Jodha terusik,
“Shenshah, ini baru putaran pertama... jangan terlalu percaya diri... Junglee
Billi mu ini sangat ahli dalam bidang ini... Tidak ada kesempatan untuk malam
ini..”
Raja Bharmal
terlihat senang melihat kemampuan Jalal dalam hal memanah... Dia memberikan tepuk
tangan sambil berdiri kepada Jalal... Dan hal itu mengusik perasaan Rana Pratap...
Jalal melihat ke
arah Raja Bharmal dan tersenyum berterima kasih dengan tulus... Lalu dia
melihat ke arah semua Raja Rajvanshi dan Rana Pratap (Para Raja yang bersekutu
melawan Mughal) dengan tatapan kemenangannya..
Keluarga Jodha
merasa lega mengetahui kemampuan Jalal... Mereka semua ingin Jamai Sa menang di
depan semua Rajvanshi...
Putaran kedua
dimulai...
Keduanya diberikan
masing-masing 10 buah anak panah... dan tantangannya adalah membentuk X dalam
dua kali tembakan...
Jalal pernah
melihat Jodha melakukannya saat Adham menyerangnya... Dia yakin Jodha pasti
dengan mudah melakukannya..
Jodha bersiap... mengambil
5 anak panah dan menembakkannya membentuk x di papn target...
Semua Rajvanshi
dan Mughal bertepuk tangan dan mengelu-elukan Jodha...
Jalal berkata
sambil tersenyum..”Aku lupa bagaimana hebatnya dirimu, Jodha Begum... Bahkan
kau menyelamatkan hidupku... ”
Jalal mengambil
busur dan anak panahnya... dan mulai menembak... dalam sekejap dia juga telah
membentuk tanda x dalam dua tembakan...
Semua orang
terpana dan kagum melihat kemampuan memanah Jalal.. Jalal belum pernah
menunjukkan kemampuannya ini di depan publik... Bahkan prajurit Mughal pun
terkejut... Semua orang sudah tahu tentang keahliannya memainkan pedang tapi
hampir tidak ada yang tahu keahliannya memanah...
Jodha tidak hanya
kagum, namun juga teramat senang bahwa Jalal mampu melewati setiap putaran
dengan sangat mudah... Dia bertepuk tangan lebih lama... Di satu sisi, hanya
dia satu-satunya yang bertepuk tangan dan menangis bahagia... Dia sangat bangga
mengetahui suaminya adalah seorang pejuang hebat... ahli di semua bidang... Jalal
menatapnya dengan penuh cinta...
Semua Raja
Rajvanshi makin tertarik dengan kompetisi yang sedang berlangsung... sekarang
mereka menunggu dalam diam... Mereka semua terkejut melihatnya ahli dalam
memanah... mereka semua tahu, pada jaman itu tidak ada yang mengalahkan
kemampuan Jalal dalam pertarungan pedang... tapi tidak ada yang menduga soal
ini... Ada perasaan takut dalam diri mereka... Rana Pratap senang melihat
keahlian Jalal dalam bidang ini. Dia sudah tahu bahwa Jalal adalah pejuang yang
sangat hebat dan dia memiliki kesempatan melihat sendiri kemampuan itu...
Putaran berikutnya
cukup berat... Pada putaran ini, masing-masing akan diberikan 10 anak panah... dan
mereka harus menembakkan pada objek yang bergerak... Jodha sangat ahli dalam
menembak objek bergerak, ketepatannya adalah 10 dari 10 tembakan... Belum ada
seorang Rajvanshi yang mampu mengimbangi kemampuannya...
Jodha yang pertama
mulai... Seperti yang selalu terjadi, hanya dalam hitungan menit... semua anak
panahnya tepat mengenai targetnya...
Jalal kagum
padanya... Dengan rasa bangga dia bertepuk tangan untuk Jodha... dan berbisik
di telinganya... “Jodha Begum, aku sangat terkesan dengan bakatmu... Sepertinya
malam ini akan kita habiskan sambil menghitung bintang... ”
Jodha menatapnya
marah dan berkata... “Jadi sekarang kau menantangku di depan semua pendukungku...
Kemenangan kecilmu membuatmu sombong... Kau tidak akan bisa mengalahkanku....Aku
tidak akan mempertaruhkan harga diriku hanya untuk kau taklukkan... ”
Dengan tersenyum,
Jalal berkata... ”Tenanglah Malika E Hindustan... Apa yang akan kau lakukan
malam ini...
Jodha menatapnya...
dan berkata... “Setelah ini kau akan lihat siapa yang lebih menang diantara
kita”
“Baiklah Jodha
Begum.. Sesuai permintaanmu..”
Jalal bersiap
dengan busur dan anak panahnya... Seperti kebiasaannya dia mengedarkan
pandangan ke seluruh penonton... dan bertatapan dengan Abdul... Mereka saling
melempar senyum...
Target mulai
bergerak... bola sudah meggelinding di udara... sebelum jatuh dia sudah harus
membidiknya dengan tepat...
Dalam beberapa
menit Jalal menembak semua target tanpa terlewat satupun... Penonton bersorak...
Para Raja Rajvanshi terpana tak percaya... termasuk Jodha... Dia pikir dia yang
paling ahli dalam menembak objek bergerak... tapi Jalal juga sama hebatnya
seperti dirinya bahkan dia menyelesaikannya dengan lebih cepat... Rona wajah
Bharmal bersinar melihat keberhasilan Jalal... Dia bertepuk tangan paling keras...
Semua orang bersorak untuk kedua pasangan yang tak terkalahkan itu...
Jalal menoleh ke
arah Abdul sekali lagi... keduanya saling melempar senyum... Hanya Abdul yang
tahu betapa hebatnya kemampuan memanah Jalal... Jalal dulu tidak pernah
tertarik dalam bidang memanah... Dia pernah belajar dan berlatih tapi tidak
mendalami kemampuannya... namun ketika dia melihat Jodha sangat ahli
melakukannya pada saat bertarung dengan Adham... dia memutuskan untuk serius
berlatih dan mengasah kemampuannya sebagai kejutan untuk Jodha... Ketika Jodha
pergi... Jalal berlatih dengan tekun sambil mengingat Jodha... bahkan dia pergi
ke sebuah ashram untuk memperdalam ilmunya...
Wajah Hamida
berseri menyaksikan kehebatan putranya... dia sangat bangga pada putranya... Menyadari
makin tegangnya pertandingan ini... Mirza berlari menghampiri Hamida Mariam
Makani... dan Surya langsung memanfaatkan kesempatan ini... dia bergeser dan
duduk tepat di sebelah Sukanya....
Jalal senang
melihat wajah Jodha yang bersinar gembira.... Wanita itu memberikan kebahagiaan
luar biasa pada Jalal... Sifatnya yang selalu memikirkan orang lain... Jalal
tahu dengan jelas bahwa kemenangannya adalah kebahagiaan untuk Jodha... Jalal
makin merasa tersanjung saat dilihatnya Raja Bharmal juga gembira dengan
kemenangannya... bisa dikatakan sedikit demi sedikit dia telah menjadi bagian
dalam keluarga ini...
Tiba saatnya pada
putaran terakhir pertandingan ini... dengan tantangan yang makin sulit... Memanah
ke arah bola yang bergerak sambil mengendarai kuda... keduanya telah siap di
atas pelana kuda... Jalal dan Jodha saling mencuri pandang sebelum start....
lalu keduanya mulai bergerak dalam kecepatan yang sama... Ada banyak bola yang
mengayun di udara... Jalal dan Jodha mulai mengambil ancang-ancang... Keduanya
memanah tepat sasaran... Akhirnya waktu pertandingan telah usai... keduanya
turun dari kuda... saatnya penilaian... anak panah siapa yang paling tepat
mengenai sasaran....
Setelah dinilai...
dengan mengejutkan... Raja Bharmal mengumumkan... ”keduanya berhasil mengenai
sasaran sama tepatnya dengan jumlah anak panah yang sama pula... Maka
kuputuskan mereka berdua adalah pemenangnya..”
Rana Pratap
bangkit dari kursinya sambil bertepuk tangan dan berkata... ”Raja Sahib, aku
sangat terkesan dengan kemampuan memanah dari Jamaisa-mu... Sungguh, dia adalah
prajurit yang hebat dan pasangan serasi bagi Jodha... tapi keduanya tidak bisa
menjadi pemenang... Aku dengar Shahenshah pernah menantang Jodha bahwa dia bisa
mengalahkan Jodha dalam pertandingan memanah dan dalam pertarungan seorang pria
harus selalu lebih unggul dari wanita... Jadi harus kukatakan bahwa Jodha lah
pemenangnya... Putri Rajput kita adalah pemenangnya... ” Seluruh Raja Rajvanshi
setuju dengan pernyataan itu...
Jalal dengan
bangga berkata..” Ranaji.. Aku setuju dengan apa yang baru saja kaukatakan... Aku
sangat bangga pada Begum Mughal-ku... Malika E Hindustan... yang bisa
mengalahkan semua orang dalam memanah... Aku bangga akan hal itu... Pada
kenyataannya dia tidak menang tapi ya dia menang menurut teorimu... Dalam hal
ini, aku patut berbangga pada kemenangan Begum-ku..”
Dengan nada sinis,
Rana Pratap berkata... ”Jadi Shahenshah Mughal telah mencicipi kekalahan untuk
pertama kalinya dari seorang Putri Rajvanshi... Aku senang kau tahu betapa
tangguhnya seorang Rajvanshi... dan jangan pernah lupakan itu..”
Mendengar
perdebatan mereka di depan khalayak ramai... Bharmal... Hamida.... Mirza... seluruh
anggota keluarga merasa terluka...
Jantung Jodha
berdebar saat Jalal menerima kekalahannya... Di depan seluruh Rajvanshi, Rana
Pratap mengambil kesempatan itu mempermalukan Jalal meski dia sudah melihat
kemampuan hebatnya... air mata jatuh di wajah Jodha mendengar hinaan rana
Pratap..
Ekspresi Jalal
penuh amarah tapi dengan nada yang terkendali dia berkata, “Ranaji... terima
kasih sudah mengingatkanku betapa tangguhnya seorang Rajvanshi... Aku paham
betul... Aku selalu ingat kekuatan setiap teman dan musuhku... Aku tidak pernah
menganggap enteng semua musuhku.... itulah kenapa Jallaluddin Mohammad tak
pernah terkalahkan dalam pertempuran..”
Abdul bangkit... Dia
tidak bisa terima semua Raja-Raja itu menertawakan temannya.. Darah pejuangnya
bergejolak dalam emosi... Dia berteriak kencang..”TIDAAK.”