Jodha POV
Disinilah aku, menginjakkan kaki untuk pertama kalinya setelah
4 tahun pergi dari negeri kelahiranku. Aku rasa negeri ini yang telah menorehkan banyak luka di jiwaku.
Beberapa tahun lalu aku mengalami kecelakaan yang mengakibatkan aku harus
kehilangan beberapa memory di hidupku. Entah memory baik atau buruk aku pun tak
tahu.
Hingga saat ini, aku membentengi diriku untuk lelaki mana
pun. Seringkali lelaki yang datang kepadaku akan berfikir puluhan kali hanya
untuk mengenal lebih jauh tentangku. Mereka seolah berjalan mundur bahkan
sebelum sampai ke tempat yang dituju.
Ya..aku adalah Jodha Ardani, seorang gadis berdarah
Minang yang dikenal angkuh, arogan, serta tatapan mata yang membunuh.
Asrama ini yang akan mewujudkan cita-citaku sedari kecil
menjadi seorang anggota militer, aku sedang melanjutkan pendidikan rahasiaku
untuk menjadi PATERATA (pasukan tentara rahasia wanita). Mungkin banyak yang
tidak tahu apa profesi itu, tapi itulah aku selalu berani mencoba sesuatu yang
menantang dan berbeda.
Setelah 4 tahun belajar di Mesir, kini aku akan
meneruskan pendidikanku di Jakarta. 3 tahun kujalani dengan pengorbanan serta
pelatihan yang keras. Kelembutanku sebagai seorang wanita seakan hilang saat
aku berada di medan latihan ini. Kedisiplinan, kemandirian, kekeluargaan,
pengorbanan, pantang menyerah, siap mati untuk Negara telah tertancap begitu
dalam dihati kami, murid yang sedang mengemban tugas melanjutkan perjuangan
pendiri Negara.
Tekadku menjadi seorang militer karena dorongan dari
ayah, yang juga seorang Jendral TNI-AD. Tidak hanya itu, ia juga penanam saham
besar di sebuah perusahaan ternama Bandung. Sikapnya yang gagah saat bekerja,
tetapi kelembutannya tetap hadir saat kami bersama. Aku ingin suatu saat hidup
ini berguna bagi nusa bangsa dan Negara, tidak hanya menjadi sampah masyarakat.
Akhirnya, aku lulus dan dinobatkan sebagai murid terbaik.
Tidak sampai disitu, aku juga dipercaya menjadi Komandan dari pasukan tempur
rahasia wanita ditempatku mengabdi. Entah karena apa, mungkin karena aku juga
pernah belajar di negeri lain, dan dari perhitungan yang kritis di berbagai
macam penilaian. Ayah sangat bangga kepadaku, karena berhasil melanjutkan
perjuangannya menjadi anggota militer, walau aku seorang wanita. Awalnya ibu
tidak menyetujui keinginanku menjadi anggota militer, tapi karena bujukan ayah,
ibu juga mendukungku dan yakin bahwa putri tunggalnya dapat jadi abdi Negara.
“Selamat nak, ayah bangga padamu. Tidak percuma 5 tahun
pendidikan yang kau tempuh” ucap Zahid Ardani, laki-laki yang berusia hampir
setengah abad tetapi masih menampakkan kegagahannya.
“Aku yang seharusya berterimakasih padamu yah, atas
keyakinanmu yang besar padaku sehingga seorang Jodha dapat menyelesaikan
pendidikannya menjadi abdi Negara.”jawab Jo berkaca-kaca.
“Baiklah, pemitlah dulu bersama kawanmu sebelum kita
pulang ke rumah dan membicarakan maslaah ini lagi nanti.”
Setelah ayah pergi, tiba tiba seorang wanita cantik
mendekati Jo dan langsung menubruk badan Jo.
“Congrats Jo, ga sia-sia perjuangan kamu 3 tahun disini.
Gak nyangka sekarang kamu udah jadi Komandan Hehehe”seru Ulfah sahabat karib Jo
selama pelatihan sambil menepuk bahunya.
“Kalau datang gak usah nubruk badan orang juga kali Fah.
Badan kamu berat tau. Tapi kamu terlalu berlebihan Fah, prestasi kamu juga gak
kalah sama aku. Kamu aja yang terlalu berlebihan memujiku dihadapan semua
orang”sangkal Jo dengan tampang kesalnya.
“Hehe maaf Jo
saking senengnya gitu. Oh ya, aku ditugaskan dinas di Yogyakarta Jo, jadi kita
akan sulit untuk bertemu sesudah ini” rengek Ulfah.
“Kamu ini Fah dipikir Jogya itu Saturnus apa. Aku kan
masih bisa mengunjungimu sesekali sambil berlibur” ejek Jo.
“Hahaha ya gak gitu juga kali Jo. Sudah bisa ngelawak
sekarang kamu, biasanya sikapmu dingin dan menakutkan Hiiiii ” Ulfah balik
meledek.
“Terserah kamu aja Fah” balas Jo yang malas meladeni
ejekan sahabatnya itu.
Dari kejauhan tampak kedua orang tua Jo memanggil anaknya,,,
“Jo sudah malam, acaranya hampir selesai. Ayo kita pulang
nak” seru Ny Farida yang tak lain adalah Ibu Jodha.
“Fah aku pulang
dulu ya” Jo bergegas menghampiri kedua orang tuanya tanpa menunggu balasan
Ulfah
***
Malam ini aku telah berada di balkon kamar apartemen ku,
mengistirahatkan pikiran sejenak sambil menikmati segelas coffelatte dan
pancake berlumur saus blueberry kesukaanku. Sambil sesekali mengecek handphone
milikku hanya sekedar membalas pesan yang masuk. Kebanyakan dari mereka adalah
teman lamaku yang berada di Mesir, mungkin aku terlalu pede menganggap mereka
merindukanku. Tapi memang itu kebenarannya kan?
Besok ada acara khusus untuk para PATERATA yang akan
mulai bertugas. 20 anggota dikumpulkan dalam satu ruangan untuk saling
bercengkram mengeratkan tali persaudaraan. Acara tersebut adalah acara
pengenalan kami. Disana kami dikumpulkan dari berbagai daerah di Nusantara.
Untuk mengecoh media acara tersebut dibuat sedimikian
rupa seperti acara amal. Acara sebenarnya adalah untuk membimbing kami pada
tugas yang akan dijalani kelak dan pemberitahuan kewajiban kami, berhubung kami
bukan Perkumpulan biasa kami merupakan Pasukan Tentara Rahasia Wanita
(PATERATA) yang dirahasiakan dari semua orang. Karena kami hanya menjalani misi
rahasia Negara dan kami akan datang pada saat tertentu. Kami tidak berpakaian
layaknya para tentara, kami hanya berpakaian formil pada umum di acara
tersebut.
Dua minggu yang lalu sepulang dari acara kelulusanku,
saat sampai di rumah, ayah membuka percakapan.
“Jo ayah akan mencarikanmu rumah di Jakarta”
“Tidak perlu yah, rencananya Jo akan tinggal di apartemen”
“Apakah tidak sebaiknya kamu tinggal di rumah, agar ibu
lebih tenang meninggalkan mu untuk hidup sendiri di Jakarta.”sambar ibu dari
arah kamar setelah mengganti pakaiannya.
“Ibu tenanglah, di apart juga akan terjamin keamanannya.
Ibu percayakan sama Jo?”ia berusaha meyakinkah ibunya.
“Bukan begitu maksudnya tapi ibu sangat percaya padamu
nak.”ucap ibu sambil mengelus halus rambut Jo.
“Baiklah, ayah akan menyuruh orang mempersiapkan segala
keperluanmu disana, dan juga secepatnya mengurus apart yang akan kau tinggali”jawab
ayah sambil berlalu kekamar.
“Terima Kasih yah.”
Author Pov
Disisi lain, seorang pria sedang memetik gitar
mengalunkan sebuah lagu yang mampu mengingatkan kenangan 7 tahun lalu bersama
sahabat sekaligus cinta pertamanya.
“Aaaarrggghh…kenapa setiap lagu ini aku nyanyikan,
sekelebat bayangan gadis itu selalu muncul” rutuk Jalal Zavier tidak lain
adalah seorang penyanyi hebat. Banyak wanita muda yang mengelu-elukan namanya.
“Betapa bodohnya aku, karena kesalahan yang tidak ku
ketahui. Gadis yang kucintai telah menghilang dan sampai detik ini aku tidak
pernah tahu kemana dia dan apa penyebab kepergiannya”gumam Jalal dalam hati.
Karena hari sudah larut, ia masuk ke rumah bergaya Eropa itu.
Kakaknya telah terlebih dahulu tertidur setelah makan malam.
Jalal tinggal bersama kakaknya Arkan Zavier, sedangkan
kedua orang tua mereka menetap di Turki menjalankan perusahaan yang sempat
terhenti, setelah Jalal berhasil menjadi seniman musik yang cukup ternama.
Sedangkan Arkan, mengikuti jejak ayahnya sebagai seorang pengusaha muda di
Jakarta.
Tak terasa saat baru memejamkan matanya, hari sudah pagi.
Jalal segera bersiap untuk mengisi salah satu acara di salah satu Hotel bintang
lima Jakarta. Yang kata Fikri asisten pribadinya acara itu adalah kegiatan amal
yang akan disalurkan untuk para korban di Gaza terutama anak anak yang ada
disitu.
Dengan kostumnya yang terlihat elegant dia bersiap menuju
tempat. Mempersembahkan suara merdunya dengan kelihaian dalam bermain musik,
membuat siapa saja yang mendengar seolah terbawa masuk kedalam dunianya.
***
Setelah menempuh perjalanan 30 menit dengan porche black
miliknya. Sampailah di Hotel megah yang sedang bersiap menyambut acara. Ia
tidak suka memakai driver untuk mengantarnya kemana-mana, lebih bebas
berkendara sendiri, katanya.
“Ini tempat nya Jalal, pukul 8 nanti para tamu undanganya
akan datang. Lebih baik sekarang kamu bersiap ke music room disana”suara Fikri
yang mengagetkan Jalal, sambil menunjuk pintu ruang music itu.
Ya..semenjak Jalal menjadi artis sampai sekarang, Fikri
tetap setia menjadi asisten sekaligus teman kepercayaannya. Tidak heran
hubungan mereka sangat dekat, dan Jalal tidak ragu untuk mengungkap masalahnya
pada Fikri begitu sebaliknya.
Jam ditangan Jalal telah menunjukkan pukul 08.00 WIB.
Saat ia naik ke atas panggung mata tajam Jalal bertemu dengan mata teduh milik
Jodha.
Jalal bergumam “Jodha “
Jantung mereka sama sama berdegup kencang. Jalal tahu
benar itu adalah mata gadis yang sama 7 tahun lalu.
Sedangkan Jodha ia tak tahu mengapa saat matanya
menangkap sosok laki laki itu ia merasa takdir akan membawanya pada masa lalu .Entahlah
siapa yang tahu tentang takdir.
Kini Jalal berada di atas panggung melarikan jarinya ke
atas tuts tuts piano yang mengalunkan nada menjadi satu irama yang indah
bersamaan dengan suara khasnya yang mampu menyihir siapa saja yang
mendengarnya. Menyelesaikan beberapa lagu yang ia lantunkan khusus untuk acara
ini.
Jalal segera turun dari atas panggung, ia tak mau
kehilangan gadisnya lagi. Ia ingin mencercah gadis itu dengan semua tanya yang
selalu tersimpan di benaknya. Apakah menurut kalian memendam semua kebingungan
dan ke-tidak tahuan selama bertahun-tahun menyenangkan? Oh sungguh sangat
menyiksa ditambah tanya itu tertunjuk pada seseorang yang sangat berarti.
Jodha baru saja akan keluar dari ruang tersebut saat
tiba-tiba seseorang menarik pergelangan tangannya lalu ia segera menoleh.
DEGHHH