Malam ini hujan kembali mengguyur ibukota Jakarta. Dengan
segala kepadatan aktivitasnya tetap saja beberapa orang di luar sana masih
setia menerjang air langit berteman payung ataupun jas hujan, kecuali para
pengemudi mobil. Bisa dipastikan, di beberapa titik ruas jalan sudah tergenang
air. Atau luapan kali ciliwung menaik, karena tersendat sampah ulah manusia tak
bertanggung jawab.
Jo yang akhir-akhir ini bosan terus berdiam diri di
apartemen, sangat senang saat Jalal memberitahunya bahwa akan pergi ke tempat
yang cukup jauh. “Dia tahu saja kegundahan hatiku. Hahaha”gumamannya dengan
volume sekecil mungkin. Walaupun tidak ada siapapun di sekitar situ, tetap saja
Jo akan merasa malu jika ada yang menguping pembicaraannya ini.
Beberapa detik kemudian
.
.
.
“Aduh Jo, sadar dong. Kamu ngapain sih mikirin dia, Jalal
ngajak kamu jalan tuh sebagai bentuk persahabatan kalian yang sudah terjalin 6
bulan terakhir.”alam sadarnya kembali bangun.
Karena cuaca di luar yang cukup dingin ia beranjak dari
sofa dan mengambil remot mengecilkan suhu AC ruangannya. Setelah itu, Jo
bergegas ke dapur dan membuat secangkir kopi hangat.
Jodha masih bingung akan mengajak siapa untuk perjalanan
panjangnya kali ini “Siapa yang kira-kira cocok aku ajak?.........Ah iya,
kenapa gak si gadis bawel itu aja. Kan waktu itu aku udah janji mau ajak dia
jalan…….Tapi gak ah, nanti Ulfah malah bertanya kelewat batas lagi tentang
Jalal, kan selama ini aku belum memberi tahu dia.”batinnya berkecamuk seraya
mengaduk kopi.
(Tuttt…..tuttt…..tuttt….)
Ulfah :“Halo…ini Jodha
kan?”sahut suara di seberang sana setelah terangkat.
Jodha :“Iya Fah,
emang kenapa sih kok bertanya seperti itu?”Jo balik bertanya.
Ulfah :“Habisnya
udah lama kamu gak nelpon aku, dan soal janjimu itu akan berkunjung ke Jogya,
gimana?”
Jodha :”Kayaknya
baru 4 hari terakhir deh kita gak nelpon. Oh kalau itu aku belum sempat Fah,
tapi aku akan merealisasikan janjiku yang lain padamu.”
Ulfah :”Menurut aku
itu sudah lama Jodha Ardani. Apa? Kamu punya kekasih baru?”tanya Ulfah
penasaran.
Jodha :”Ngaco kamu,
aku gak pernah janji seperti itu ya. Yang ingin aku katakan adalah……”
Ulfah :”Apaan Jo,
cepetan dong jangan buat aku penasaran.”
Jodha :”Mau ajak
kamu berlibur ke Bangka Belitung, segeralah bersiap-siap ke Jakarta karena kita
akan berangkat 3 hari mendatang.”
Ulfah :”Hore…..baiklah.
Aku gak mau melewatkan kesempatan emas ini Hehehe.”jawabnya riang bak anak
kecil mendapat mainan baru.
(Bip…..sambungan terputus)
H-1 sebelum kepergian,,,
Kalian tahu? Ulfah telah sampai di Jakarta kemarin, saat aku
memberitahunya ia langsung memesan tiket dan merapihkan barang. 1 koper penuh
telah dibawa dan dipersiapkannya, walau kuakui koper itu kecil tidak terlalu
besar seperti milik kebanyakan orang.
“Jadi gimana Jo, kita mau pergi sama siapa? Dari kemarin
aku tanya gak di jawab”tanya Ulfah selepas mandi dan mendekatiku di meja kerja.
“Kemarin Jalal ngajakain jalan ke Bangka Belitung, karena
dia tahu aku suka banget travelling.”jawab Jo spontan. “Aduh, kok aku bisa
keceplosan nyebut nama Jalal di depan Ulfah. Bisa-bisa dia berlanjut nanya ke
arah lain nih.”Jo merutuki dirinya.
“Jalal? Sepertinya nama itu gak asing di pendengaranku
deh?
“Emang iya…..”
“Oh iya aku ingat, bukannya dia penyanyi terkenal itu ya?
Jalal Zavier kan Jo?”
“Iya.”jawab Jo malas.
“Oh jadi kamu lagi dekat sama dia, sejak kapan? Kenapa
gak ngasih tau aku?”
“Kita cuman teman aja kok, gak lebih. Kira-kira 6 bulan
terakhir, untuk apa ngasih tau kamu?”
“Yakin cuman teman? 6 bulan itu udah lama Jo, ya untuk
memperbarui informasi aku tentang kamu lah.”
“Udahlah Fah, aku mau keluar dulu membeli makan.
Daaa…..”jawab Jo menghindar dari berbagai macam pertanyaan Ulfah menuju pintu
apartemen.
***
Hari ini mereka akan berangkat menggunakan mobil, tidak
berdua tapi berempat. Ya, Jo mengajak Ulfah dan Jalal mengajak Fikri. Mereka
sama-sama menyetujui pergi menggunakan mobil daripada pesawat, walaupun memakan
waktu yang cukup lama dan melelahkan setidaknya mereka bisa bergantian
mengemudi.
Perbekalan selama di jalan telah disiapkan dan
masing-masing membawa tas koper berukuran sedang, mengingat mereka akan cukup
lama disana. Kotak P3K dan perkakas sudah Jalal siapkan. Mereka berangkat
menggunakan salah satu mobil Jalal, selama perjalanan Jalal dan Fikri
bergantian mengemudi. Tidak ada keluhan dari mereka berdua, padahal Jodha
maupun Ulfah sudah menawarkan diri untuk berganti menjalankan mobil, tapi
karena tingkat kelelakiannya tertantang mereka menolak keras untuk menerima
tawara kedua gadis cantik itu.
Mereka telah menempuh setengah perjalanan, karena
perbekalan sudah habis mobil pun berhenti di sebuah rumah makan daerah Lampung.
Mereka sangat menikmati dan terlihat sangat akrab, bahkan Ulfah dan Fikri pun
tidak canggung seperti pertama bertemu beberapa waktu lalu. Dan untuk makan siang
kali ini menu yang di pesan adalah ayam bakar dan segelas es kelapa.
“Asik juga ya, sesekali melakukan perjalanan jauh seperti
ini menggunakan mobil. Besok-besok boleh juga seperti ini lagi”ucap Jodha.
“Tenang aja, kalo ada aku disini semua bisa direncanakan dengan
baik”sombong Jalal.
“Ih Jodha ngode tuh ke Jalal biar bisa diajak jalan lagi.
Hahaha”Ulfah kembali meledek Jo.
“Apaan sih Fah, kan aku cuman bilang begitu. Gak ada
maksud lain kok…”
“Tenang Jo, gak masalah. Aku juga mendukung niatan baik
kamu, boleh lah besok-besok jalan kayak gini lagi”sanggah Ulfah.
“Tenang Fah, semua bisa diatur sama temanku ini, ya kan
Jalal”sambung Fikri.
28 jam melakukan perjalanan, akhirnya mereka sampai di
Pulau Bangka Belitung, dan menempati cottage sederhana yang memiliki 2 kamar
tidur, sebuah dapur, ruang tamu berisi sofa dan TV berada tidak jauh dari Pantai Parai Tenggiri.
Semua terlelap, dan mengistirahatkan tubuh yang terasa sangat penat.
Sore menjelang, setelah selesai merapihkan barang bawaan,
masing-masing mandi bergantian dan membalut tubuh mereka dengan pakaian santai.
Jalal mengajak mereka ke Pantai Parai Tenggiri hari ini, karena jarak yang
tidak jauh mereka memutuskan berjalan kaki kesana.
“Akhirnya sampai juga, indah ya pantainya. Belum
tersentuh tangan jahil manusia tidak bertanggung jawab”ucap Jo.
“Iya”jawab mereka bersamaan.
“Jo balapan yuk. Siapa cepat ke ujung batu karang sana dia
yang menang” ucap Ulfah dan langsung lari setelah menyelesaikan ucapannya.
“Hei kau curang Fah” teriak Jo dan langsung mengejar
Ulfah.
“Heh,,,heh,,heh”nafas Jo tersengal-sengal dan baru datang
melihat Ulfah yang sedang duduk diatas batu karang.
“Kamu payah komandan baru gitu aja kalah sama aku, waktu
pelatihan kamu selalu menang dan akhirnya sekarang aku bisa mengalahkanmu Hahaha”
bangga Ulfah dengan sombongnya.
“Ssstt Fah, jangan teriak-teriak gitu. Nanti kalau Fiqri
sama Jalal dengar bagaimana?”kata Jodha “Kamu menang dengan kecurangan, jangan
lupa itu Fah”lanjutnya.
“Husss diam karena aku yang menang sekarang kamu harus
ikutin perintahku, sekarang tutup mata kamu pakai ini, dan ikuti aku”ucap Ulfah
sambil memberi kain kepada Jodha.
“Mau kemana Fah, buat apa tutup mata segala. Oh iya,
Jalal sama Fikri ketinggalan tuh. Kita susul mereka dulu yo?”
“Udah gak usah banyak ngomong, sekarang tutup mata kamu
terus ikuti langkah aku!”seru Ulfah.
Ulfah mengajak Jodha ke suatu tempat di dekat pantai
berjarak sekitar 6 meter dari tempat tadi, tapi tetap berada di pinggir pantai
dengan angin sepoy-nya yang bertiup dan kejaran ombak yang semakin meninggi di
sore hari. Dan perlahan Ulfah membuka kain hitam yang menutupi mata Jodha. Ia
menutup mulutnya sambil membaca tulisan pasir yang disusun secara rapih lengkap
dengan lilin kecil disekelilingnya “I LOVE JODHA”. Ulfah menyiapkan handycam
nya untuk mengabadikan semua moment ini. Tak berselang lama terdengar suara
merdu Jalal sambil memainkan gitar diiringi Fikri yang serasi memencet keyboard
melantunkan lagu Sempurna by Andra and The Backbone.
Kau begitu sempura.
Dimataku kau begitu indah.
Kau membuat diriku akan selalu memujamu.
Disetiap langkahku, ku kan selalu memikirkan dirimu.
Tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa cintamu.
Janganlah kau tinggalkan diriku, takkan mampu menghadapi
semua.
Hanya bersamamu ku akan bisa.
Kau adalah darahku, Kau adalah jantungku.
Kau adalah hidupku lengkapi diriku.
Oh sayang ku kau begitu SEMPURNA.
Tak terasa lagu pun telah berakhir, Jodha menitikan air
matanya karena terharu mendapat semua kejutan ini. Dan ia masih bertanya-tanya
apa maksud dari kejutan yang Jalal & Fikri beri.
Jodha tak tahu mengapa ia bisa se-terharu ini, yang Jo
ingat saat SMA dulu pernah ada laki-laki nekat menyatakan perasaannya dan
memberi Jo seikat bunga mawar serta coklat. Jo bingung kenapa laki-laki itu sangat
berani untuk mengungkapkan perasaannya kepada Jo walau sebelumnya ia pernah
menolak mentah saat laki-laki itu mengajaknya berkenalan.
Tak ada perasaan gembira apalagi terharu malah Jo kesal
dan memarahi laki-laki itu. Jo tahu laki-laki itu pasti sangat terluka saat ia
menolaknya tergambar jelas saat Jo melihat manik mata yang yang menyatakan
bahwa “aku terluka”. Tapi apa daya, Jo takut laki-laki itu hanya semakin
terluka saat ia bersamanya nanti. Seingat Jo laki-laki itu sekarang telah
memiliki kekasih malah terakhir kali saat Jo akan kembali ke Indonesia lelaki
itu akan melamar gadisnya, jangan berfikir bahwa Jo menguntitnya sehingga tahu
kabar itu.
Ia tahu dari teman yang selalu mengabari segala hal
tentang laki-laki itu, Jo tak tahu mengapa temannya merasa Jo harus tahu
seluruh kondisi itu setelah ia menolaknya. Mungkin temannya hanya kasihan pada
laki-laki itu. Setidaknya Jo senang, Jo meninggalkan laki-laki itu tidak dalam
keadaan terpuruk. Dan kemungkinan sekarang mereka telah menikah.
Jo tak mau dianggap naif, walau ia terlihat seperti (kalian
bisa menyebutnya agak tomboy) tapi untuk pertama kalinya Jo terharu saat Jalal
melamarnya. Jo fikir, ia tak kan jatuh cinta lagi. Jo tak tahu kapan Ia jatuh
cinta sebelum ini tapi ternyatanya pendapat Jo salah. Jo baru menyadari
akhir-akhir ini bahwa Ia mencintai pria dengan segala perhatian yang Jalal
berikan padanya. Jo merasa bahwa ia pernah mendapat perhatian yang sama, yang
Jo tak ingat kapan dan siapa orang itu.
Tak hanya itu, setelah bernyanyi Jalal mendekat ke
arahnya dan kembali berucap dengan sedikit keras.
“Jodha maukah kau menemani setiap langkahku. Ada di
setiap tarikan nafasku. Berdetak bersama jantungku. Menopang saat ku tak
sanggup menghadapi dunia. Menjadi sandaran saat ku lelah. Menyinariku saat
gelap. Menemani Pluto yang tak dianggap planet tapi selalu orbit mengitari
matahari, hidup berdampingan dengan planet yang sama-sama diciptakan Tuhan
melengkapi Tata Surya.”Jalal berkata sambil duduk menahan kakinya dan membawa sebuket
bunga serta cincin.
“Jalal sejak kapan kau bisa merangkai kata puitis seperti
itu ”ucap Jo meledek Jalal.
“Jo aku minta untuk kali ini kau serius. Aku dengan susah
payah menyiapkan semua ini dan kini kau meledekku. Ayolah jawab pertanyaanku saja
Jo” jawab Jalal memelas.
“Kalau aku tak mau, apa yang akan kau lakukan?” Jo
menantang Jalal.
“Aku akan memaksamu untuk menikah bersama ku. Kita pergi
ke suatu tempat yang hanya ada kita. Aku tidak peduli walau kau menolakku
sekalipun.”
“Aku tidak menerima penolakan Jo” tambah Jalal.
“Tapi, maafkan aku Jalal” Jo menarik Jalal agar berdiri
sejajar bersamanya dan melepaskan genggaman tanganya dari Jalal.
“Jo” Jalal mulai cemas.
Ia merutuki dirinya kenapa bisa secepat ini untuk melamar
gadisnya. Jalal tahu betul bahwa Jo sering membuat laki-laki patah hati dari
Ulfah. Bagaimana jika Jo menolakku. Batin Jalal saling beradu.
(sumber gambar : google)