Hai,,, Hai,,
Sebelumnya maaf ya karena baru bisa post
lanjutan sekarang. Dan sebagai permintaan maaf saya post part 16 ini lebih
panjang dari biasanya, semoga tidak membosankan ya,, hihihi. Muach..
(^,^)
----------------------------------------------------------------
“Kopi yang lain? Apa
itu?”
“Kopi,,,nang Kau Dengan Bismillah”
*EEEEEAAAAAAAAA*
^^^
Hari ini Rajatha mempunyai janji untuk bertemu dengan client yang mengaku
berasal dari salah satu perusahaan penerbangan Nasional.
Sebenarnya ia tidak begitu tertarik dengan proposal yang mereka ajukan padanya
beberapa waktu lalu, tapi ia penasaran dan ingin tahu apa motivasi mereka ingin
bekerja sama dengan perusahaannya, jadi sebelum ia menolak kerja sama tersebut,
Rajatha memutuskan untuk bertemu dengan mereka terlebih dahulu.
“Kau masih belum mengganti seragam mu, Sayang?” Tanya
Rajatha pada Faridha
“Aku belum siap menghadapi orang-orang disekeliling mu, biarkan seperti ini
dulu sampai nanti kita benar-benar menikah” Jawab Faridha
Yah, beberapa hari lalu Rajatha sudah menemui Ardhan dan
Lavina, meminta restu dan izin dari keduanya untuk berhubungan dengan Faridha.
Awalnya Rajatha sangat gugup dan khawatir kalau Ardhan tidak menyetujui ia
berhubungan dengan Faridha, karena seperti yang Rajatha tahu Ardhan sangat
protektif terhadap Faridha, namun ternyata semua kekhawatirannya tidak terjadi,
Ardhan menyetujui niat baik Rajatha pada Faridha walaupun ia sempat ragu awalnya,
Ardhan hanya tidak mau Faridha jatuh cinta pada orang yang salah karena
bagaimanapun ia yang bertanggung jawab atas Faridha saat ini, namun setelah
mendengar penuturan Rajatha akhirnya Ardhan memberikan restunya dan meminta
kedua orang tua Rajatha segera mendatanginya untuk meminta Faridha secara
resmi.
“Hhhmm,, Terkadang aku merasa apa kurangnya diriku hingga
kau malu mengakui aku sebagai kekasihmu, Sayang” Kata Rajatha dengan merajuk
“Bukan,, Bukan seperti itu Mas” Sergah Faridha tidak enak dan Rajatha tersenyum
karenanya.
Kringg,,,Kringg,,,
“Ya Melanie” Jawab Rajatha
“(…………)”
“Baiklah, suruh dia masuk keruanganku”
Faridha langsung berdiri dari kursinya dan hendak melangkah
keluar, namun suara Rajatha menginterupsinya
“Mau kemana, Sayang?” Tanya Rajatha
“Mas akan kedatangan tamu kan, sebaiknya aku keluar dulu”
Rajatha langsung berjalan mendekati Faridha dan memegang tangannya
“Kau tidak akan kemana-mana. Mulai sekarang kau harus mulai terbiasa dengan
semua kegiatan calon suamimu ini,,hmm” Kata Rajatha lembut
“I-iya” Mendengar kata-kata Rajatha, membuat Faridha merasa sangat diinginkan
oleh kekasihnya itu dan tidak munafik ia senang mendengarnya.
Rajatha mengajak Faridha duduk disampingnya dan tak berapa lama Melanie masuk
bersama seorang wanita.
“Selamat siang Presdir, ini Sheila Adelle”
“Hhmm” Jawab Rajatha singkat tanpa mengalihkan tatapannya dari wajah Faridha
yang tampak tersipu, Rajatha tidak tahu apa sebabnya tapi ia menyukainya
“Mas” Faridha berusaha menyadarkan Rajatha dan mengalihkan
pandangan-nya
“Ah,,Ya” Akhirnya Rajatha menoleh pada Melanie dan gadis disebelahnya, diikuti
pula oleh Faridha
“Sheila”
“Rajatha”
Mereka saling memperkenalkan diri dan tak ketinggalan senyuman genit sudah
menghiasi wajah Sheila, kemudian ia beralih menatap gadis yang berada disamping
Rajatha dan membuatnya cukup terkejut.
“Kenalkan ini cal,,,”
“Faridha”
“Sheila”
Faridha langsung memotong ucapan Rajatha yang hendak mengatakan kalau ia calon
istri Rajatha, Faridha hanya merasa Sheila tidak perlu tahu apa hubungan-nya dengan
Rajatha, ia memperkenalkan dirinya sendiri dan berpura-pura tidak mengenal
Sheila dan begitupun sebaliknya, seringaian licik Sheila pada Faridha tidak
membuatnya gentar sama sekali.
“Jadi
kau datang kemari dengan membawa nama perusahaan Ayahku? Dasar jalang tidak
tahu diri” Maki Faridha dalam hati pada Sheila
“Kenapa bisa ada gadis bar-bar ini disini. Apa
dia benar-benar office girl? Tapi tunggu,, itu,, Dia berpegangan tangan dengan
Rajatha? Siapa dia sebenarnya disini. Sial! Sial!” Sheila
bertanya-tanya dalam hati
Melanie yang sudah mengetahui hubungan antara Presdirnya
dengan Faridha tampak biasa saja, sekarang ia sudah menjadi teman yang cukup
dekat Faridha. Sedangkan Sheila mulai terpengaruh dan merasa terganggu dengan
tatapan intimidasi Faridha kepadanya sejak tadi.
“Cepat dimulai saja meetingnya Melanie” Kata Rajatha pada
Melanie, sebelah tangannya tidak lepas dari menggenggam jari-jemari Faridha,
sejak tadi ia merasa ada yang berbeda pada Faridha, sesekali ia merasakan tubuh
Faridha menengang kemudian rileks kembali, ia yakin ada sesuatu yang tengah
dipikirkan oleh kekasihnya ini.
“Baik Presdir”
Dan Melanie mulai menjelaskan, jujur saja Rajatha ingin meeting ini cepat
selesai. Ia sudah bulat memutuskan untuk menolak kerja sama dengan perusahaan
ini, mereka tidak mempunyai konsep kerja yang sistematis dalam setahun terakhir
ini dan sebenarnya perusahaan ini sedang berada diujung tanduk. Namun ia sempat
bertanya-tanya kenapa perusahaan penerbangan besar yang cukup ternama ini bisa
menurun secara drastis.
“Kau
menghancurkan perusahaan yang sudah dibangun susah payah oleh Ayahku. Lihat
saja, aku tidak akan tinggal diam” Umpat Faridha lagi
“Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Sayang” Bisik Rajatha
lembut, ia khawatir pada Faridha
“Eem,,, Mas, apa kau akan menerima kerja sama dengan perusahaan itu?” Tanya
Faridha setengah berbisik juga pada Rajatha
“Tentu saja tidak, kenapa?”
Seketika raut wajah Faridha tampak sedih, harapan
satu-satunya dia adalah Rajatha untuk membantu membangkitkan kembali perusahaan
Ayahnya, namun sepertinya harapan itu harus pupus dan ia harus berusaha keras
untuk merebut kembali perusahaan Ayahnya.
“Heyy,,, Kau kenapa, hhmm..?”
“Tidak apa-apa” Jawab Faridha lemah dan menundukan kepalanya, ia kembali
teringat bagaimana jatuh bangun Ayahnya dalam membangun dan mewujudkan impian
mengembangkan usaha penerbangan tersebut. Ayahnya sangat menyukai pesawat sejak
kecil dan mempunyai ambisi untuk memiliki perusahaan penerbangan sejak ia masih
muda dan berkat kerja keras serta kecerdasannya, sang Ayah akhirnya mampu
mewujudkan mimpinya namun semua itu akan hancur dengan mudahnya sebentar lagi,
ia sebagai anak merasa tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa-apa demi
menyelamatkan perusahaan tersebut.
“Heyy,,, Sayang” Panggil Rajatha pada Faridha yang melamun
sejak tadi
“I-iya,, Eh, apa sudah selesai meetingnya?” Faridha tampak kebingungan, dia
tidak lagi melihat Melanie dan Sheila di ruangan Rajatha
“Sudah sejak dua menit yang lalu dan kau seperti asik sendiri dengan duniamu,
apa sebenarnya yang kau pikirkan Sayang. Kau membuatku khawatir sejak tadi”
“Hhmm,, Mas, sebenarnya,,,”
“Ya?”
“Aku mengenal Sheila, dia anak dari ibu tiriku, ah aku benci mengakui itu tapi
memang benar ibunya pernah menjadi istri Ayah” Faridha diam sejenak dan Rajatha
tampak antusias mendengar cerita tentang Faridha
“Lanjutkan Sayang, aku ingin tahu lebih banyak tentangmu”
“Hhmm,,, Dan perusahaan penerbangan yang diambang kehancuran itu adalah milik
Ayahku Mas. A-Aku merasa anak yang tidak bisa diandalkan Mas” Suara Faridha
terdengar bergetar karena ia menahan luapan emosi dan kesedihannya di hadapan
Rajatha
“Aku akan membantumu untuk mendapatkan perusahaan itu kembali dan kita akan
membangkitkan kembali kejayaannya seperti yang pernah dilakukan Ayahmu” Rajatha
bisa memahami apa yang dirasakan oleh Faridha, dia bisa membayangkan bagaimana
hancurnya ia jika melihat The Worlds dikuasai dan dihancurkan oleh orang lain.
Tidak akan dia biarkan itu terjadi.
“Tapi tadi Mas sudah menolak kerjasama dengannya kan?”
Faridha memberengut membuat Rajatha tersenyum melihatnya
“Siapa bilang aku menolak kerjasama itu?” Rajatha malah bertanya
“Maksudnya?”
Rajatha memberikan sebuah map yang berisi kontrak kerjasama yang sudah
ditanda-tanganinya pada Faridha. Faridha memperhatikan dengan seksama dan
kembali melihat Rajatha penuh tanya.
“Makanya jangan terlalu banyak melamun Sayang, kau sangat jelek kalau melamun
seperti tadi” Kata Rajatha menggoda
“Mas!” Faridha melotot tidak suka dan mencubit perut Rajatha
“Hooo,, Oke oke. Tadi saat melihatmu tampak murung setelah aku mengatakan untuk
menolak kerjasama itu, membuatku bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi,
juga tatapan matamu pada Sheila yang menyiratkan sesuatu yang belum aku
mengerti dan begitupun sebaliknya. Setelah mempertimbangkan kembali akhirnya
aku memutuskan untuk menerima kerjasama yang diajukan Sheila, yang artinya aku
harus berhati-hati dan siap dengan segala kemungkinan bahkan yang terburuk
sekalipun. Tapi setelah mengetahui semuanya sekarang aku tidak menyesal sama
sekali dan aku berjanji akan melakukan yang terbaik semampuku untukmu” Kata
Rajatha tulus seraya mengelus kepala Faridha dengan sayang
“Terima kasih, Mas. Kau selalu menjaga, melindungi dan perduli padaku bahkan
disaat kita belum saling mengenal pada pertemuan pertama kita dulu. Terima
kasih”
“Aku akan selalu ada untukmu, Sayang. Bahagiamu segalanya bagiku. I love you”
“I love you too, Mas”
Dan mereka saling melemparkan senyum satu sama lain, namun
seperti tersadar sesuatu, wajah Faridha berubah muram dan gelisah, Rajatha
menyadari itu.
“Sayang?” Panggil Rajatha
“Jangan terlalu dekat dengan Sheila nanti”
“Cemburu eh?”
“Pokoknya Mas tidak boleh dekat-dekat dengannya, kalau tidak terlalu penting
tidak usah bertemu langsung dengannya dan selalu ajak Melanie saat kalian
bertemu, jangan pernah bertemu berdua saja dengannya, eem,,, tapi sebaiknya Mas
tidak usah bertemu dengan si penjilat itu” Cerocos Faridha tanpa menjawab
pertanyaan Rajatha, ia tidak menyadari kalau Rajatha yang berada disampingnya sedang
berusaha menahan tawa mendengarkan ocehan Faridha
“Kau benar-benar cemburu?” Walau Rajatha sudah bisa melihat dari ekspresi
Faridha, tapi ia tetap bertanya
“Awas saja kalau sampai aku tahu dia genit padamu dan mencuri-curi kesempatan
untuk dekat denganmu, aku tidak akan takut dan akan membuatnya menyesal karena
sudah mengusik ku” Kata Faridha dengan bersemangat
“Sayang?”
“YA! AKU CEMBURU DAN AKU TIDAK SUKA KALAU MAS DEKAT DENGAN GADIS LAIN TERUTAMA
GADIS SIALAN ITU” Hardik Faridha, sebenarnya Rajatha mendengarkan omongan-nya
atau tidak sih sejak tadi, kenapa ia merasa Rajatha malah lebih tertarik
mendengar “pengakuan” dirinya yang cemburu
Rajatha tersenyum senang mendengarnya, ia sama sekali tidak terganggu dengan
sikap cemburu dan protektif Faridha, justru ia merasa begitu diinginkan dan
dicintai oleh gadisnya ini.
Rajatha meraih tangan Faridha dan menciumnya lembut
“Aku serius Mas, aku tidak rela kalau,,,”
“Sssttt,.. Dengarkan aku Sayang, tidak mudah meyakinkan diriku bahwa aku
mencintaimu karena aku takut semua rasa itu semu. Dan saat aku sudah
menyadarinya aku tidak langsung bisa menyatakan perasaanku padamu apalagi
berharap memiliki mu, aku merasa cintaku sudah gugur sebelum berkembang dan
saat aku menyadari bahwa kesempatan itu masih terbuka lebar untukku, aku tidak
menyia-nyiakan nya Sayang. Dengan segala keyakinan yang ku punya aku memberanikan
diri menyatakan cintaku padamu, aku siap menerima segala makian dan kemarahan mu
saat itu, tapi tak ku sangka kau menerima ku. Menerima bahkan membalas cinta
dari pria yang pernah membohongimu. Dengan semua hal itu, apa kau pikir aku masih
bisa berpaling darimu begitu saja Sayang, hmm?”
“Masss” Faridha terharu dengan penuturan Rajatha, ia memeluk Rajatha erat dan
menenggelamkan wajahnya di dada bidang kekasihnya tersebut. Rajatha membalas pelukan
Faridha dan satu tangannya mengelus sayang kepala Faridha.
^^^
Sementara itu ditempat lain tampak Sheila bersama Nora tengah berpesta di
sebuah rumah mewah, mereka merayakan keberhasilan atas kerja sama yang telah
disetujui oleh Rajatha, pemilik salah satu perusahaan international yang sangat
berkembang saat ini.
“Mami, aku sungguh tidak menyangka si Presdir tampan Rajatha
itu, akhirnya menandatangani kontrak kerjasama yang kita ajukan. Pasti dia
tertarik denganku Mami, buktinya ia langsung menyetujuinya hanya dalam satu
kali pertemuan saja, padahal sebelumnya aku mendengar dari karyawan kita kalau
dia akan menolak kerjasama itu. Hahaha” Kata Sheila dengan bangga sambil
sesekali ia menenggak Wine-nya
“Jika kau bisa merayunya maka harta kita akan semakin
bertambah Sayang, kita akan kaya tujuh turunan Sheila. Dia berasal dari
keluarga pengusaha yang sudah mendunia dengan segala kesuksesan-nya. Kau harus
mendapatkan-nya Sayang, tunjukan kalau kau tidak kalah hebatnya dengan Mami,
kau tau kan kalau Mami berhasil menikah dengan Hermawan, ayah Faridha. Bahkan
sekarang kita masih menikmati hasil dari
kerja keras Mami selama ini. Hahahaa,,,” Nora membalas tidak kalah sombongnya
“Ya,,Ya,, Aku akui Mami memang pintar dan sangat beruntung
bisa menikah Om Hermawan, dan lagi ia meninggal dikarenakan serangan jantung
mendadak dan Faridha yang tengah terpuruk semakin memudahkan Mami mengambil
alih semuanya. Hhhh,,, Menyebut nama gadis bar-bar itu membuatku kesal setengah
mati, sebenarnya ada hubungan apa antara dia dengan Presdir Rajatha. Apa mereka
sepasang kekasih?” Kata Sheila tidak suka, ia kembali menuangkan Wine kedalam
gelasnya
“Wow,,, Itu akan semakin menarik Sayang. Setelah kita merebut hartanya sekarang
kau juga akan merebut kekasihnya. Mami tidak sabar menantikannya, Oh,,, anak
tiriku yang malang”
“HAHAHAHAHA,,,,” Nora dan Sheila tertawa bersama dan mulai menyusun rencana
licik mereka malam itu.
^^^
Tak terasa dua minggu lagi adalah hari pernikahan antara Rajatha dan Faridha,
malam ini mereka akan melaksanakan pertunangan. Sebenarnya baik Rajatha maupun Faridha merasa tidak perlu dengan
pertunangan ini, toh sebentar lagi juga mereka akan menikah, bukankah lebih
baik mereka fokus pada pernikahan mereka saja? Tapi memangnya siapa yang bisa
menolak dan menghindar dari paksaan seorang Yang Mulia Ratu Jodha?
“Hhhmmm,,, Aku tidak menyangka istri cantik ku ini sudah
menjadi sosialita sekarang” Goda Jalal pada Jodha yang tengah merapikan riasan
di wajah ayu-nya
“Apa kau keberatan Tuan Jalal dengan kebiasaan baru istrimu ini?” Jawab Jodha
dengan santai
“Tentu saja tidak, aku mana berani melawan kehendak Ratuku ini” Dan Jalal
mendekat pada Jodha lalu mencium pipi istrinya
“Bagus” Sahut Jodha penuh kemenangan
Dan mereka pun tertawa bersama
“Kau akan menyerahkan pada Rajatha sebagai hadiah pernikahan
mereka nanti?” Tanya Jalal lagi, kini ia memeluk istrinya dari belakang
“Iya, semoga Rajatha dan Faridha menyukainya. Sejak aku melihatnya pertama kali,
aku sudah jatuh cinta dan langsung membelinya. Maaf ya Sayang, aku tidak
memberitahu mu terlebih dahulu” Kata Jodha
“Tidak apa-apa Sayang. Aku percaya padamu”
“Terima kasih Sayang” Jodha mencium sekilas bibir suaminya
“Ayo, sekarang kita turun. Sepertinya Rajatha sudah menunggu dibawah, dia pasti
sudah tidak sabar ingin segera bertunangan dengan Faridha” Kata Jodha dengan
antusias-nya pada Jalal
“Bukankah dirimu yang sudah tidak sabar dengan pertunangan ini, Sayang” Goda
Jalal lagi pada istrinya, Jodha memutar bola matanya kesal dan tidak menyahut,
karena apa yang dikatakan suaminya itu memang benar.
“Ayo kita berangkat sekarang” Ajak Jodha bersemangat pada
Jalal dan Rajatha
Jodha menyewa salah satu hotel mewah di Jakarta untuk acara
pertunangan Rajatha dengan Faridha, dan hotel ini juga yang nantinya akan
menjadi tempat resepsi pernikahan putranya dengan Faridha dua minggu lagi.
“Apa Faridha sudah sampai?” Tanya Jodha pada Rajatha sesaat
setelah mereka sampai di lobby hotel
“Ya” Jawab Rajatha
“Kau sudah menyiapkan semuanya, Jagoan? Cincin nya?” Kini Jalal yang bertanya
“Sudah Pah” Rajatha kembali menjawab dengan singkat. Astaga ia benar-benar
gugup saat ini, Demi Tuhan ini hanyalah sebuah pertunangan, bagaimana nanti
saat pernikahan dan mengucapkan ijab qabul. Jodha dan Jalal yang menyadari raut
wajah Rajatha yang berubah nervouse sejak tadi, mereka hanya tersenyum geli.
Sedang di tempat lainnya, Faridha yang kini duduk disebelah
Lavina juga tidak kalah gugupnya, Ardhan dan Lavina yang duduk bersamanya turut
menghibur namun Ardhan juga tidak jarang menggoda Faridha yang membuat Lavina
terus melotot pada suaminya tersebut.
“Aku mau ke toilet dulu Mbak” Kata Faridha pada Lavina
“Astaga Faridha, sejak tadi kau bolak-balik ke toilet sudah lebih dari 10x. Apa
saja yang kau lakukan disana, apa pergi ke toilet lebih menyenangkan daripada bertemu
dengan Rajatha, hahaha…” Goda Ardhan
“Kakak” Faridha membentak kesal dan berlalu darisana tanpa memperdulikan Ardhan
yang tengah tertawa
“Perlu aku temani lagi Faridha?” Tanya Lavina sedikit berteriak karena Faridha
yang sudah berjalan agak jauh darinya
“Tidak perlu Mbak, aku hanya sebentar” Jawab Faridha sedikit berteriak juga
^^^
Kini Ardhan dan Lavina sudah bergabung bersama Jalal, Jodha juga Rajatha.
Faridha masih belum kembali dari toilet.
“Dimana dia Ardhan?” Tanya Rajatha
Ardhan yang sudah sangat tahu siapa yang dimaksud “dia” oleh Rajatha langsung
menjawabnya
“Dia sedang ke toilet, entahlah mungkin dengan memandangi dirinya sendiri di
cermin toilet membuatnya lebih baik atau dia sedang mencari cara mengulur waktu
untuk bertunangan denganmu” Jawab Ardhan membuat Rajatha mendengus sebal,
sedang yang lainnya ikut menggoda dirinya lalu tertawa.
Namun tawa Ardhan seketika berhenti ketika ia menyadari
sesuatu, membuat yang lainnya ikut memperhatikan kemana arah pandangan Ardhan.
“Sial!” Umpat Ardhan dan segera berdiri
“Ada apa Kak?” Tanya Lavina penasaran
“Faridha, kita harus segera mencarinya Rajatha sebelum wanita ular itu
menemuinya” Ardhan segera berlalu dengan langkah cepat menuju toilet wanita,
diikuti juga oleh Rajatha dengan tergesa-gesa.
Sedangkan Jalal mulai sibuk menghubungi seseorang dari handphone-nya.
^^^
“Kalian?!!” Faridha baru saja keluar dari toilet dan ia terkejut ketika melihat
Sheila da Nora nampak sudah menghadangnya diluar
“Haii,, Apa kabar, Sayang?” Nora menatap tajam Faridha dan mulai mendekatinya
“Mau apa kalian, hah?!” Faridha tetap berada ditempatnya, ia tidak takut sama
sekali pada Nora dan Sheila yang berusaha mengintimidasinya
“Ckckck,,, Saudara tiriku yang malang, aku hanya ingin kau “mengundurkan diri”
dari pertunangan menjijikan ini, siapa dirimu sampai berani untuk bersanding
dengan seorang Rajatha Putra Akbar, akulah yang lebih pantas bersanding
dengan-nya” Hardik Sheila tepat di wajah Faridha
“Lebih baik kita segera bawa dia keluar darisini Sayang, sebelum orang lain
memergoki kita” Kata Nora seraya menarik tangan Faridha yang juga diikuti oleh
Sheila.
“Jadi
itu yang kalian mau, dasar Jalang. Baiklah, sepertinya menyenangkan juga
bermain-main sebentar dengan kalian. Mas Rajatha, mungkin kau akan menungguku sedikit
lebih lama, sabar ya dan tidak usah khawatir. Aku mencintaimu. Hihihihi” Batin
Faridha geli, langkah kakinya mengikuti tarikan Nora dan Sheila, ia tidak
berontak sedikitpun
^^^
“Kenapa mereka masih belum kembali, Tante? Apa Faridha baik-baik saja?” Tanya Lavina
pada Jodha dengan gelisah
“Rajatha dan Ardhan sedang mencarinya, Lavina. Suamiku juga sedang menghubungi pihak
keamanan disini. Faridha akan baik-baik saja, tenanglah. Ingat kandunganmu.”
Jodha berusaha menenangkan Lavina, walau sebenarnya ia juga sangat cemas dan
takut terjadi apa-apa dengan Faridha
“Sayang” Panggil Jalal tiba-tiba yang sudah berada disamping
Jodha
“Ya? Bagaimana?” Sahut Jodha, sebelah tangannya terus mengelus punggung Lavina
untuk menenangkan-nya
“Aku akan menemui manager disini untuk melihat rekaman CCTV-nya, ternyata hotel
ini adalah milik keluarga besar David (kekasih Audrey) yang tinggal di
Indonesia, jadi tidak sulit bagi kita untuk dapat melihatnya” Jelas Jalal pada istrinya
“Aku tinggal sebentar ya, mereka semua akan menjaga kalian
disini” Kata Jalal lagi dan menunjuk orang-orang yang berada dibelakangnya
“Ya” Lirih Jodha dan menatap suaminya penuh harap, Jalal yang mengerti arti
tatapan tersebut kembali mendekat pada istrinya dan mencium puncuk kepala Jodha
dengan lembut
“Tenanglah Sayang. Faridha akan baik-baik saja” Bisik Jalal, Jodha mengangguk
dan tersenyum.
^^^
Ternyata Nora dan Sheila membawa Faridha ke salah satu kamar hotel tersebut,
hanya ada mereka bertiga didalam kamar itu sekarang.
Nora dan Sheila dengan tiba-tiba mendorong keras Faridha ke
lantai hingga ia tersungkur, kaki Sheila yang mengenakan high heels sudah akan
menginjak perut Faridha, namun Faridha langsung menangkap kaki Sheila dan
memutarnya hingga Sheila jatuh terjungkal membuatnya berteriak kesakitan,
Faridha mencoba bangun namun segera dihalau oleh Nora, Faridha tersenyum sinis
dan memegang kedua bahu Nora lalu mendorongnya dengan kuat.
Faridha langsung bangkit lalu menerjang Sheila dan setiap
kali Nora ingin membantu anaknya dari cengkraman dan serangan Faridha, Faridha
selalu bisa menghalanginya hingga sekarang kepala Nora terasa pusing karena
terbentur tembok akibat dorongan keras dari Faridha.
“Cukup Faridha, jangan sakiti lagi anak-ku” Kata Nora dengan
lemah dengan masih memegang kepalanya
“Hah? Cukup kau bilang?!! Lalu, apa yang kau pikirkan saat
menyakiti pengacara kepercayaan Ayah, Bik Min dan kedua orang tua Kak Ardhan?!
Jangan kau pikir aku kami tidak tahu apa yang sudah kau lakukan pada kedua
orang tua Kak Ardhan, selama ini aku dan Kak Ardhan menyelidikinya dan ternyata
benar kalianlah pelakunya. Mungkin kalian akan mati ditangannya dengan segera
nanti” Kata Faridha dengan berapi-api, tangannya tidak berhenti memukul dan
menjambak Sheila, sedang Sheila juga tidak mau kalah.
“Lalu kau mau apa, hah? Dan seperti yang kau tahu, kalau kami
tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang kami inginkan dan saat ini aku
sangat menginginkan Rajatha menjadi milikku, aku akan melakukan apa saja untuk
menyingkirkanmu dan mendapatkannya” Kata Sheila dengan tak tahu malu
PLAKKK
Faridha menampar pipi Sheila dengan keras dan mendesakan-nya ke tembok dengan memelintir
tangannya ke belakang, sungguh ucapan Sheila tadi membuat Faridha ingin merobek
mulut sialan-nya.
PLAKKK
Sekali lagi Faridha menampar Sheila
“Dengar! Sudah lama sebenarnya aku ingin membalas apa yang
sudah kalian lakukan padaku, tapi cukup untuk hari ini, Rajatha terlalu lama
menunggu untuk acara pertunangan kami. Dan kau Jalang tengik, buang mimpimu jauh-jauh
untuk menggagalkan pertunanganku ataupun merebut kekasihku, seujung kuku saja
kau berani menggodanya, aku tidak akan segan-segan melemparmu ke kandang macan.
Jangan macam-macam pada KEKASIHKU” Ancam Faridha dengan menekankan kata “Kekasihku”.
Apa salah jika dia mempertahankan apa yang menjadi miliknya? Dan jangan lupa
kalau dia adalah seorang gadis yang posesif.
Setelah mengatakan itu, Faridha menuju Nora dan mengambil
kunci kamar dengan paksa yang disembunyikan oleh Nora di kantong celana-nya,
setelah mendapatkan-nya Faridha segera keluar dari kamar dan membanting pintu
dengan keras.
Ternyata keadaan ballroom hotel tersebut sudah sangat ramai,
ia segera menemui dan mengajak Jodha serta Lavina.
“Kau baik-baik saja Faridha? Kenapa wajahmu? Apa mereka menyakitimu? Ada yang
sakit?” Lavina dan Jodha memberondongnya dengan berbagai pertanyaan. Kini
mereka ada disebuah kamar rias yang memang sudah disiapkan
“Aku tidak apa-apa Mah, Mbak. Hanya sedikit lebam saja. Bisa tolong perbaiki
make-up ku?” Kata Faridha tenang. Jodha dan Lavina hanya diam seolah menuntut
penjelasan darinya
“Nanti setelah acara ini selesai, akan aku ceritakan. Sekarang, tolong bantu
aku perbaiki penampilanku, aku tidak ingin kekasihku kabur melihat keadaanku
yang kacau seperti ini. Please,,,” Kata Faridha setengah bercanda dan
mengerjapkan-ngerjapkan matanya lucu membuat Jodha dan Lavina tersenyum, mereka
segera memperbaiki riasan wajah Faridha dan mengganti gaun-nya dengan yang baru
dan tidak kalah indahnya dengan gaun yang ia kenakan sebelumnya.
^^^
“Mereka bukan manusia, aku tidak yakin tidak membunuh mereka jika sudah bertemu”
Kata Ardhan emosi
Kini semua orang sudah kembali berada di ballroom dan bersiap dengan acara pertunangan
Rajatha dengan Faridha.
“Mereka akan mendapatkan ganjaran-nya Kak, aku yakin kita akan menemukan mereka
segera” Lavina menenangkan suaminya
Sedangkan Rajatha yang berada disamping Faridha, terus
memperhatikan Faridha dengan seksama, ia tidak yakin dengan kata “Tidak apa-apa”
yang diucapkan Faridha sejak tadi, ia sudah mengerahkan semua orang untuk
mencari keberadaan Nora dan Sheila. Rasanya ia ingin mengurung Faridha didalam
kamar saja agar kekasihnya ini tidak bertemu dengan kedua wanita berbahaya itu.
Ngomong-ngomone, ia bangga akan keberanian Faridha melawan kedua wanita tersebut,
tadi Faridha sedikit bercerita padanya.
“Ayo,, Sekarang waktunya kalian memakaikan cincin satu sama
lain” Kata Jodha. Dan mereka semua berdiri berjalan menuju tengah-tengah
ballroom
Yang pertama Rajatha terlebih dahulu yang memakaikan cincin
di jari manis kiri Faridha kemudian diikuti oleh Faridha setelahnya.
Rajatha mengecup punggung tangan Faridha dengan mesra.
“Cantik dan rasanya aku ingin segera menjadikanmu milik-ku, Sayang” Bisik
Rajatha dengan mesra
“Apa Mas sudah tidak sabar hidup dalam kekanganku nantinya?” Tanya Faridha
menggoda
“Justru aku sangat menanti kekanganmu itu, Sayang” Balas Rajatha dan mencuri
ciuman singkat di pipi merah Faridha
Keluarga dan tamu undangan tertawa melihat tingkah mereka
berdua.
“Menyanyi bersamaku, Sayang?” Ajak Rajatha menggandeng
tangan kanan Faridha
“Siapa takut” Kata Faridha lalu
mengikuti Rajatha menuju sebuah panggung mini yang sudah disiapkan.
Sebuah lagu romantis dipilih Rajatha dan Faridha untuk
mencurahkan cinta yang merasakan. Alunan nada mulai terdengar yang dimainkan
oleh para pemusik dibelakang mereka.
***
(Song : Samandar)
Tu Heer
meri, tu jism mera
- Kau adalah Heer ku, kau adalah tubuhku
Main Ranjha hoon, libaas tera
- Aku Ranjha mu, aku gaunmu
Tu Heer meri, tu jism mera
- Kau adalah Heer ku, kau adalah tubuhku
Main Ranjha hoon, libaas tera
- Aku Ranjha mu, aku gaunmu
Rajatha mulai bernyanyi dengan suara merdunya, matanya
intens menatap Faridha.
Ho yun qareeb tu
- Kau terasa begitu dekat
Chhu loon main teri rooh
- Namun aku tidak bisa menyentuh jiwamu
Bin tere main hoon be-nishaan
- Tanpamu tidak kutemukan tanda apapun
Suara Faridha pun mengalun dengan indahnya dan tersenyum
manis pada Rajatha
Samander
main, kinara tu
- Aku adalah laut, dan kau adalah pantai
Jo bikhru main, sahara tu
- Jika aku tenggelam, kau tempat aku terdampar
Samander main (samander main)
- Aku adalah laut
Kinara tu (kinara tu)
- Kau adalah pantai
Jo bikhru main (jo bikhru main)
- Jika aku tenggelam
Sahara tu (sahara tu)
- Kau tempat aku terdampar
Pehle thi bewajah
- Sebelumnya aku tidak berarti apa apa
Phir aake tu mila
- Lalu aku bertemu dirimu
Khwabon ko zinda kar diya
- Kau memberikan kehidupan dalam mimpiku
Apne wajood ka hissa bana diya
- Kau menjadi bagian dari keberadaanku
Qatre ko dariya kar diya
- Kau mengalir laksana sungai
Faridha teringat kembali disaat-saat terburuk dalam
hidupnya, walau ia tidak bisa melihat Rajatha saat itu namun hatinya merasakan
kedamaian dan merasa terlindungi jika bersama dengan Rajatha. Rajatha membangkitkan
kembali semangat hidupnya yang sudah mati.
Shirin
hai tu, tu meri zubaan
- Kau adalah Shirin, kau adalah bahasaku
Farhad hoon main, alfaaz tera
- Aku adalah Farhad, aku adalah kata katamu
Aa yun qareeb tu
- Kau terasa begitu dekat
Chhu loon main teri rooh
- Namun aku tidak bisa menyentuh jiwamu
Bin tere main hoon be-nishaan
- Tanpamu tidak kutemukan tanda apapun
Samander main, kinara tu
- Aku adalah laut, dan kau adalah pantai
Jo bikhru main, sahara tu
- Jika aku tenggelam, kau tempat aku terdampar
Samander main (samander main)
- Aku adalah laut
Kinara tu (kinara tu)
- Kau adalah pantai
Jo bikhru main (jo bikhru main)
- Jika aku tenggelam
Sahara tu (sahara tu)
- Kau tempat aku terdampar
“I love you so much, honey” Bisik Rajatha dengan mesra.
Jodha mengangguk pelan dan tersenyum haru
Sehra
ki dhool thi
- Dulu aku hanyalah kumpulan debu
Tune qubool ki
- Namun kau menerimaku apa adanya
Main aasmani ho gayi
- Diriku melambung di awang awang
Jaagu na umr bhar
- Ku tak ingin terjaga seumur hidup
Jo mere humsafar
- Karena kau teman seperjalananku
Baahon mein teri so gayi
- Ku ingin terlelap dalam pelukanmu
Tu Laila hai, nigaah meri
- Kau laila, kau adalah mataku
Main Majnu hoon, talaash teri
- Aku majnu, aku mencari dirimu
Ho yun qareeb tu
- Kau terasa begitu dekat
Chhu loon main teri rooh
- Namun aku tidak bisa menyentuh jiwamu
Bin tere main hoon be-nishaan
- Tanpamu tidak kutemukan tanda apapun
Samander main, kinara tu
- Aku adalah laut, dan kau adalah pantai
Jo bikhru main, sahara tu
- Jika aku tenggelam, kau tempat aku terdampar
Samander main (samander main)
- Aku adalah laut
Kinara tu (kinara tu)
- Kau adalah pantai
Jo bikhru main (jo bikhru main)
- Jika aku tenggelam
Sahara tu (sahara tu)
- Kau tempat aku terdampar
***
Para tamu undangan ikut terbuai dan merasakan cinta yang Rajatha dan Faridha
miliki, mereka semua bertepuk tangan.
“Tak terasa anak ku sudah besar dan akan menikah sebentar
lagi” Lirih Jalal menatap Rajatha dan Faridha yang berjalan menuju kearahnya
“Anak kita” Sergah Jodha langsung, Jalal tertawa kecil mendengarnya
“Terima kasih, Sayang. Aku mencintaimu dan ANAK KITA. Kau puas” Kata Jalal dan
menekankan kata “Anak kita”, Jodha tersenyum senang mendengarnya
Tangan Rajatha masih memeluk mesra pinggang ramping Faridha
dan berjalan menuju keluarga mereka. Saat sudah dekat, Jodha segera menarik
Faridha mendekat padanya dan berkata sesuatu yang membuat Rajatha syok
mendengarnya.
“Kau tidak boleh bertemu dengan Faridha sampai hari
pernikahan kalian dua minggu lagi. Lavina, tolong kau jaga Faridha, laporkan
pada Tante kalau anak ini nakal dan memaksa untuk menemui Faridha” Kata Jodha
tak terbantahkan
“Siap Tante” Kata Lavina semangat
“Are you serious Ma?” Tanya Rajatha
“Hhmm” Jodha hanya berdehem menanggapi pertanyaan tidak penting putera-nya
“Mah”
“Ini sudah tradisi Sayang, ikuti atau tidak ada pernikahan sama sekali” Ancam
Faridha
“Astaga! Oke,,Oke,, Baiklah” Kata Rajatha pasrah
Memang tidak ada yang bisa membantah jika sang Ratu sudah mengeluarkan
titah-nya.
Rajatha dan Faridha saling menatap sendu dan membayangkan
hari-hari yang akan mereka lalui selama dua minggu kedepan tanpa bisa tahu
kabar masing-masing.
“I miss you, Sayang”
“I miss you too, Mas”
Mereka berbicara tanpa bersuara karena takut ketahuan oleh yang lainnya, namun
yang sebenarnya adalah keluarga mereka hanya berpura-pura tidak tahu dan
menahan senyum melihat tingkah berlebihan Rajatha dan Faridha. Mereka bertingkah
seolah-olah akan dipisahkan selamanya, lagipula mana mungkin mereka tidak jadi
menikah padahal Jodha sendirilah yang paling antusias akan pernikahan mereka
sejak awal. Hahaa
- To Be Continue -