Keesokan
harinya, Jalal menerima pesan dari Raja Bharmal dan Rani Mainavati yang
mengatakan mereka akan datang ke Agra untuk "Pag Phere Rasam" dalam 3
hari. Jalal tidak tahu apa itu ritual ini? Ia penasihat hindu sama untuk
bertanya.
Penasihat
hindu menjelaskan kepada Jalal bahwa setelah pernikahan, ayah gadis
mengambil kembali anaknya ke rumahnya dan setelah beberapa hari suami
harus pergi dan membawanya kembali.
Jalal bingung dan bertanya apa alasan di balik adat ini?
Dia
menjelaskan, "orang tua ingin memastikan bahwa putri mereka di tangan
orang yang baik dan jika ia telah disesuaikan dengan keluarganya yang
baru atau tidak. Juga pada mulanya gadis merasa sangat kesepian dan
kehilangan keluarga mereka. Jadi dengan cara ini mereka bisa melihatnya
juga."
Setelah mencari tahu tentang ritual, Jalal pergi untuk menemui Jodha.
Jodha dengan ekspresi terkejut menyambut Jalal ke chamber nya.
Jalal berkata, "Ratu Jodha, orangtuamu akan datang dalam dua hari untuk Pag Phere Rasam."
Jodha
menjadi sangat gembira dan senang mendengar berita ini, dia berteriak
dan menyebut Moti dalam kegembiraan seperti seorang anak kecil dan
hampir melompat memeluk Moti dan mengatakan kepadanya bahwa bapusa dan
masa datang untuk pag fera.
Jalal
merasa sangat senang melihat dia bahagia, satu kalimat membuat wajahnya
yang pucat menjadi bercahanya dalam sepersekian detik.
Melihat respon Moti yang dingin dan ragu-ragu, memnbuat Jodha menyadari kehadiran Jalal.
Dia
segera menyuruh Moti keluar. Ia berusaha membuat nada suaranya menjadi
tenang, "Sahenshah, tolong maafkan aku, aku tidak bisa mengendalikan
diri dan terlalu bersemangat."
Jalal tersenyum dan berjalan kearah pintu.
Jodha tiba-tiba memanggilnya, "Sahenshah!"
Jalal
dengan cepat berbalik dan melihat keceriaan di wajahnya telah hilang
dan sekarang dia memiliki ketakutan di wajahnya, ia dengan cepat
menjawab "Ya."
Jodha dengan nada memohon bertanya, "Bisa aku meminta sesuatu padamu?"
Jalal terkejut mendengar nada permohonannya. Jalal bertany, “Ya! Apa yang kau inginkan?"
Jodha
menjawab dengan nada memohon, "Sahenshah, aku tidak ingin apa-apa, tapi
aku ingin kau berpura-pura didepan orangtuaku bahwa kita berdua menikah
dengan bahagia dan hidup seperti pasangan yang bahagia."
Jalal
bingung dan bertanya, "Kenapa kau ingin aku berpura-pura? Kau memiliki
semua yang kau butuhkan disini. kau memiliki sebuah istana besar, kau
bisa mendapatkan apa pun yang kau impikan, dan kau harus hanya meminta
itu. Jadi katakan padaku mengapa kau berpikir bahwa orang tua akan marah
melihatmu?"
Jodha
menjawab dengan sinis, "Sahenshah, aku juga punya segalanya di
Istanaku. Aku sangat puas dengan apa yang aku miliki. Tapi orangtua
ingin melihat kebahagiaan dalam mata anak-anak mereka. Saya tidak ingin
memberikan rasa sakitku kepada mereka. Jika mereka datang untuk tahu apa
yang terjadi denganku disini, bagaimana semua orang memperlakukanku dan
aku di istana ini diperlakukan tidak lebih dari pelayan atau seorang
selir, mereka akan hancur berkeping-keping. Mereka akan
mengkhawatirkanku selamanya dan aku tidak menginginkan hal itu. Juga,
aku ingin kau memberi mereka rasa hormat juga. Jika kau memperlakukan
mereka cara aku diperlakukan, aku tidak akan pernah bisa memaafkanmu,
aku bisa melakukan apapun untuk menghormati orang tua saya. Jodha
berhenti sejak, ia melihat ekspresi Jalal yang pasif, “Sahenshah, kau
tidak akan mengerti hal ini dengan mudah, hari kau akan mulai memahami
kehidupan orang lain sehingga kau akan memenangkan hati semua orang.
Orang bisa hidup bahagia dengan kehidupan yang sangat minim, namun tanpa
cinta, kasih sayang, dan perawatan semua itu tidak dapat bertahan. Jika
orang tuaku mengetahui aku hanya sebagai dekoratif tak bernyawa di
Istana ini, hanya sebagai piala kemenanganmu dan aku tidak menerima
perawatan atau cinta, mereka akan hancur. Aku bisa mengerti mengapa kau
mempertanyakanku. Kau tidak dapat memahami semua ini karena kau tidak
memiliki hati untuk merasakan rasa sakit dari orangtua."
Jalal
benar-benar terguncang, dan sekarang ia marah mendengar semua ini dari
Jodha, ia merasa seolah-olah dia menamparnya dengan penuturannya yang
panjang dan sikapnya yang tenang. Tidak ada yang pernah berani untuk
menceritakan kebenaran kehidupannya. Jalal sangat kesal, ia tahu apa
yang Jodha katakan tentangnya sangat benar, namun dia tidak mau
mengakuinya. Jalal merasa seperti seseorang telah menusuknya, ia merasa
tercekik.
Jalal
mengendalikan amarahnya, menggunakan otaknya dan mengatakan pada Jodha,
“Aku dapat memenuhi keinginanmu dengan satu syarat. Kau harus
menghabiskan sepanjang hari dan satu malam denganku dan menuruti
perintahku.”
Jodha
dengan nada ironi menjawab, "Aku tahu kau akan meminta sesuatu. Kau
percaya dalam memberi dan menerima. Raja yang baik seharusnya hanya
memberi dan tidak pernah mengharapkan kembalian apapun.”
Setiap
kata dari Jodha langsung mengenai hatinya. Jodha selalu tidak sadar
bahwa ia terlalu mengedepankan kebanggaan dan egonya. Jalal berteriak,
“Cukup. Jangan mengatakan satu kata pun. Berhenti mengajariku dan
memberiku saranmu. Jangan mengajariku tugasku. Jika kau menerima
syaratku, maka besok sebelum matahari terbit datanglah ke kamarku.”
Jalal keluar dari kamar Jodha dengan marah.
Sepanjang malam Jalal merasa seperti membunuh seseorang. Perkataan Jodha terus ditelinganya. Jodha berani menunjukkan cerminan dirinya. Pikiran Jalal terasuki dan merencanakan rencana jahat untuk mempermalukan Jodha. Ia sangat yakin Jodha akan menerima syaratnya untuk menyelamatkan martabat orang tuanya.
Di sisi lain, Jodha tidak yakin apa yang harus dia lakukan? Jika dia menerima persyaratan Jalal, Jalal pasti akan membuat hidupnya seperti neraka dan jika dia tidak menerimanya, orang tuanya akan dipermalukan dan juga terluka melihat kondisinya di Agra. Jadi dia memutuskan untuk menerima persyaratan Jalal karena martabat orang tuanya adalah lebih penting baginya daripada menghormati diri sendiri.
Sepanjang malam Jalal dan Jodha tidak bisa tidur. Paginya Jodha mandi dan pergi ke kamar Jalal.
Jalal sedang tidur di tempat tidur, ia mendengar Zulfan Jodha. Saat tidur dia tersenyum jahat dan berkata dengan keras, "Selamat datang di kamarku Ratu Jodha. kemarilah dan duduk disebelahku."
Jodha diam-diam menuruti perintahnya. Dia melihat mata Jalal tertutup dengan seringai di wajahnya.
Jalal tiba-tiba membuka matanya tajam dan Jodha ketakutan melihat matanya. Jalal perlahan-lahan mendekat kepada Jodha. Ia berpura-pura akan menciumnya, ia sangat dekat dengan bibirnya, ia melihat Jodha yang ketakutan, matanya dialihkan dari mata Jalal tetapi dia tidak bergerak satu inci pun.
Melihat Jodha bergitu rentan dan sedih, awalnya Jalal merasa bahagia namun kebahagiaan ini berkurang dalam beberapa detik ketika ia melihat mata Jodha sedih dan suram, hatinya meringis kesakitan. Akan tetapi sakit hati Jalal sebelumnya membuatnya kembali melancarkan rencananya. Jalal memutuskan untuk mempermalukan Jodha sampai ia memohon untuk belas kasihannya.
Posisi Jalal sangat dekat dengan Jodha. Ia berbisik ke telinga Jodha, “Ratu Jodha, pijat kepalaku.”
Jodha belum pernah mengatakan satu kata pun sejak ia datang ke kamar Jalal. Jodha mulai memijat kepala Jalal dalam diam. Ia bertindak seperti bonekam wajahnya benar-benar pasif, tidak ada ekspresi apapun diwajahnya. Keheningan Jodha membuat Jalal terganggu. Perintah Jalal mulai membunuh Jodha dari dalam. Jalal merasa sakit melihat Jodha seperti itu. Namun egonya lebih besar dan ia tak memperdulikan rasa sakit itu.
Setelah beberapa saat Jalal memerintahkan Jodha untuk memijat kakinya. Jodha mengikuti instruksinya tanpa mengatakan satu kata pun.
Kemudian Jalal melepas puncaknya (kurta) dan menyuruh Jodha untuk memijat punggungnya. Jodha memandangnya dengan mata berkaca-kaca dan marah.
Jalal tersenyum jahat dan berkata, "Ratu Jodha, aku tidak menyentuhmu, kau yang menyentuhku. Aku tidak akan melanggar janjiku." Dia berbaring di tempat tidurnya. Jodha mendekati Jalal dan mulai memijat punggungnya dengan tangan yang lembut. Sentuhan Jodha membuat Jalal gila. Jalal tiba-tiba berubah ke arahnya dan Jodha merasa malu melihatnya, tanpa puncaknya dan begitu dekat dengannya. Ia memalingkan wajahnya ke sisi lain. Jalal memerintahkan Jodha untuk memiijat bahu dan tangannya. Jodah masih mengikuti perintahnya. Sekarang air matanya tidak tertahankan lagi. Jalal ingin melihat rasa sakit itu, tetapi sekarang rasa sakitnya justru mengganggunya. Ia selalu ingin Jodha membungkuk dikakinya, namun kemenangannya ini justru menyakitinya. Ia tidak tahan lagi melihat wajahnya yang rentan, jadi ia memerintahkan Jodha untuk membuat persiapan untuk mandi, pakaian dan perhiasannya. Jodha berjalan menuju kamar mandi tanpa reaksi apapun. Benar-benar tidak ada ekspresi di wajahnya. Jalal bingung dengan sendiri perasaan dan emosinya. Pikiran ingin menghancurkan Jodha namun hatinya menangis melihat Jodha dalam keadaan ini. Jalal memanggil beberapa pelayan dan mengatakan kepada mereka untuk membantu Jodha. Mereka terkejut melihat Jodha mempersiapkan pemandian untuk Jalal. Jodha yang dalam keheningan begitu mengerikan baginya. Jodha seperti kehilangan hidupnya.
Setelah mandi, Jalal kembali ke misinya lagi. Jodha menguji kesabarannya dengan keheningan. Jalal ingin memecahkan keheningan bagaimanapun caranya. Ia memerintahkan Jodha untuk memasak sarapan untuknya dan dirinya. Jodha belum selesai berdoa sehingga sesuai rutinitas sehari-hari, ia tidak bisa makan. Dia membuat Prasad untuk Khanah dan sarapan untuk Jalal.
Jalal tahu bahwa Jodha tidak akan makan tanpa melakukan doa. Ia berkata dalam hati, “Dia pasti ingin mengatakan sesuatu untuk menolak makanan. Aku tahu, Jodha tidak akan makan tanpa berdoa kepada Kresna terlebih dulu.”
Jalal memerintahkan Jodha, "Ratu Jodha, makan makananmu." Jalal tahu sekarang Jodha akan mengatakan sesuatu tapi Jodha masih diam. Jodha berada dalam dilema besar, disatu sisi orangtuanya dan disisi lain Kresna, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dia gemetar, hatinya berdarahan. Air mata terus mengalir dalam keheningan. Ia merasa tercekik, seperti Jalal telah memotong hatinya dengan pisau tajam dan dijadikan potongan-potongan kecil.
Jodha begitu rentan dan tidak berdaya dalam keheningan. Dia mengambil sepotong kecil dari piring. Jalal melihat penderitaannya yang besar dan air mata diwajahnya. Jodha merasa seperti dia hendak minum racun. Tiba-tiba dia merasa sangat lemah. Dia tidak bisa menggerakkan tangannya, akhirnya dengan semua kekuatannya dia memegang tangannya di mulutnya dan hampir menempatkan gigitan di mulutnya. Tiba-tiba Jalal memegang tangannya dan memintanya untuk berhenti. Saat itu mata Jodha penuh dengan rasa sakit.
Jalal berkata dengan nada telah dikalahkan, “Ratu Jodha, pergi selesaikan doamu terlebih dahulu dan kemudian kembalilah kemari.”
Jodha mentap Jalal tanpa ekspresi apapun. Butuh beberapa detik untuknya keluar dari shock. Dia segera bangun dan berlari keluar dari kamar Jalal. Ia menangis keras di sudut kamarnya. Ia benar-benar hancur dan rusak. Ia merasa seperti meninggal seribu kali dalam satu menit.
Jalal sedang melihatnya dari jendela. Akhirnya, hatinya meleleh dan air matanya keluar matanya. Jalal tahu bahwa jika dia makan tanpa doa, dia akan mati tepat di depannya. Ini adalah hukuman yang berat untuk Jodha. Ia merasakan rasa sakitnya. Kemurnian dan kasih kepada Krishna dan orang tuanya jadi ilahi. Jalal merasa rapuh, Aku berharap kau akan mencintaiku seperti ini.”
Translate by ChusNiAnTi
NB:
Sebelum saya lanjutkan, saya ingin bertanya terlebih dahulu. Adakah pembaca blog saya yang masih dibawah umur? Comment Please...
FF tidak akan saya lanjutkan sebelum ada jawaban.