Penulis: Sally Diandra
Jalal akhirnya ditempatkan di kamar VVIP sesuai dengan jabatannya sebagai ahli waris pemegang saham terbesar sebuah perusahaan yang bergerak dibeberapa bidang dengan induk perusahaan ‘Humayun Group’ dimana Jalal berperan sebagai arsitek salah satu perusahaan property ayahnya. Malam itu, Jalal gelisah... entah mengapa bayangan Jodha dengan matanya yang bulat dan senyum dibibir mungilnya yang mempesona membuat Jalal tidak bisa memejamkan mata, padahal bisa dibilang Jalal telah bertemu dengan ratusan wanita dari dalam dan luar negeri, namun belum ada yang bisa membuat Jalal gelisah seperti ini, Jalal ingin sekali bertemu dengan Jodha paling tidak melihat senyumnya saja Jalal sudah puas.
“Kamu tidak tidur, kak?” suara Mirza adik Jalal yang menemaninya malam itu dirumah sakit mengagetkan dirinya, Jalal hanya menggelengkan kepalanya lemah
“Aku belum ngantuk, Mirza... kalau kamu mau tidur, tidurlah...”
“Tidak, aku akan berjaga untuk kakak, siapa tau kakak membutuhkan sesuatu, apa ada yang bisa aku bantu, kak?” Jalal lalu menyuruh Mirza mendekat kearah wajahnya
“Bisakah kamu bertanya pada suster jaga didepan, untuk meminta suster Jodha yang tugas ruang operasi untuk bertemu denganku?” pinta Jalal, Mirza langsung tersenyum mendengar permintaan kakaknya.
“Apakah dia akan menjadi koleksimu juga, kak?” goda Mirza sambil tersenyum riang “Mirza!!! tutup mulutmu!” Jalal langsung membelalakkan matanya yang tajam ke Mirza “Sudahlah, kak... aku tahu bagaimana kamu, kamu tidak pernah puas kan dengan seorang wanita”
“Mirzaaaa...!!! oke aku akui aku memang tidak pernah puas dengan wanita, itu karena mereka tidak bisa membuatku jatuh cinta, rasanya tidak ada chemistry yang klik dengan mereka, heii... kamu percaya cinta pada pandangan pertama?” Mirza semakin tertarik dengan pembicaraan bersama kakaknya
“Jadi kakak percaya... jatuh cinta pada pandangan pertama itu ada?” tanya Mirza penasaran, “Exactly! aku percaya Mirza dan aku sudah mengalaminya, dia beda daripada wanita manapun yang pernah aku kencani, kamu tau... dadaku berdegup sangat kencang ketika aku pertama kali melihat dirinya, apakah kamu pernah mengalami hal semacam itu Mirza?” Mirza hanya menggelengkan kepalanya.
“Lalu apakah suster itu yang telah membuat jantungmu berdegup kencang ketika pertama kali kalian bertemu?” goda Mirza, Jalal langsung menganggukkan kepalanya mantap. “Oke, kalau begitu aku akan tanyakan pada suster jaga kapan kita bisa bertemu dengan bidadarimu itu!” Jalal langsung tersenyum senang, sementara Mirza langsung keluar kamar menuju tempat suster jaga. Sekembalinya dari tempat suster jaga, Mirza terlihat gelisah, Jalal sangat penasaran menunggu kabar dari Mirza
“Bagaimana Mirza??” Jalal sangat penasaran dengan berita yang dibawa Mirza adiknya “Kakak, menurut suster jaga, suster yang tugas diruang OK ruang operasi tidak bisa keluar seenaknya dari ruang operasi kecuali kalau jam istirahat atau tugas jaganya berakhir jadi kalau kamu ingin bertemu dengannya lebih baik besok saja pada saat jam makan siang” Jalal hanya mengernyitkan dahinya
“Lalu bagaimana caranya aku bisa bertemu dengannya? sementara aku terjebak disini dengan infuse ini?” tanya Jalal dengan nada marah “Tenang, kak... tenang, calm down, menurut mereka besok infusmu sudah bisa dilepas karena bisa jadi besok atau lusa kamu sudah bisa pulang” Mirza berusaha menenangkan kakaknya yang kadang sifat temperamentalnya keluar tidak terkendali.
Keesokan harinya, ketika Jalal bangun dari tidurnya, Jalal segera meminta Mirza untuk mencari Jodha diruang operasi, Mirzapun menurut bergegas dia mencari dimana Jodha berada dan ketika sampai diruang operasi, Mirza langsung mengetuk pintu utama ruang operasi, tak berapa lama kemudian keluarlah seorang perawat berseragam hijau tosca “Cantik juga, apakah dia Jodha?” tapi begitu dilihatnya bed namanya bukan Jodha melainkan Rukayah, Mirza sedikit kecewa.
Yaaa... ada yang bisa saya bantu?” perawat yang bernama Rukayah itu mulai menyapa Mirza
“Maaf, saya hanya ingin bertanya... apakah saya bisa bertemu dengan suster Jodha?” tanya Mirza, “Jodha??? anda siapa?” Rukayah mulai penasaran, “Saya Mirza, saya adik pasien yang kemarin operasi usus buntu disini, namanya tuan Jalal” Rukayah langsung menganggukkan kelapanya
“Tunggu sebentar” ujar Rukayah sambil menutup kembali pintu utama tersebut, sementara Mirza berharap harap cemas, semoga saja Jodha ada saat ini dan tak lama kemudian keluar perawat lain dari balik pintu utama ruang operasi, ketika dilihatnya bed nama yang terpampang didada sebelah kanannya ‘Jodha’ , Mirza langsung bernafas lega “Akhirnya ketemu juga, pantas saja kak Jalal tergila gila pada suster ini, selain cantik, badannya juga tinggi, dengan sanggul cepol yang menghiasi mahkotanya, dia memang terlihat sangat keibuan dan kulitnya bersih sekali, kelihatan kalau dia sangat menjaga kesehatannya” bathin Mirza dalam hati mengagumi kecantikan Jodha yang luar dalam.
“Maaf , anda ingin bertemu dengan saya? ada apa?” Jodha merasa heran karena pagi pagi begini ada yang mencari dirinya
“Kenalkan nama saya Mirza, saya adik Jalalludin yang kemarin operasi usus buntu disini” Mirza mencoba menerangkan ke Jodha, “Maksud kamu Jalal ya? lalu ada apa? apakah ada keluhan?” tanya Jodha dengan lembut, “Tidak , tidak, tidak... everything is fine, semuanya baik baik saja, kakak saya tidak apa apa” Mirza mulai salah tingkah didepan Jodha, “Lalu...???” , “Kak Jalal ingin bertemu dengan kamu, apakah bisa bertemu pas jam makan siang nanti?” sesaat Jodha tersentak kaget “Bertemu? pas jam makan siang???” ujar Jodha lalu lama Jodha terdiam, sementara Mirza sangat berharap sekali Jodha mau memenuhi keinginan kakaknya “Baiklah... tapi maaf aku tidak bisa menemui kakakmu dikamarnya, tanpa ada urusan yang berkaitan dengan pekerjaan, rasanya kurang etis dan tidak enak untuk kesana...” , “Oh iyaa , iya aku bisa mengerti, bagaimana kalau kita ketemu ditaman belakang?” pinta Mirza dengan amat sangat, Jodha cuma menghela nafas dalamnya “Baiklah.., tapi aku tidak bisa lama lama menemuinya, aku masih punya banyak pekerjaan” , “Oke! got it! nanti jam 12 siang kami tunggu disana, thank u” Jodha hanya mengangguk perlahan, sementara Mirza merasa sangat senang sekali dan setelah pamitan Mirzapun segera berlalu dari depan Jodha, Jodha hanya menggeleng gelengkan kepala lalu kembali masuk ke ruang operasi.
“Siapa dia Jo...?” Rukayah mulai penasaran dengan pengagum rahasia Jodha, “Dia adiknya tuan Jalal yang kemarin operasi usus buntu” ujar Jodha sambil menuju ke meja kerjanya, “Kok aku nggak tahu?” , “Kemarin kan kamu off” , “Lalu, mau apa dia tadi?” Rukayah terus memburu pertanyaan ke Jodha, dari dulu ketika mereka sekolah di sekolah kejuruan perawat, Rukayah memang selalu ingin tahu laki laki yang seperti apa yang suka mendekati Jodha, karena bagaimanapun juga walaupun dirinya tidak kalah cantik dibandingkan Jodha, tapi kebanyakan laki laki itu selalu berebut mencari perhatian Jodha, hal inilah yang membuatnya selalu cemburu dengan Jodha karena Jodha selalu menjadi pusat perhatian para pria, padahal menurut Rukayah bila dilihat dari sudut materi Rukayah lebih kaya ketimbang Jodha tapi anehnya selalu Jodha yang dipilih bukan dirinya. Dan kali ini kembali Rukayah ingin tahu siapa laki laki yang nekat ingin bertemu dengan Jodha.
“Dia ngajak ketemuan nanti pas jam makan siang” , “Aku ikut yaaa...” sesaat Jodha terdiam kemudian dia menganggukkan kepala.
Tepat jam 12 siang, Jalal sudah berada ditaman yang letaknya ada dibelakang rumah sakit, taman yang asri yang dipenuhi dengan pohon pohon rindang dan hijau serta bunga beraneka warna membuat taman tersebut semakin menarik apalagi dihiasi dengan bangku bangku kuno dan lampu taman yang cantik, setiap orang yang berada disini langsung bisa merasa nyaman dan betah, sama seperti Jalal yang saat itu datang kesana dengan kursi rodanya yang didorong oleh Mirza adiknya, dirinya langsung merasa nyaman ditaman tersebut. Saat itu jam 12 lewat 5 menit, Jalal mulai gelisah karena dirinya terbiasa in time atau datang sebelum waktu yang ditentukan, namun tak berapa lama kemudian dari arah samping, Jalal bisa melihat sosok Jodha datang menghampirinya bersama salah satu temannya yang juga perawat
“Maaf, aku terlambat...” ujar Jodha, “Tidak, kamu tidak terlambat, akunya aja yang datang terlalu cepat” kata Jalal sambil tersenyum senang akhirnya bisa bertemu dengan Jodha lagi “Maaf, aku nggak bisa lama lama menemui kamu karena aku harus segera makan siang dan siang ini setelah makan siang ada operasi lagi” Jodha merasa tidak enak dengan Jalal,
“Tidak apa apa, aku bisa mengerti, bisa ketemu sama kamu sebentar saja, aku sudah sangat bersyukur” ,
“Oh iya... kenalkan namaku Rukayah” tanpa ditanya tiba tiba Rukayah menyela pembicaraan mereka sambil menyodorkan tangannya untuk berjabat tangan, sesaat Jalal terdiam lalu menyambut uluran tangan Rukayah “Ini temanku... Rukayah” kata Jodha, Jalal hanya tersenyum memandang Jodha “Aku punya sesuatu untukmu” lalu Jalal memberikan sebuah kotak kecil yang sedari tadi dibawa oleh Mirza lalu memberikannya ke Jodha, “Terima kasih, sebenarnya tidak perlu repot repot seperti ini karena ini adalah... “Jalal langsung memegang lengan Jodha“ , “Aku tidak merasa repot, aku memang ingin memberikannya ke kamu, aku harap kamu menyukainya dan besok mungkin aku akan pulang jadi kalau kamu tidak keberatan, bisakah aku tau nomer telfon atau alamat rumahmu?” sesaat Jodha terdiam lalu dikeluarkannya notes kecil dan ballpoint dari saku seragamnya, lalu ditulisnya nomer handphone pribadinya dan diserahkannya ke Jalal “Selamat jalan, semoga kamu selalu sehat” ujar Jodha, “Tapi aku masih boleh menemui kamu kan?” pinta Jalal dengan wajah mengiba, Jodha hanya tersenyum “Aku harus pergi, tugasku masih banyak, selamat siang... “ Jodha segera berlalu dari hadapan Jalal, Jalal masih terus memandangi Jodha yang sudah berjalan menjauh, Jalal merasa Jodha penuh dengan misteri… Bersambung ke Part 3