Dan malam itu pun mereka habiskan untuk saling melepas rindu
satu sama lain, karena rasa kantuk yang
mendera-nya akhirnya Faridha tertidur lebih dulu, tak berapa lama Rajatha-pun
tertidur dan memutuskan telepon-nya.
^^^
Kini tanpa terasa hari-hari berat sudah berhasil dilalui dengan baik oleh Rajatha
dan Faridha, walau sebenarnya juga tidak bisa dikatakan baik-baik saja tapi
setidaknya semua itu sudah berakhir dan mereka siap untuk menjalani sebuah
babak baru dalam kehidupan mereka.
Rajatha sudah duduk
di hadapan penghulu, keringat sedikit demi sedikit mulai terlihat di sudut
pelipisnya, pertanda bahwa pria tersebut tengah berada dalam keadaan yang cukup
menegangkan dalam hidupnya. Sedangkan kedua orang tuanya, Jalal dan Jodha sudah
ikut duduk tepat dibelakangnya.
Rajatha nampak menundukan kepalanya dengan bibirnya yang
komat kamit, sejak kemarin ia terus menghapalkan satu kalimat yang akan merubah
segalanya, merubah status serta menambah tanggung jawab dalam hidupnya. Ya
Rajatha sedang menghapalkan qabul pernikahan-nya.
Sedangkan keadaan pengantin wanita yang kini masih berada di
sebuah kamar rias juga tidak jauh berbeda, ia pun terlihat tegang dan gelisah
sejak tadi. Faridha ditemani oleh Lavina
dan Melanie.
“Tenanglah Faridha” Kata Melanie, sedangkan Lavina mengelus
punggung Faridha dengan sayang, membuat Faridha mulai merasa sedikit lebih nyaman
dan rileks. Beruntungnya ia yang selalu dikelilingi orang-orang yang baik dan
sayang padanya.
“Ya
Allah,, Berkahi dan rahmatilah pernikahan ku kali ini. Aku mencintainya
karenaMU ya Allah. Semoga Rajatha menjadi pria dan cinta terakhir dalam hidupku
hingga hanya mautlah yang memisahkan kami. Aamiin” Do’a
Faridha dalam hati
“Saya terima nikah dan kawin-nya Faridha Anggun binti Alm
Hermawan dengan mas kawin tersebut dibayar tunai” Ucap Rajatha dengan lantang
Faridha yang tengah berdo’a tidak menyadari kalau diluar
sana Rajatha baru saja mengucapkan qabul pernikahan-nya dengan lancar dan hanya
dalam satu tarikan napas.
“Alhamdulillah.
Selamat Faridha” Lavina serta Melanie mengucap syukur dan memberi selamat pada
Faridha yang masih belum sadar bahwa ia telah sah menjadi istri Rajatha
“Apa,, Apa Mas Rajatha sudah,,,,”
“Sudah Faridha, ayo kita temui suami mu sekarang” Ajak Melanie pada Faridha
dengan semangat
“Alhamdulillah,,,
Ayah,, Bunda,,, ya Allah” Syukur Faridha dalam hati dan sesaat ia
teringat pada kedua orang tuanya
Dengan anggun Faridha yang di bimbing oleh Melanie dan
Lavina, berjalan menuju Rajatha yang sejak tadi tampak terus memperhatikannya
tanpa mengalihkan sedikitpun pandangannya ke arah lain.
“Ya
Allah,,, Terima kasih atas segala cinta dan rahmat-MU, dan karena izin-MU aku
dapat menghalalkan-nya hari ini. Berkahilah pernikahan kami ya Allah. Aamiin” Do’a
Rajatha dalam hati dengan terus memperhatikan Faridha yang tampak begitu anggun
dimatanya.
Kini Faridha sudah berada di hadapan-nya, penghulu meminta
mereka berdua saling memakaikan cincin satu sama lain, setelah itu Faridha
meraih tangan kanan Rajatha kemudian menciumnya dengan takzim dan dibalas
kecupan lembut dari Rajatha di kening Faridha, istrinya. Mereka saling
melemparkan senyum satu sama lain, senyuman kebahagiaan dan penuh cinta.
Tidak lupa paman kembar Rajatha, Hasan dan Husen -yang
pastinya turut andil dalam acara pernikahan Rajatha dan Faridha-, memberi
isyarat pada pengantin dan seluruh keluarga menuju ballroom hotel untuk
melaksanakan acara resepsi.
Dengan terbalut baju pengantin berwarna putih yang nampak
elegan, keduanya kini sudah bersanding dengan serasi diatas pelaminan, mereka
diapit oleh Jalal-Jodha dan Ardhan-Lavina. Setelah perwakilan dari kedua
keluarga menyampaikan beberapa kata sambutan dan ucapan terima kasih kepada
para tamu yang hadir, kini dengan diiringi lagu-lagu romantis satu persatu para
tamu undangan mulai berbaris rapi untuk memberikan selamat pada Raja dan Ratu
sehari tersebut, sebagian juga tengah menikmati jamuan makan yang sudah
disiapkan.
“Sayang” Panggil Rajatha lembut pada Faridha
“Ya Mas”
“I love you” Bisik Rajatha mesra dan mencium pipi Faridha sekilas dan tingkah
Rajatha barusan membuat heboh para tamu undangan, mereka berseru dan menggoda pasangan pengantin baru itu, Faridha
malu setengah mati karena-nya.
Hingga tahapan demi tahapan acara sudah mereka jalani, kini
saatnya Rajatha dan Faridha melemparkan bucket bunga pengantin yang sejak tadi
pegang Faridha, tampak para tamu undangan -yang tentu saja yang masih berstatus
single- begitu antusias, justru mungkin inilah moment yang mereka tunggu-tunggu
sejak tadi, bukan hanya karena mitos yang beredar -bahwa jika mendapatkan
bucket bunga pengantin maka tidak lama, kita juga akan menyusul menjadi
pengantin-, tapi juga karena keseruan dan kehebohan saat kita bersiap
memperebutkan-nya dan tentu saja suatu “kebanggan” jika berhasil
mendapatkan-nya.
Tampak MC bersiap memberi aba-aba, tidak ketinggalan dibawah
sana Melanie ikut ambil bagian, sejak tadi ia terus menyelip kesana sini dan
ulah Melanie tersebut tidak lepas dari tatapan Hasan –Paman Rajatha-, sesekali
ia tersenyum geli melihat Melanie yang begitu bersemangat diantara kerumunan
orang-orang disana.
“Aku
selalu berhasil mendapatkan bunga pengantin dan begitu juga kali ini, aku akan
menyingkirkan siapa saja yang mencoba menghalangiku, hihihihi” Batin
Melanie geli
“Hai Bro,, Kau tidak ikut untuk merebut bucket bunga
pengantin-nya?” Tanya Husen yang tiba-tiba muncul disebelah Hasan
“Mencoba berebut bucket pengantin yang akan dilempar oleh keponakan ku sendiri?
Yang benar saja” Sahut Hasan pada Husen tanpa menoleh sedikit pun padanya, ia
masih terus saja memperhatikan Melanie
“Hahahaa,.. Memangnya kenapa kalau itu dilempar oleh keponakan kita, kalau beruntung kau bisa mendapatkan-nya dan bisa
cepat menikah sepertiku” Oceh Husen.
Husen memang sudah menikah, tepatnya dua minggu yang lalu.
Sebenarnya ini adalah waktunya ia berbulan madu dengan istrinya tapi ia malah
ikut sibuk membantu persiapan pernikahan keponakan kesayangan-nya, dan sudah
pasti Husen tidak melakukannya secara cuma-cuma, ia sudah meminta jatah paket
honeymoon di kepulauan Fiji selama dua minggu pada Jalal dan Jodha, dan tidak
ketinggalan Hasan juga meminta “sesuatu” pada Jalal atas “jasanya” namun ia
akan mengatakannya nanti karena saat ini ia merasa sedang tidak membutuhkan
apa-apa. Ckckck,,,
Rajatha dan Faridha sudah melemparkan bucket bunga pengantin
mereka, dibawah sana terdengar riuh tawa dan teriakan-teriakan terutama dari
para wanita hingga HAPP, bucket itu kini sudah berada didalam genggaman
seseorang, oh tidak.. dua orang lebih tepatnya, Melanie dan Hasan.
Faridha dan Rajatha kini sudah berbalik dan mencoba mencari
tahu siapa kira-kira mendapatkan bunga nya.
“Melanie”
“Paman Hasan”
Gumam Rajatha dan Faridha hampir bersamaan, lalu mereka tersenyum bersama
memperhatikan kedua orang itu terlihat sedikit beradu argument dibawah sana.
“Maaf ya OM, saya sudah lebih dulu menangkap bucket bunga
ini” Kata Melanie dengan ketus nya, ia berusaha menarik bucket itu kearahnya
namun ditahan oleh Hasan
“Apa katanya? OM??? Yang benar saja”
Batin Hasan tidak terima
“Tidak bisa Nona kecil, saya juga menangkap bucket ini. Jadi ini milik ku” Kata
Hasan tidak mau kalah
“Ck,, sejak
kapan dia sudah ada disana dan sekarang,,, Astaga,,,” Batin
Husen tidak percaya melihat kekonyolan saudara kembarnya. Bisa-bisanya ia
berebut sebuah bucket bunga pengantin dengan seorang gadis seperti itu, memang
tadi dia yang menganjurkan untuk ikut mengantri mendapatka bucket itu tapi tidak
dengan cara berebut seperti ini. Oh come on Man,,,
“Ya Tuhan,,,” Husen yang melihat itu dari kejauhan menepuk
keningnya
“Hehehe,, Saudara kembar-mu lucu sekali, seriuskah ia berebut bucket bunga
dengan gadis kecil itu?” Tanya Thenea istri Husen sambil tertawa geli
“Entahlah honey, sepertinya ia benar-benar harus segera menikah. Anggap saja
kali ini kita tidak mengenalnya” Jawab Husen dan lagi-lagi membuat Thenea
tertawa karena-nya
“Bagaimana mungkin bunga ini milik Om. Om lihat sendiri kan
tangan saya berada dibawah dan memegang langsung bunga ini, sedangkan tangan anda
diatas tangan saya, jadi bunga ini milik saya” Kata Melanie kesal
“Kalau begitu milik ku adalah kau” Kata Hasan sambil menatap dalam mata tajam
Melanie
“Oh,, Ehm,, Maksudku,, Yah,,, Baiklah, bunga ini milikmu. Maaf” Kata Hasan lagi,
ia melepaskan genggaman nya dan berlalu dari hadapan Melanie yang masih
terbengong, sepertinya Melanie masih berusaha mencerna kalimat Hasan yang tadi.
Tiba-tiba lampu padam, tidak ada keriuhan dari para tamu
undangan yang hadir, semua diam. Sedangkan Faridha yang tidak suka dengan
suasana yang gelap, langsung mengulurkan tangannya mencari Rajatha, tapi tidak
ada.