Jalal segera turun dari atas panggung dan tak mau lagi
kehilangan gadisnya. Ia ingin mencercah gadis itu dengan semua tanya yang
selalu tersimpan di benaknya.
Apakah menurut kalian memendam semua kebingungan
dan ke-tidak tahuan selama bertahun-tahun menyenangkan? Oh sungguh sangat
menyiksa ditambah tanya itu tertunjuk pada seseorang yang sangat berarti.
Jodha baru saja akan keluar dari ruang tersebut menju
tempat dimana ia memakirkan mobilnya, saat tiba-tiba seseorang menarik
pergelangan tangannya lalu ia segera menoleh.
DEGHHH
“Laki laki itu lagi, siapa sebenarnya dia? Mengapa wajahnya
selalu muncul di dalam fikiranku. Apakah
aku mengenalnya? Oh kurasa tidak”pikiran Jo yang bingung dengan tingkah pria
dihadapannya ini.
“Oh maaf Nona jika sikapku lancang terhadapmu, bolehkah
aku berbicara sebentar?”tanya Jalal (“bagaimana caranya agar aku bisa mengenal
gadis ini dan membuktikan apakah benar dia gadisku, sahabat masa laluku Jodha
Ardani”).
“Ya, tetapi anda ini siapa ya? Apakah kita saling kenal
sebelumnya?”Jo balik bertanya dengan wajah datarnya.
“Oh Tuhan..dia tidak mengenaliku, apakah dia benar-benar
lupa denganku apa dia hanya berpura-pura menjauh dariku…Entahlah”batin Jalal.
“Ehmm, mungkin kita belum bertemu sebelumya, baiklah
kenalkan namaku Jalal Zavier”ucap Jalal sambil menjulurkan tangannya kearah
Jodha.
“Ahh ya, namaku Jodha Ardani”jawab cuek Jo tanpa membalas
uluran tangan Jalal.
“Apakah aku bisa bertemu denganmu besok, aku ingin
membicarakan hal yang penting denganmu”tawaran Jalal.
“Jika punya waktu luang, aku akan datang. Dimana?”
“Caffe Britanny, ini kartu namaku. Bila kau bisa silahkan
hubungi aku”
“Oke”Jo menjawab singkat sambil berlalu menuju tempat
parkir mobilnya tanpa mendengar jawaban Jalal.
***
Jalal memikirkan pertemuan pertama setelah 7 tahun
berpisah dengan gadisnya itu.Betapa senang Jalal saat menemukan kembali
sahabatnya. Ia tak boleh menyia-nyiakan kesempatan untuk dekat lagi bersama
Jodha sahabat lamanya.
“Ya benar tidak salah lagi, ia Jodha Ardani cinta
pertamaku yang pergi tiba-tiba tanpa kuketahui penyebabnya. Aku harus tahu
semua masalah ini, sebelum menjelaskan siapa diriku sebenarnya.” Jalal
termenung “Aku tak ingin lagi karena kesalah pahaman yang lain ia kembali pergi
untuk kedua kalinya.”
Setelah lelah berpikir apa salahnya pada gadis itu
akhirnya ia tidur dengan pikiran yang penuh tanya. Kejadian tadi membawanya ke alam
mimpi, mungkin karena terlalu banyak memenuhi alam bawah sadarnya tapi tak
mengapa ia senang untuk mimpinya kali ini.
Disisi lain,,,,,
Jam menunjukkan pukul 04.00 sore ia memutuskan untuk
singgah sebentar mengunjungi salah satu cafe favoritnya. Jo duduk di salah satu
sudut cafe tersebut dan hanya memesan secangkir green tea untuk menenangkan
fikirannya. Jo masih bingung,,,
“Siapa pria itu?
Mengapa aku menerima tawarannya? Kenapa ia tampak tak asing bagiku? Apa aku
pernah mengenalnya?” batin Jo mulai
frustasi.
Setelah menghabiskan minumannya ia langsung bergegas
menuju apartemen. Sampai di apartemen Jo langsung membersihkan diri menuju
kamar mandi untuk menghilangkan penat, selesai mandi Jo hanya memilih baju
santai dengan kaos dan celana jeans sebatas dengkul. Tidak lupa ia menunaikan
sholat Adzar. Walaupun Jo bukan dari keluarga agamis tapi orangtua Jo selalu
mengajarkan agar ia tak meninggalkan kewajibannya.
Kini Jo berada di sofa apartemennya, TV tetap menyala
tapi pikirannya bimbang apakah akan menghubungi pria tadi atau tidak, “Apakah
aku harus menghubunginya, ah kurasa tidak perlu. Tapi bila ia ingin
membicarakan sesuatu hal yang penting bagaimana?”batin Jo bertanya-tanya.
Setelah sekian lama berfikir Jo berjalan ke kamar mengambil
kartu nama Jalal di saku celana jeans yang tadi Jo kenakan dan memutuskan untuk
menghubungi Jalal. Jo penasaran kenapa pria itu begitu ia kenal. Entah mungkin
hanya perasaan Jo saja.
“Tuuutt… Tuuutt… tuuutt…”
Tak ada jawaban dari sebrang akhirnya Jo memutuskan untuk kembali ke kamar dan
tertidur.
Keesokan hari, Jalal terbangun agak siang. Hari ini Fikri
mengatakan jadwal kosong, sehingga ia dapat bersantai. Jalal melihat pemberitahuan
Handphone-nya dan ada beberapa panggilan tak terjawab tapi ada yang aneh,
terdapat 1 panggilan dari nomor yang tak dikenal. “Siapa yang menelfonku tadi
malam?”
“Halo, ini siapa ya? Anda menghubungi saya semalam, ada
apa?”sahut Jalal saat panggilan itu terangkat.
“Jodha Ardani, kau masih ingat kan?”
“Oh iya aku masih sangat mengingatmu.”
“Aku bisa menemui anda di Cafe Britanny pukul 1 siang
nanti.”
“Oke, baiklah”.rasa senang terbesit di benak Jalal, ia
tidak sabar menemui gadis itu. Dan mengetahui masalah yang dialami Jodha.
***
Jodha tengah menunggu kedatangan Jalal, sambil berusaha
mengembalikan ingatannya, apakah ia mengenal pria itu. Akhirnya yang ditunggu
pun tiba. Dengan berlari kecil, Jalal menghampiri Jodha yang tengah duduk
sendiri di meja paling pojok cafe dan karena efek kaca yang lebar langsung
menuju panorama siang hari kota Jakarta yang sibuk dengan segala aktivitasnya
sebagai kota metropolitan.
“Hai, maaf menunggu lama. Tadi dijalan macet dan ada keperluan
sebentar”cerocos Jalal sambil terengah.
“Oh kau tidak disiplin tuan, 20 menit waktu yang
dijanjikan berlalu. Sedangkan kau baru datang”Jo jengah dengan keterlambatan
Jalal.
“Baiklah apa yang ingin kau bicarakan”ucap datar Jo.
“Maaf sekali lagi tapi bolehkah aku memesan minuman, aku
sangat haus nona. Dimana rasa kemanusiaanmu. Aku baru datang dan kau langsung
menuntutku” jawab Jalal sambil memanggil pelayan café.
“Ada apa tuan ada yang bisa saya bantu?”katanya ramah.
“Ya, aku pesan 1 pizza ukuran jumbo dan 2 cup ice cream
vanilla.”kata Jalal sambil menunjuk buku menu.
“Baiklah.”pelayan itu pun pergi untuk mengambilkan
pesanannya.
“Dia bilang haus,
kenapa memesan ice cream ditambah pizza jumbo” protes Jo hampir tak bersuara.
“Kau mengatakan sesuatu nona”
“Tidak”
Pelayan pun datang untuk memberikan pesanan Jalal, tanpa
pikir panjang Jalal langsung memakan pizza nya itu dan menghabiskan secup penuh
ice cream.
“Tuan apa tujuan anda mengundangku? Aku bagaikan angin
lalu disini”Jo yang merasa dihiraukan langsung membuka arah pembicaraan.
“Apakah kau mau ice cream dan pizza yang lezat ini nona,
aku tak sanggup menghabiskannya sendiri. Ayolah setidaknya ini ungkapan maaf ku
tadi karena membuatmu menunggu lama” tawar Jalal.
Melihat mata Jalal yang memelas membuatnya mengambil
makanan di hadapannya itu. Jo juga tak tega jika makanan itu dibuang begitu
saja, banyak orang diluar sana yang menginginkan makanan ini.
Saat Jo sedang mengunyah, Jalal mengungkapkannya
maksudnya.
“Jadi tujuanku mengajakmu bertemu adalah agar kau mau
membantu ku membimbing anak yatim piatu dikegiatan bakti sosial yang aku adakan
dengan teman temanku. Berhubung kau salah satu panitia di acara peduli kasih bukan.
Aku yakin kau berjiwa kemanusiaan?”jelas Jalal.
“Untuk apa aku menyetujui usulanmu itu?” jawab Jo sinis.
“Tentu saja untu membantu anak yatim piatu itu nona, kami
kekurangan tenaga relawan. Aku harap kau bersedia untuk menjadi relawan bersama
kami”
“Kalau kau tidak mau juga, fikirkanlah anak – anak itu,
mereka butuh orang untuk menyayangi mereka. Hanya sekali ini” tambah Jalal
karena melihat Jo yang bimbang.
“Kapan acara itu
akan diadakan?"
“Kira kira besok. Apa kau mau nona?”
“Baiklah aku akan datang”
“Yessss terima kasih nona kau sangat baik hati” hati
Jalal bersorak kegirangan. Sebenarnya ini adalah salah satu cara agar ia lebih
mengenal gadis itu.
***
“JODHA” teriak Jalal saat melihat Jo di
gerbang Panti Asuhan “Kemarilah! Jangan terus berdiam diri disana”
Jo menghampiri Jalal yang duduk di aula depan panti
dengan beralaskan tikar sederhana dengan penuh anak- anak panti di sisi kanan
dan kiri laki-laki itu. Jalal memegang gitar berwarna hitam dengan tangan siap
memetik senarnya.
“Kak Jalal ayo bernyanyi lagi!” seru anak-anak itu.
“Tunggu sebentar ya. Kakak akan mengenalkan kalian pada
teman kakak” ucap Jalal yang menyuruh Jo agar duduk disampingnya “Jo duduk!”
“Ya”
“Kakak siapa?” tanya seorang anak laki-laki gendut dengan
kacamata tebal dimatanya mungkin dalam kisaran umur 6 tahun.
“Kakak cantik sekali”kata bocah perempuan yang memegang
permen lollipop ditangannya dan ikut nimbrung dalam percakapan.
“Aku Jodha Ardani, senang bertemu kalian. Terimakasih kau
juga tak kalah cantik” jawab Jo ramah mengenalkan dirinya pada seluruh
anak-anak panti yang ada dihadapannya dan mencuil dagu anak perempuan tadi.
Sungguh tentram hati Jo kini, berada diantara anak-anak
polos yang tak mengerti bagaimana menderitanya mereka tak memiliki orang tua.
Jo dapat belajar, bagaimana tetap tersenyum saat tak tahu dimana keberadaan
orangtuanya hanya satu sama lain yang setia menemani. Mengingatkan bagaimana
beruntungnya ia masih memiliki ayah dan ibu sebagai pembimbingnya hingga kini.
“Kau bisa bernyanyi?” tanya Jalal.
“Suaraku jelek”
Jalal berbisik kepada salah satu anak panti yang ada di
depannya. “Kak ayolah
bernyanyi bersama kak Jalal. Kami suka nyanyian!”
“Benarkah?” tanya Jo “Baiklah akan aku coba” lanjutnya….
Jalal tersenyum bahagia. Dapat mengulang kebersamaan
mereka yang terlewatkan, setidaknya Jalal merasa nyaman dengan kondisinya saat
ini. Tentang Jodha yang melupakannya, bisa dibahas nanti kan? Tidak masalah
bagi Jalal selama masih bisa berada di samping orang yang kita sayangi apapun
menjadi terlupakan kecuali kebahagiaan.
“Anak-anak waktunya makan siang!!” kata salah satu ibu
panti.
“Iya bibi” jawab mereka serempak.
“Kak Jalal ayo kita makan” kata salah satu dari mereka.
“Pasti, Jo ayo! kata Jalal menarik tangan Jodha.
Jo melepaskan tangan Jalal dari tangannya “Aku kenyang
jika aku tidak makan tak masalah bukan?”
“Yakin?”
“Ya dan aku ingin meminta penjelasan padamu”
Jalal menatap Jo bingung “Apa?”// “Ohh tentang itu.
Maafkan aku jika aku membohongimu, aku tidak bermaksud. Ini memang bukan acara
bakti sosial tapi ini bentuk kepedulianku pada mereka. Aku tak punya teman jadi
saat melihatmu aku ingin kau menemaniku”
“Kau bohong. Kau seorang penyanyi yang siapapun pasti
mengenalmu, bagaimana orang sepertimu tak memiliki teman”
“Ya aku banyak memiliki teman tapi hanya sedikit diantara
mereka yang berteman baik denganku dan dari teman baik hanya sedikit yang
mengerti apa yang aku mau”
“Kau yang terlalu naif untuk menganggap mereka tak
mengerti dirimu. Ayolah…dengan sikap yakin, perduli dan terbuka kau akan
mendapatkan teman yang saling mengerti”
“Terimakasih atas pemahaman mu Jo.”
“Kak ayo, kok lama sekali” anak itu menarik-narik Jalal
untuk mengikutinya masuk kedalam.
“Kak Jodha tidak mau makan?” tanya anak gendut tadi yang
belum juga masuk ke dalam.
“Tidak, kakak kenyang. Kenapa kau tak makan?”
“Tidak, aku juga kenyang. Maukah kakak menemui adikku,
dia sangat lucu” tanyanya dengan wajah menggemaskan.
Anak itu menarik Jo memasuki panti lalu menyusuri
lorong-lorong kecil dan sesaat
tibalah Jo di kamar anak panti yang masih bayi,
setidaknya ada 7 box bayi disini.
“Itu dia”
Jo berjalan menghampiri box bayi paling ujung diantara
yang lainnya, mengambil seorang bayi mungil yang ada di dekapannya saat ini.
“Cantik seperti dirimu” kata Jo menghadap anak gendut itu.
“Aku laki-laki kak, bukan perempuan!” Ia menggeleng kuat
“Namaku Nanda dan nama adikku Nada”
“Ehmm ya, maksudku dia cantik dan kau tampan.”ralat
Jodha.
“Dia ditemukan 5 bulan lalu. Dulu kehidupannya jauh lebih
buruk dari saat ini” Jalal memberi penjelasan pada Jo dan anak laki-laki itu
loncat dalam gendongan Jalal.
“Aduhh..”keluh Jalal keberatan dengan tubuh
Nanda.
“Kau? Kenapa disini?” tanya Jo bingung.
“Tadi aku mencarimu, ternyata ada disini”
“Maaf aku telah lancang masuk” kata Jo merasa bersalah
“Bagaimana kondisinya 5 bulan lalu?”
“Nanda kau dapat makan diluar, tadi kakak melihat menu makanan
hari ini adalah
ikan berlumur saus kesukaanmu”
Nanda melirik Jo berusaha untuk dapat izin dan Jo sempat
menganggukan kepalanya, lalu ia segera turun dari gendongan Jalal dan menyusuri
lorong lalu menuju tempat makan.
“Nanda aku temukan
saat menggendong Nada sendiri dipelukannya, ada di jalanan ibukota yang kau
tahu bagaimana kondisinya. Hatiku terketuk saat melihat 2 anak manusia
terlantar di tengah ribuan manusia yang berlalu lalang. Kau tahu? Tubuh Nanda
dulu tak segemuk itu bahkan jauh dari kata gemuk dan juga Nada, aku tak sanggup
mengatakannya. Dan ya sesaat setelah itu
aku membawanya ke rumah, tapi aku berfikir bahwa di rumah pun dia tidak
mendapat kasih sayang mengingat aku dan kakakku jarang ada di rumah. Lalu
dengan kesungguhan hati aku membawanya kesini, dan sejak saat itu setiap minggu
ku luangkan waktu untuk selalu mengunjungi panti ini juga memperoleh
kedamaian.” Jalal tersenyum pada Jo yang mendengar serius ceritanya “Jujur dulu
aku tak menyukai anak kecil”
“Mereka polos dan lucu” kata Jo spontan.
“Tentu, kau pantas menjadi seorang ibu dengan Nada di
gendonganmu”
“Betul, aku kan seorang ibu” kata Jo balik menatap Jalal
dengan keseriusan.
Jalal terkejut, benarkah ini semua? Wanita yang ia cari
selama ini telah menikah dan menjadi seorang ibu. Pastilah Jo bahagia “Oh
maafkan aku, aku kira kau belum”