“Hahaha Jalal tidak usah merasa bersalah seperti itu, ya
aku tak keberatan lah. Aku tahu kau super sibuk disini.”
“Nah, sekarang
kita sudah sampai”ucap Jalal turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Jodha.
“Gak perlu dibukain juga kali, emang aku ini anak kecil
apa?”protes Jo.
“Ya gapapa, sekali-kali aja gitu biar keliahatan
romantis. Hehehe”
“Emang kamu bisa romantis gitu?”
“Bisa lah, buktinya pas kita ke Pulau Bangka kau terharu
bukan saat aku melamarmu? Aku tahu Jo kau sempat menitikkan air mata. Dan
melihat semua ekspresimu dari rekaman video yang diambil Ulfah waktu itu. Haha
kau lucu sekali Nona. Aku tak habis fikir wanita jadi-jadian sepertimu bisa
juga menangis” ucap Jalal meledek Jo.
“Apaaa? Seorang Jodha Ardani wanita yang tangguh, seenaknya
saja dia bilang wanita jadi-jadian”kesal Jo berbisik.
Jodha turun dan melihat bangunan besar yang berdiri
didepannya. Ya, Colosseum salah satu Landmark Kota Roma peninggalan bersejarah
yang juga merupakan Tujuh Keajaiban Dunia Pertengahan. Gedung pertunjukkan besar
yang berbentuk elips biasa disebut amphitheatre atau nama aslinya Flavian
Amphitheatre. Situs yang terletak di Roma, Italia dan salah satu karya terbesar
dari arsitektur Romawi Kuno.
“Indah sekali, walaupun sudah hancur karena gempa besar
dan sejarahnya yang kelam. Tempat ini tetap menyuguhkan pesonanya kepada turis
yang datang.”ucap Jodha penuh bangga, senyuman yang sangat manis bagi Jalal
terukir di wajahna.
“Apa kau senang?”tanya Jalal.
“Ya, aku senang bahkan sangat senang. Memang ini bukan
kali pertama aku datang ke tanah Italy tapi saat aku kesini ayah dan ibu tidak
sempat mengajakku melihat keindahan Italy, karena kesibukannya mungkin”
“Dan sekarang aku yang akan menggantikan kesibukan ayah
dan ibumu, anggap saja budi baikku sebagai calon menantu mereka”lanjut Jalal.
Selain membawa Jodha ke Colosseum Jalal juga mengajaknya
ke Trevi Fountain sama-sama berada di Roma dan merupakan kolam air mancur
terkenal di dunia. Dengan arsitektur bergaya Baroque Style yang menjadi daya
tarik para turis. Mereka mengabadikan moment langka ini dengan smart phone
milik Jodha.
***
Jo telah datang pada tempat yang dijanjikan Leon. Ia
datang sendiri kesini, Jo tak mau merepot kan Jalal. Kemarin Jalal telah
menemaninya mengelilingi kota Roma, itu cukup membuatnya senang. Hari ini Jalal
mungkin sedang berkutat dengan pekerjaannya.
Restaurant besar terletak di pusat perbelanjaan dan
terlihat orang-orang penting sedang berdikusi dengan pekerjaannya. Entah apa
yang didiskusikan orang-orang itu. Mereka terlihat sibuk dengan kemeja dan jas
kebesarannya. Jo berpikir, apa mereka tidak bosan seharian hanya bekerja di
depan layar dan kertas-kertas yang memuakkan. Apa saja yang mereka lakukan?
Dari dulu Jo memang tak menyukai apapun yang berhubungan dengan bisnis. apa
dasarnya, Jo juga tak tahu. Padahal ayahnya juga terjun ke dunia itu.
Tiba- tiba laki- laki yang ditunggunya itu telah datang.
“Bagaimana Le? Apa yang ingin kau bicarakan denganku?”
tanya Jo to the point setelah Leon duduk di bangku berhadapan dengannya.
“Begini Jo, sebenarnya…ehm…aku ragu mengatakannya padamu”
Jo menatap mata Leon meminta keyakinan, “Le, kau
percayakan padaku? Katakan saja ”
Memang Jo sangat angkuh kepada laki-laki tapi tidak
terhadap Leon, ia sudah sangat dekat dengan Leon. Seingat Jo, Leon adalah
sahabatnya dulu. Dan satu lagi Erlen temannya itu entah kemana ia sekarang. Jo
berhubungan dengannya satu tahun terakhir, sebelum anak itu hilang tanpa kabar
hingga detik ini.
“Jadi…seseorang dikampus telah memfitnahku. Dia bilang
aku sudah menghamili temannya. Aku shock bagaimana aku bisa menghamilinya, menyentuhnya
saja aku tak pernah”ucap Leon menjelaskan pada Jodha.
“Lalu, apa kau punya bukti yang kuat untuk menjauhi
dirimu dari tuduhan ini atau kau pernah dijebak untuk melakukannya?”tanya Jodha.
“Tidak Jo, yang membuatku
tambah pusing adalah dulu kami pernah pacaran, tapi kami menjalani
hubungan yang baik dan tak melebihi batasan. Suatu saat ia menganggap hubungan
kami telah putus sepihak karena ia tertarik dengan pria yang tampan, kaya, tapi
menurutku pria itu cukup bandel. Ya kau tau lah apa maksudku Jo.”
“Sekarang aku bingung mengatakannya pada Papa, jika
beliau tahu aku tersangkut masalah seperti ini pasti ia akan sangat murka
kepadaku. Memang aku tinggal di Negara liberal tapi tata kramaku sebagai Bangsa
Indonesia tidak pernah kulupakan walau sudah bertahun-tahun disini kau sendiri
tahu kan Jo pergaulanku dulu. Aku tak sebebas itu.”lanjut Leon dan kali ini
matanya telah berkaca-kaca.
“Lebih baik, kau secepatnya memberi tahu Papa-mu akan
masalah ini. Jika kau terus-menerus menyembunyikannya Papa-mu akan mengira yang
tidak-tidak padamu. Ayolah Le, ku tahu kau pria tangguh, hanya karena masalah
ini saja kau takkan menyerah bukan?.”jawab Jodha.
“Tapi Jo, ini sudah sangat keterlaluan. Aku tidak punya
siapa pun disini selain dirimu, saat bertemu denganmu aku merasa kau mampu
membantuku menghadapi masalah ini. Entah dorongan dari mana itu, aku pun tak
mengerti”
“Baiklah, aku sangat paham dengan keadaanmu sekarang.
Tapi ku ingatkan sekali lagi, cepat katakan pada orang tuamu sebelum semuanya
terlambat. Jika sempat, kau langsung temui orang tuamu, agar mereka yakin akan
ucapanmu nantinya ”ucap Jodha.
“Iya Jo akan ku pertimbangkan usulanmu nanti”
“Tapi aku tak habis fikir Jo, mereka berani memfitnahku.
Apa yang mereka mau dariku. Maaf Jo jika aku terlihat cengeng, aku merasa bebas
berbicara denganmu”
Leon tampak berfikir sebentar, merenungkan sesuatu. Jo
dapat melihat itu dan tiba –tiba Leon berpindah duduk disebelahnya, serta
mendekap Jo dalam pelukannya, hatinya merasa damai.
Jo kaget, “Leon, lepaskan aku. Kau ini apa-apaan sih”
Leon damai saat memeluk Jo, Leon memeluk Jo bukan karena
dia menyukai gadis ini lebih kepada untuk mencari ketenangan. Lagipula Jodha
kan sahabat lamanya, bukan suatu masalah kan ‘fikirnya’.
Sedangkan Jodha, jantungnya berdegup sangat kencang.
Bukan karena dipeluk pria tampan blasteran Eropa ini, tapi ia sedang memikirkan
perasaan Jalal jika sewaktu-waktu melihat.
“Leon lepaskan!” Jo memukul Leon.
Leon melepaskan pelukannya, “Maafkan aku Jo, aku hanya
ingin ketenangan yang tak pernah kudapatkan dari siapapun” Mukanya bersalah.
“Ya baiklah” Jo diam “Aku bercanda Leon, seharusnya kau
minta izin dulu kepadaku. Jangan tiba-tiba seperti itu, bagaimana jika aku
mengidap penyakit jantung”
Leon kembali pada muka aslinya, “Wanita sepertimu
bagaimana bisa mengidap penyakit seperti itu”
Jo kesal “Semua orang bisa terkena penyakit itu Leon”
“Ya baiklah, kuharap tidak terjadi padamu. Hahaha”Leon
berhenti sejenak, “Kalaupun terjadi, aku akan menjadi pria pertama yang
khawatir akan keadaanmu”katanya setengah serius.
“Ayahku Le, dia yang lebih pantas. Bukan kamu !”kata Jo
sambil menjewer telinga Leon.
“Awww, aku bercanda doang kali”
Dan selanjutnya mereka bercengkrama sebagai 2 orang
kawan, yang lama tak berjumpa. Menceritakan semua kealfaannya saat berpisah,
dan masa-masa sekolah dulu (kalian tahu lah, apa yang dibicarakan manusia
ketika lama tak bertemu).
***
“Apa
salahku Jo? Apa kau benar-benar membenciku seperti yang tertulis di bukumu itu?
Apa kau mencintai dia? Apa? Ahh entahlah”
Sudah 3 hari ini Jalal mengabaikan Jo, ia hanya ingin
menenangi hatinya, agar tak bersikap gegabah yang dapat menghancurkan hubungan
mereka nanti. Atau membuat Jo menghilang seperti 7 tahun lalu, tidak Jalal
takut akan kemungkinan yang satu itu. Ia berusaha menata ulang hatinya,
melupakan apapun yang dapat menciptakan emosi baru dalam dirinya. Ia memutuskan
untuk mengabaikan Jo, Jalal tak tahu bagaimana sekarang kabar Jo, puluhan
panggilan ratusan pesan yang telah Jo kirim hanya Jalal abaikan. Memang
terlihat berlebihan tapi memang begitu adanya.
Terlalu gila fikiran Jalal untuk pindah ke hotel lain
setelah kejadian itu. Tapi sungguh ia hanya tak ingin gadisnya takut jika ia
emosi, lebih baik begini menurut Jalal. Setelah 5 hari ini Jalal memutuskan
untuk menemui Jodha di hotelnya terlebih dahulu, ia sudah siap menerima amukan
gadisnya karena menghilang tanpa kabar. Tapi Jalal tau Jo bukan gadis yang suka
mengamuk histeris, Jalal yakin Jo hanya akan diam atau ada kemungkinan lain.
“Tapi
bagaimana pun juga aku harus mencari kebenaran nya.” Batin Jalal
Jalal kini hanya menyesali keputusannya. Ia telah
mendatangi kamar hotel Jo untuk mencari gadis itu tapi hasilnya nihil, Jo sudah
tidak ada di sana. Apa mungkin Jo kesal karena diacuhkan beberapa hari ini?
Sehingga dia pergi tanpa memberitahu siapapun, setidaknya ia bisa beritahu
Fikri kan. Jalal berjalan sambil menyusuri lorong hotel dan menerawang kejadian
yang cukup membuat mukanya tak punya tempat di manapun alias malu.
Jalal
telah berada di depan kamar hotel Jo tapi saat ia mengetuk pintu ia melihat
orang asing, seorang ibu muda yang sedang menggendong bayi. Tak dipungkiri
walau wanita itu telah mempunyai bayi tapi tetap cantik. Dan bayi di dalam
gendongan wanita itu, siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh hati,
bagaimana tidak bayi yang menggemaskan dengan mata biru cerah seperti ayahnya.
Sepertinya Jalal terlalu sok tahu tapi yang benar saja mata ibunya tak seperti
itu lalu mata siapa lagi yang ditiru kecuali ayahnya.
“Maaf,
anda mencari siapa ?
“Saya
mencari Jodha Ardani penghuni kamar hotel ini.”
“Maaf
saya tak mengenali wanita yang anda sebut dan kamar hotel ini telah saya
tempati tadi pagi”
“Oh
maafkan saya tentu saja anda tak mengenalinya. Maaf sekali lagi karena telah
mengganggu kenyamanan anda. Mungkin saja teman saya telah keluar dari hotel
ini”
“Ya
tak apa”
Jalal
langsung ke lantai dasar untuk menemui resepsionis hotel, sejak kapan Jo meninggalkan
hotel ini.
“Maaf
saya ingin tahu penghuni kamar 66 atas nama Nona Jodha Ardhani, kapan
meninggalkan hotel?”
“Nona
Jodha Ardhani meninggalkan hotel kemarin kira-kira pukul 2 siang”
.
.
.
(Komentarnya yang kita butuhkan, untuk kedepannya lebih baik. Maaf, mungkin FF ini akan lama tidak di post karena 1 dan lain hal. Terimakasih pengertiannya.)