“Tentu, kau pantas menjadi seorang ibu dengan Nada di
gendonganmu”
“Tentu, aku kan seorang ibu” kata Jo balik menatap Jalal
dengan keseriusan.
Jalal terkejut, benarkah ini semua? Wanita yang ia cari
selama ini telah menikah dan menjadi seorang ibu. Pastilah Jo bahagia “Oh
maafkan aku, aku kira kau belum”
“Apanya?”
“Kau seorang ibu” kata Jalal.
Jo menahan senyum melihat wajah Jalal yang kaget
bercampur bingung, laki-laki itu sangat menggemaskan sama halnya dengan anak
panti “Maksudku, aku kan seorang ibu dari anak-anakku kelak” kata Jo “Kau salah
paham Hahaha” tanpa sadar Jo tertawa di depan laki-laki yang baru dikenalinya
kemarin.
***
Author POV
Setelah kebersamaan mereka di panti waktu itu, hubungan
Jalal dan Jodha semakin dekat, mereka menjadi sering bertemu dan sifat angkuh
Jo lama kelamaan mulai menghilang. Tanpa Jo sadari saat berada didekat Jalal,
ia merasa damai. Perasaan yang sangat berbeda jika dekat dengan pria lain.
Hari terus berlalu, kedekatan mereka kini memang tidak
diragukan lagi. Bahkan beberapa media telah menyorot kedekatannya, tak jarang juga
mereka menjadi cover beberapa majalah yang membahas kedekatan penyanyi terkenal
dengan seorang gadis cantik. Dan Jalal,
sampai saat ini, ia tak berani bertanya pada Jo tentang kepergiannya 7 tahun
silam serta membuka seluruh masa lalu yang ia alami. Jalal sudah cukup nyaman
dengan kebersamaan mereka saat ini. Biarlah sejenak seperti ini fikir Jalal.
Jo sebenarnya tidak suka ia menjadi sorotan publik.
Karena ia temasuk seorang yang tertutup. Ia paling malas berhubungan dengan
wartawan atau orang-orang yang sibuk mengurusi hidup orang lain.
Sampai saat Jalal datang mendatangi apartemen Jodha, ia
tidak mendapati Jo disana. Karena apartemennya tidak terkunci Jalal langsung
masuk kedalam dan menemukan Jo tertidur dengan wajah pucat dikamarnya.
“Jodha….”
“Jodha…”
“Ada apa denganmu?”
Jalal memanggil Jodha tapi ia tak menyahut. Ternyata Jo
pingsan sedangkan Jalal segera menekan nomor dan berbicara dengan nada panik.
“Nona Jodha kelelahan dan kekurangan cairan, mungkin ia
tak makan dari semalam. Dan bisa diperkirakan ia sedikit stres saya sarankan
agar Nona Jodha beristirahat beberapa hari untuk memulihkan keadaannya. Saya
permisi dulu Tn.Jalal” Ucap Dokter Shanty berusia hampir 50 tahun yang
menangani Jo sekaligus Dokter pribadi keluarga Jalal
***
Jalal kini duduk di samping Jo yang tengah berbaring.
Wajahnya begitu pucat, matanya sembab habis menangis. Jodha Ardani yang kuat dan
tangguh seolah pergi digantikan oleh Jodha yang sangat rapuh. Saat ini ia hanya
tampak seperti seorang perempuan yang membutuhkan bahu kokoh untuk berbagi
semua keluh kesahnya. Selama mengenal Jo, Jalal tak pernah menghadapi keluh
kesah gadis ini sedikitpun. Walau Jalal tahu di balik mata membunuhnya itu
tersimpan banyak kenangan yang Jalal tidak tahu apa itu.
Saat berjalan menuju kamar mandi, Jalal melihat meja
kerja Jodha. Diatasnya terdapat sebuah buku kecil tak terlalu tebal berwarna
hitam, ya benar saja dugaan Jalal ternyata ini buku diary gadisnya. Dengan
perasaan berkecamuk senang, sedih, penasaran Jalal memberanikan untuk membuka
buku tersebut. “Maafkan aku Jo sudah lancang dan tidak sopan membuka tulisan
pribadimu. Tapi ini semua murni kegundahan hatiku yang tidak tahu harus berbuat
apa” batinnya bimbang, saat tangannya sudah meraih buku dan hampir membukanya.
Lembar demi lembar ia buka.
Saat selembar tak jauh dari halaman pertama terdapat
tulisan yang mampu membuatnya bingung dengan peristiwa dan kata yang terpapar
di kertas putih itu.
Hati Jalal sangat sakit saat melihat tulisan Jo yang
membuka kenangan pahit masa lalunya.
Sabtu, 13 Februari (7 tahun silam)
Aku, Jodha Ardani yang disakiti cintanya dengan seorang
bahkan sebelum perasaannya terungkap. Sakit? Pasti itu kurasakan, bagaimana tidak.
Ia secara terang-terangan telah mempermainkan hatiku, menghianati persahabatan
kami. Dan menjatuhkanku dengan kata-kata yang tak pantas ia tulis di surat
terakhir itu. Aku bersumpah akan pergi menjauh dan memutuskan semua hubunganku
dengannya. Jika suatu saat aku bertemu lagi, aku akan menghindar, menjauh
darinya. Aku sangat membenci Pria itu, aku sangat membencimu Al.
Jodha Ardani
Jalal membaca tulisan itu dan merasa ada yang janggal
dengan kejadian yang diceritakan Jodha. Seingatnya surat terakhir yang
diberikan kepada Jo berisi undangan untuk datang melihat konsernya, tapi malam
itu Jalal kecewa karena Jo tidak meghadirinya.
Jalal segera menutup dan menaruh kembali buku itu,
setelah melihat Jo terbangun.
“Bagaimana keadaamu sekarang Jo, kenapa kau pingsan dan
matamu sembab”tanya Jalal.
“Ibu hiks hiks hiks”jerit Jo yang langsung memeluk Jalal.
“Ada apa dengan ibumu Jo, kenapa kamu tiba-tiba
menangis”sontak Jalal kaget melihat perlakuan manis Jodha.
“ Tadi malam ayah menelponku, kata beliau Ibu kecelakaan
saat pulang dari Panti Asuhan. Sekarang keadaannya kritis Jalal, Hiks hiks hiks.”jelas
Jo sambil menangis sesegukan menahan sesak di dadanya.
“Baiklah, dimana orangtuamu kini?”
“Mereka ada di Bandung, Jalal”
“Ayo kita pergi kesana, Bandung tidak terlalu jauh. Aku
bisa mengantarmu kesana, setelah tenang kau dapat kembali lagi kesini”tawaran
Jalal.
“Tapi…”
“Tapi apa? Bukankah kau ingin memastikan keadaan ibumu.
Ayolah Jo tidak usah sungkan denganku”ucap Jalal sambil menghapus air mata
Jodha.
***
Selama diperjalanan Jo Nampak merenung memandang keluar.
Tak tahu apa yang kini ia pikirkan. Sedangkan Jalal, pandangannya terus lurus
kedepan sambil sesekali melirik gadis di sebelahnya ini. Jalal memecah
keheningan dengan memulai pembicaraan.
“Jo, apa kau pusing? Jika iya, tidurlah sebentar aku akan
membangunkanmu setelah sampai di Bandung. Dokter menyuruhmu untuk beristirahat
beberapa hari. Perjalanan kita masih lumayan jauh”ucap Jalal sambil memutar
lagu kesukaannya didalam mobil.
“Ah iya Jalal, nanti saja. Aku sudah merasa baikan”
Jo menghayati setiap kalimat di lagu tersebut, tak lama
pun matanya telah terpejam dan tertidur. Jalal memandangi wajah gadis yang ia
rindukan ini. Ia senang Tuhan masih berbaik hati mengirim lagi gadis yang
teramat ia cintai.
“Jo, bangun kita
sudah sampai di daerah Bandung, sekarang katakan padaku dimana rumah sakit
tempat ibumu dirawat”tanya Jalal sambil mengguncang tubuh Jo yang belum juga
bangun.
“Iya sebentar.”suaranya serak khas orang bangun tidur. Jo
segera mengumpulkan kesadarannya dan titik fokus penglihatannya yang agak
mengabur.
“Ehmm…Ibu dirawat di RS.Permata, kau tahu dimana itu?” ucap
Jo dengan tangan memegang handphone untuk melihat SMS ayahnya tadi.
“Ya, kurasa aku tahu tempatnya”Jalal segera mengambil hanphone
di saku celananya dan memasang GPS untuk melacak keberadaan RS Permata.
Setelah 10 menit perjalanan Jo dan Jalal tiba di RS.Permata,
Jo langsung menuju resepsionis untuk menanyakan di kamar mana ibunya dirawat.
Ia berlari diikuti Jalal dibelakangnya.
“Ayah, bagaimana keadaan Ibu kini?”tanya Jo langsung
memeluk tubuh pria yang dianggap ayahnya.
“Ibumu telah melewati masa kritis nya, kini sudah berangsur-angsur
membaik, hanya saja kepulihannya belum kembali. Ayah belum bisa masuk kedalam
karena dokter sedang memeriksanya”
“Oh ya yah, kenalkan ini temanku Jalal”ucap Jo
memperkenalkan Jalal kepada ayahnya.
Tn.Zahid seperti memikirkan sesuatu, dan benar saja ia
mengenal pria yang ada di hadapannya. Ia masih hafal betul bagaimana wajah anak
temannya, yang membuat gadisnya terpuruk waktu itu.
“Kau, nak Al kan? Anak Tn. Zavier Winola dan Ny.Arum
Ningtyas?”tanya Tn.Zahid setelah melacak memori ingatannya.
“Iya Tuan tidak salah lagi, bagaimana mungkin kau masih
mengingatku sedangkan putrimu tidak mengenali diriku”tanya Jalal yang bingung
dengan sikap ayah dan anak didepannya ini.
“Ceritanya panjang nak “balas Tn Zahid pada Jalal.
“Saya baru mengerti apa yang Dokter katakan waktu itu”
batin Tn Zahid.
2 hari kemudian Ny.Farida diperbolehkan pulang oleh
Dokter tapi harus menjalani rawat jalan untuk memulihkan kondisinya.
Saat Jalal sedang melamun di teras belakang rumah Jo,
seseorang menepuk bahunya. Ya, semenjak Jalal menemani Jo ke Bandung untuk
menemui Ibunya. Jalal juga menginap disini.
“Al kau ingat bukan siapa aku?” Tn Zahid ayah Jo membuka
pembicaraan setelah duduk dan memberikan Jalal secangkir teh hangat mengingat
diluar keadaan cukup dingin.
“Iya Paman aku ingat bahkan sangat mengingatmu, kau ayah
Jodha Ardani sahabat lamaku yang tiba-tiba menghilang 7 tahun lalu” jawab
Jalal.
“Itu yang ingin aku katakan padamu nak.”
“Paman bagaimana bisa kalian tiba-tiba pergi tanpa sebab.
Aku bingung waktu itu Jo menghilang tanpa mengabariku sedikitpun. Aku juga
bingung apa salahku? Dan mengapa ia tak mengenaliku kini?” cecar Jalal dengan
penuh tanya.
“Jadi kau tak tahu kenapa gadisku meninggalkanmu baiklah
biarkan takdir yang berbicara Al suatu saat kau akan tahu. Yang jelas Jo
mengalami kecelakaan yang membuat ia kehilangan ingatannya” balas Tn Zahid
langsung meninggalkan Jalal yang penuh tanya dengan senyum misterius nya.
Berlalunya Tn.Zahid kedalam rumah dan digantikan
kehadiran seorang wanita cantik Ya, Jodha yang akhir-akhir memenuhi pikiranku.
“Hei Jalal, ngapain kamu disini”ucap Jo sambil duduk
disamping bangku Jalal.
“Ngga, lagi menghirup udara terbuka aja, udah lama ga
ngerasain ini karena kesibukanku. Tapi ada apa nih tiba-tiba kok kamu mucul”
“Huhh, dikira aku setan apa ya dibilang tiba-tiba
muncul.”
“HAHAHA, aku bercanda doang kali mana ada setan secantik
kamu”
“Ah kalo masalah ngerayu, emang kamu jagonya. Aku bosen
aja didalam, mumpung Ibu udah tidur aku kedepan deh”
Mereka berbincang sambil sesekali tertawa dengan lelucon
ala kadarnya hingga tak terasa jam telah menunjukkan pukul 23.00 WIB. Jo dan
Jalal memutuskan untuk masuk kedalam kamar masing-masing.
Setelah beberapa hari berada di rumah Jo, Jodha dan Jalal
memutuskan untuk pulang karena pekerjaan mereka masing–masing.
***
6 bulan kemudian
Berhubung jadwal manggung Jalal kosong, ia berniat
mengajak Jo traveling. Mereka sama-sama menyukai perjalanan untuk melihat
keindahan alam yang disediakan tanah kelahiranya ini sekaligus mecicipi kuliner
khas daerah tersebut.
Kini Jalal ada di apart Jo, sudah menjadi kebiasaannya
jika mempunyai waktu luang selalu datang hanya sekedar silaturahmi. Dan kali
ini ada maksud tersembunyi yang akan disampaikan Jalal.
“Jo, kamu ga ada kerjaan beberapa hari kedepan?”tanya
Jalal membuka pembicaraan.
“Ehhm..kayaknya ga ada deh, emangnya kenapa kok kamu
tiba-tiba nanya gituan”
“Ngga kok, aku cuman mau ngajak kamu traveling. Kamu suka
berpegiankan?”
“Ahh iya kebetulan banget, aku bosan terkurung di sini
Haha. Emangnya kita mau kemana?”
“Berlebihan kamu, emang ini di sel sampai terkurung. Dan
ya Bangka Belitung, daerah Sumatera”
“Apa? Coba kamu ulangin. Aku gak salah dengarkan?”
“AKU MAU NGAJAK KAMU KE BANGKA BELITUNG JODHA ARDANI,
kenapa sih harus kaget gitu”tanya Jalal mengeraskan suaranya.
“HAHAHA, aku mau banget. Sebenarnya aku udah lama ingin
kesana tapi waktu dan jarak yang gak pernah ngertiin aku wkwkwk”
“Yaudah, kalo gitu siapin keperluan kamu. Kita akan
berangkat 3 hari lagi, oh iya kamu boleh ajak 1 temen kamu buat ikut sama kita”
“Okelah Pak Bos, siap laksanakan”
Jalal hanya tersenyum melihat tingkah lucu gadisnya ini,
sebenarnya sudah beberapa kali Jalal mengajak Jo untuk menjadi kekasihnya tapi
Jo selalu menolaknya Jo bilang tidak ingin main-main dan hanya menerima yang
serius.
.
.
.
(sedikit demi sedikit masa lalu mereka terkuak)