Dari luar ada yang memanggil Shehnaz dan itu adalah Javeda. Javeda langsung menghambur memeluk Maham, “Ibu, ternyata kau yang menemukan Shehnaz.”
Kemudian ia berdiri disamping Shehnaz. Maham Anga masih terus marah. Javeda mengatakan bahwa Shehnaz adalah pelayan Jodha yang Jodha bawa dari Agra. Kemudian ia berbisik pada Maham bahwa Shehnaz sedikit gila. Maham Anga tak peduli dan menyuruh Javeda membawanya pergi.
Setelah mereka berdua pergi, Maham Anga membuka petinya. “Apakah dia mencari sesuatu. Apa tujuannya datang kesini?”
Jalal membawa Ruqaiya ke kamarnya dan membantunya berbaring. Ia memerintahkan Dasi supaya tetap mengawasi Ruqaiya dan memberinya makan secara teratur. Ruqaiya mengatakan bahwa ia tidak sakit. Namun Jalal tetap bersikeras supaya Ruqaiya menjaga dirinya sendiri. Ia kemudian pamit karena ia masih memiliki urusan lain. Sebelum pergi ia mencium kening Ruqaiya. Ruqaiya yang sudah ditinggal Jalal tersenyum bahagia.
Maham datang ke tempar rahasia sambil membawa obor, “Aku selalu datang dengan harapan akan mendapatkan jawaban. Tetapi kau selalu mengecewakanku. Tapi sekarang cukup, kesabaranku sudah habis. Kau berpikir peringatanku hanyalah main-main, tapi kau tidak tahu bahwa ketika aku marah bahkan setan pun takut padaku.”
Maham membakar kain hijau dengan penuh amarah, “Ini adalah kesempatan terakhirmu. Saat aku datang lagi, aku akan mendapat jawabannya darimu.”
Jodha melakukan aarti pada tanaman tulsi, Rahim datang.
Jodha: “Rahim, apa yang kau lakukan disini.”
Rahim: “Yang Mulia tidak melakukan kesalahan. Dia mengucapkan mantranya dengan benar.”
Jodha: “Apa maksudmu Rahim?”
Rahim: “Ketika kau tidak ada disini, Yang Mulia selalu menyiraminya dan selalu berdoa disini.”
Jodha: “Benarkah?”
Rahim: “Ia selalu memenuhi semua kebutuhanmu.”
Jodha: “Aku tidak percaya ini, Yang Mulia melakukan aarti disini.”
Rahim: “Aku tahu dia tampak keras kepaka, tetapi dia melalukan apapun yang kau sukai.”
Jodha: “Jangan berkata seperti itu pada orang tua.”
Rahim: “Baiklah. Berikan aku prasad.”
Jodha memberikannya tapi sebelumnya ia meminta Rahim supaya
Rahim: “Aku tahu, kau akan pergi menemui Yang Mulia untuk memberinya aarti dan parsad, tapi jangan katakan kepadanya bahwa aku menyebutnya keras kepala.”
Jodha hanya tersipu dan tertawa kecil. Rahim pun pergi meninggalkannya. Jodha melangkah pergi. Namun ia kembali berbalik dan melihat pohon tuls, wajahnya sudah memerah dan tersenyum malu.
NOTE:
Ini sinopsis terakhir dari saya sebelum saya cuti dari dunia persinopsisan selama beberapa hari, beberapa minggu, beberapa bulan atau mungkin beberapa tahun. Kalau beberapa tahun sepertinya tidak... hihihi^0^
Namun untuk FanFiction, saya usahakan tetap lanjut hingga selesai. Akan tetapi sepertinya tidak bisa sering-sering seperti biasanya. (Seperti yang sudah saya utarakan di FanPage, karena ada alasan yang tidak bisa saya sebutkan disini)
Banyak di blog lain yang menyediakan sinopsis Jodha Akbar maupun FanFiction Jodha Akbar. Untuk Sinopsis, Insya Allah akan saya update link nya jika sudah ada yang membuat sinopsisnya.
See You Next Time. Sampai jumpa lagi di sinopsis serial atau drama yang lain. Jika ada yang menarik, boleh kita sharing sama-sama.
Salam hangat dari saya...
Regards,
Romla Chusnianti Ningrum.