Min Jae dan Sun Woo tiba dikantor. Mereka mendengar semua perkataan Ayah Choi Gyuhan kepada Ketua Byun yang menyalahkan kinerja detektif. Tak hanya itu, dia juga menyalahkan Yang Jisoo dan menyebutnya pelacur yang menyebabkan semua ini. Dia melihat Sun Woo yang menatapnya dengan penuh amarah.Sun Woo yang tidak dapat menahan amarahnya akhirnya dia melontarkannya, “Kau sudah merasa hebat? Mau menghancurkan orang-orang? Apa yang dilakukan mendiang Yang Jisoo begitu salah hingga dipanggil pelacur oleh orang sepertimu? Apa yang dilakukannya salah? Apa yang dilakukannya salah hingga dia mati dilantai dingin seperti hewan.. Orang seperti dirimu..” Na Yeong mencoba menutup mulut Sun Woo walaupun tak bisa.
Ayah Choi Gyuhan yang tidak terima dengan perkataan Sun Woo hendak menghampiri Sun Woo namun dicegah Ketua Byun. Ketua Byun yang sebelumnya mencoba sabar juga kesal, “Anakmu yang kotor itu yang anjing! Siapa kau yang memanggil detektif itu anjing? Tutup mulutmu dan lihat saja. Jangan meluapkan amarahmu dan menyalahkan kami yang sedang mencari anakmu. Baiklah?”
Ketua Byun melepaskan pegangannya dari lengan Ayah Choi Gyuhan dan dia meninggalkan mereka tanpa satu kata pun terucap. Ketua Byun juga memberi isyarat kepada Sun Woo agar pergi.
Dan tinggallah disana Na yeong sendiri. Dia melihat ada pesan masuk dari Mansuk di ponsel Sun Woo, “Bukti dan senjata pembunuhan ada dikamarku di Pusat Penyembuhan. Aku minta maaf telah berbohong padamu. Aku hanya ingin memberi para b*j*g*n itu kesakitan yang mereka berikan kepada putriku. Hari ini hari ulang tahun kematian anakku. Aku akan menyelesaikan apa yang aku mulai dan setelah itu, menemui anakku. Tolong kembalikan kehormatan dan nama baik Jisoo setelah ini berakhir.”
Na yeong menjadi cemas setelah mengetahui Mansuk akan bunuh diri setelah balas dendam ke Choi Gyuhan. Dia semakin frustasi karena tak menemukan Cheo Yong. Dia menenangkan dirinya dan konsentrasi, “Hari ini hari kematian Yang Jisoo.. Dan dia ingin membuat mereka kesakitan yang sama. Jadi mungkinkah..”
Cheo Yong dan rekannya berhasil menemukan mobil Choi Gyuhan namun tak menemukan Choi Gyuhan.
Cheo Yong menerima panggilan dari Sun Na, “Ahjussi ini aku. Kita tidak punya waktu jadi kau bisa memakanku nanti! Aku fikir aku tahu dimana yang Mansuk berada!”
Cheo Yong akan mengatakan sesuatu namun Sun Na sudah menutup telfonnya. Dia kemudian memberi tahu rekannya untuk munuju ke tempat Sun Woo.
Choi Gyuhan dalam keadaan terlanjang dengan kaki dan tangannya terikat dan wajahnya sudah penuh dengan memar dan lebam. Yang Mansuk menghampirinya dan meletakkan beberapa suntikan disamping dia dan Choi Gyuhan, “Kau tahu hari ini hari apa? Ini hari anakku Jisoo dibunuh. Dengan tanganmu.. sangat kesakitan. Hari dimana dia berlumuran darah. Kau sudah lupa?”
Mansuk berdiri dan menyuntik leher Gyuhan. Gyuhan berteriak kesakitan.
Gyuhan dengan susah payah kembali duduk dibangkunya, “Jangan khawatir, ini tidak akan membunuhmu. Tapi kau akan mati secara perlahan dan menyakitkan. Itu hari yang sangat dingin.. Dan ditempat dingin seperti ini, dia mati. Sendirian.. Kesakitan.. Dia mati.. ANAKKU! Jangan terlalu sedih. Setelah aku membunuhmu. Aku akan menyusulmu. Setelah itu. Ayo bertemu di neraka.”
Mansuk menyiapkan suntikan yang kedua dan berdiri bersiap menyuntikkannya. Gyuhan menangis ketakutan dan menyesal. Dia meminta maaf dan memohon tidak dibunuh. Saat dia akan menancapkan suntikan itu ada suara yang menghentikannya.
Yang Mansuk heran karena Sun Na dapat menemukan keberadaannya. Sun Na mendekat perlahan dan mencoba menenangkan Mansuk. Mansuk memperingatkannya untuk mundur. Dia bersiap menancapkan kembali jarum suntik yang dipegangnya. Gedung bawah tanah bergetar sehingga Mansuk tak jadi menyuntiknya.
Sun Na melihat kehadiran Yang Jisoo yang melihat ayahnya (Yang Mansuk) dengan sedih. Gyuhan juga melihatnya. Mansuk tak memepercayai ucapan Gyuhan, namun Sun Na membenarkan bahwa Jisoo ada disana.
Jisoo menatap Sun Na meminta pertolongan. Sun Na menutup kedua matanya dan menyampaikan pesan Jisoo untuk Mansuk (ayahnya), “Hari itu, diulang tahunmu.. Ada sesuatu yang ingin dia sampaikan padamu. Kuas yang kau belikan untuknya.. Dia tidak membuangnya sama sekali. Seni.. Dia berfikir untuk melanjutkan seninya.”
Mansuk terperangah mendengarnya. Dia terus memanggila nama anaknya dan mencoba mencari keberadaannya.
Flashback:
Di Club, Jisoo menghubungi ayahnya, “Ayah, ini Jisoo.. Selamat ulang tahun ya. Maafkan aku memarahimu waktu itu.. Dan aku ingin mengatakan padamu secara langsung. Aku benar-benar minta maaf sebelumnya. Aku tidak mau mengecewakanmu lagi, ayah. Dan juga, aku..”
Belum selesai Jisoo bicara tiba-tiba Kim Taemin (teman Dongwoo) datang dan memaksanya untuk ikut dengannya. Dia membawa Jisoo kehadapan Choi Gyuhan, Cho Byungwoo dan Park Hyungcul. Jisoo mencoba untuk pergi namun ditahan oleh Byungwoo yang memberikan uang kepada Taemin.
Mereka bertiga membawa Jisoo ke gedung bawah tanah. Menyiksanya dan menikmati tubuhnya bergantian hingga Jisoo tak berdaya. Air mata Jisoo mengalir deras tak tertahan.
Mereka meninggalkan Jisoo ditempat yang dingin, yang merasakan kesakitan, dan sendirian. Dia berusaha keras menggunakan sisa tenaganya untuk mengambil ponselnya yang sudah rusak hingga tangannya berlumuran darah namun tak dapat menggapainya. “Ayah.. Aku minta maaf tidak mendengarkanmu.” Jisoo menutup matanya untuk selamanya.
Flashback End.
Sun Na masih melanjutkan menyampaikan pesan dari Jisoo dengan mata berkaca-kaca, “Dia bilang ini bukan salahmu. Dia bilang dia dihukum karena pergi malam hari. Karena tidak mendengarkanmu. Dia bilang semua ini adalah salahnya.”
Mansuk yang mendengar ucapan Jisoo melalui Sun Na juga tak dapat menahan air matanya dan terus mencoba mencari keberadaan Jisoo, “Tidak, tidak Jisoo! Kau sama sekali tidak salah Jisoo. Ayah.. Sangat ingin bertemu denganmu sekali lagi. Bahkan didalam mimpi aku sangat ingin.. Sangat keras.. aku berdoa sangat keras untuk bertemu denganmu.. Anakku.. Kau pasti sangat kedinginan.. Kau pasti sangat kesakitan.. Jisoo..”
Jisoo yang mendengar harapan ayahnya menangis sesenggukan. Dia menatap Sun Na. Sun Na pun menyampaikan pesannya, “Dia bilang dia baik-baik saja sekarang.. Sekarang dia telah bertemu denganmu.. Dia ingin memberitahumu sesuatu.. Dia bilang dia sangat bangga pada ayahnya lebih dari apapun yang ada didunia ini. Dia ingin tumbuh dan menjadi orang tua yang baik seperti ayahnya.”
Mansuk menangis semakin keras, “Jisoo.. Maafkan aku.. Maafkan aku tidak bisa melindungimu.. Jisoo.. Jisoo.. Jisoo..”
Merasa apa yang ingin dia sampaikan kini telah tersampaikan ke ayahnya. Bayangan Jisoo mulai memudar, menatap ayahnya kemudian lenyap.
Cheo Yong datang bersama dengan yang lainnya. Awalnya mereka menodongkan senjata. Karena situasi tidak membahayakan, Cheo Yong meminta yang lain menurunkan senjatanya.
Mansuk menjatuhkan suntikannya. Dia jatuh terduduk dan terus memanggil nama anaknya, Jisoo. Cheo Yong menatapnya sedih begitu pula Sun Na.
Setelah beberapa minggu Jong Hyun mencari informasi, kini dia datang ke kantor dengan riang. Di dekat lokasi kejadian orang yang mati karena dipatahkan lehernya tanpa luka, pelakunya terekam kamera CCTV. Na Yeong yang ikut melihatnya teerkejut dan langsung terduduk.
Cheo Yong datang, dia terkejut melihat Na Yeong yang menangis terduduk. Dia terkejut saat melihat apa yang ada ditangan Jong Hyun. Dia merebut rekaman CCTV yang ada ditangan Jong Hyun, dia gemetar saat mengamati rekaman CCTV itu. Orang yang ingin dia bunuh sudah mulai menampakkan dirinya.
Isi sinopsis ini dibuat sendiri oleh saya.
Komentar:
Aku sengaja memposting banyak gambar, karena setiap adegan di episode ini sangat sayang dtinggalkan. Nonton episode ini benar-benar miris. Menurutku tindakan yang paling kejam adalah di episode ini. Mau nulis sinopsisnya rasanya tak sanggup menuliskan mendetailnya. Bener-bener deh...
Mendengar harapan Mansuk yang tulus benar-benar tak dapat menahan air mataku.. Oke, cukup basa-basinya, langsung saja kita petik hikmah dari cerita di episode ini.
Di dunia ini masih banyak sekali praktek bahwa uanglah yang berkuasa. Memang benar. Bahkan dinegara kitapun tak jauh beda. Akankah seterusnya seperti ini? Akankah uang lebih berkuasa dari pada hukum? Akankah keadilan tidak ditegakkan?
Jika masih seperti itu, tentu tidak akan ada orang yang percaya kepada hukum seperti Yang Mansuk, sehingga dia membunuh orang yang telah merenggut kesucian putrinya, bahkan menganiayayanya sampai mati. Meskipun dikatakan bahwa hukumlah yang akan menangani, jika hukum bisa diatur dengan uang, tentu dia tidak akan percaya kepada hukum lagi.
Dan readers. Apakah Indonesia seterusnya akan seperti itu? Itu semua tergantung kepada kita. Bagaimana kita menegakkan keadilan. Bagaimana kita mendidik adik-adik dan putra-putri kita. Apakah kita didik dengan baik atau sebaliknya.
Drama ini adalah salah satu contohnya. Choi Gyuhan menjadi orang yang seperti itu (suka bermain wanita, merendahkan orang lain, melakukan apapun yang dia mau dengan uang) adalah buah dari didikan ayahnya yang juga selalu melakukan sesuatu dengan uangnya. Dia selalu menganggap bahwa uanglah yang berkuasa. Bahkan hukum pun dia taklukkan dengan uang.
NOTE: Untuk sinopsis Episode 9 aku belum tahu mau posting kapan. Karena subtitlenya juga belum keluar. Dan selama menunggu subtitlenya aku juga belum tahu mau buat sinopsis apa lagi untuk projectku selanjutnya. Mungkin ada yang punya saran?