makan besok pagi. Hari ini adalah hari terakhir puasa nya.”
Jalal sangat terkejut mendengar bahwa dia tidak makan apa-apa selama 3 hari terakhir. Dia sangat marah pada Moti karena tidak mengatakan kepadanya. Dia sudah jijik pada dirinya sendiri atas perilakunya. Dia begitu tega memerintahkannya memasak untuk 100 orang. Dia merasa sangat bersalah melihat kondisinya. Dia tidak pernah orang sekeras kepala ini. Untuk menghukum Dewa dia menghukum dirinya sendiri.
Translate by ChusNiAnTi