“Terima kasih Nona, saya akan menjadi pelayan Nona dan
membantu Nona mulai saat ini” Kata Rajatha dengan tersenyum, Faridha mengangguk
dan meminta Bik Min untuk segera mendorong kursi rodanya meninggalkan rumah
sakit.
^^^
Rajatha, Faridha dan Bik Min telah berada di rumah Faridha, rumah yang cukup
mewah yang hanya ditinggali oleh Faridha dan beberapa pelayan saja.
Rajatha langsung membopong tubuh Faridha yang tengah terlelap menuju kamarnya
di lantai dua rumah tersebut, mungkin efek obat yang dia minum di rumah sakit
tadi membuat Faridha terlelap seperti sekarang ini.
“Non sudah tidur?” Tanya Bik Min pada Rajatha setelah ia
menutup pintu kamar Faridha
“Iya, Bik,, Ada yang ingin saya sampaikan, bisa kita bicara sebentar” Kata
Rajatha pada Bik Min
Bik Min membawa Rajatha ke halaman depan rumah, setelah
memantapkan hatinya, Rajatha mulai berbicara
“Ehm,, Pertama-tama biarkan saya memperkenalkan dulu siapa saya sebenarnya.
Nama saya adalah Rajatha.” Kata Rajatha mulai membuka siapa jati diri
sebenarnya
“Rajatha? Tapi,, Putra? Apa kau membohongi kami? ” Tanya Bik Min bingung
Rajatha tersenyum “Tidak Bik, nama lengkap saya adalah Rajatha Putra Akbar, tai
saya lebih sering dipanggil Rajatha. Saya tidak bermaksud membohongi anda
maupun Nona Faridha, tapi saya rasa saya tidak perlu mengatakan siapa saya
sebenarnya pada Nona Faridha karena apa yang saya lakukan saat ini hanya ingin
membantu, dan setelah nanti Nona Faridha sembuh atau setidaknya saat nanti
emosi Nona Faridha sudah mulai stabil saya akan pergi dari kehidupan Nona
Faridha dan kalaupun nanti takdir mempertemukan disaat nanti Nona Faridha sudah
bisa melihat, pasti dia tidak akan mengenali saya juga kan Bik”
Bik Min masih diam mendengarkan Rajatha hingga Rajatha kembali
melanjutkan perkataannya. “Saya baru tiba di Indonesia beberapa minggu yang lalu,
dan tujuan saya datang ke Negara ini adalah karena pekerjaan, hhmm,, lebih
tepatnya mengembangkan bisnis keluarga dengan membangun perusahaan baru disini,
seperti yang saya katakan sebelumnya kalau saya bukanlah pelayan yang Bibi
maksud tapi saat melihat Faridha begitu histeris seperti di Rumah Sakit tadi
membuat saya iba dan tidak tega untuk menolaknya, dia sangat sensitive jika ada
orang yang menolak dan mengabaikannya” Kata Rajatha panjang lebar
Bik Min menganggukan kepalanya mengerti
“Terimakasih banyak atas bantuannya, kau benar-benar orang yang baik” Kata Bik
Min dengan tulus
“Tidak perlu berlebihan seperti itu Bik, bukankah sudah sewajarnya kita sebagai
sesama manusia harus saling tolong menolong” Jawab Rajatha bijak
Bik Min diam menerawang memikirkan Faridha “Non Faridha,,,
kehidupan Non Faridha berubah sejak hari naas itu menimpanya, dunia seolah
terbalik baginya, dia sebelumnya adalah gadis yang manis, lincah, manja dan
periang. Sepanjang hari rumah ini ramai akan celoteh cerianya, ia bisa
menghabiskan waktu hingga berjam-jam dan melupakan segalanya jika sudah
berbicara dengan ayahnya” Bik Min berkata dengan masih membayangkan bagaimana
sosok Faridha yang dulu
Rajatha mendengarkan dengan seksama, jujur ia mulai
penasaran dengan sosok Faridha, kenapa dan bagaimana bisa ia sampai mengalami
kecelakaan hebat seperti itu
Bik melanjutkan “Tapi semua berubah hanya dalam waktu satu
hari karena sebuah kecelakaan maut, ia menjadi istri, yatim piatu dan janda di
waktu yang hampir bersamaan” Suara Bik Min mulai bergetar
“Ya Allah” Batin Rajatha
“Bahkan Non Faridha tidak sempat melihat wajah ayah tercintanya untuk terakhir
kalinya sebelum dimakamkan karena saat itu Non masih dalam keadaan koma di
rumah sakit”
“Apa suaminya meninggal saat kecelakaan itu juga?” Rajatha tidak bisa menahan
rasa penasarannya lebih lama lagi
“Sebenarnya sampai saat ini kami tidak pernah melihat jasad Tuan Ardhan, suami
Non Faridha. Bahkan keluarga Tn Ardhan pun seperti hilang ditelan bumi, sejak
kecelakaan itu mereka tidak pernah menemui Non Faridha selama di rumah sakit
dan itu membuat Bibi bertanya-tanya sampai sekarang, ada apa sebenarnya. Tapi
menurut keterangan dari pihak kepolisian menyatakan bahwa Tn Ardhan meninggal tidak
lama setelah kecelakaan tersebut dan jenazahnya sudah diserahkan pada pihak keluarganya,
entahlah Bibi tidak terlalu mengerti soal itu”
“Kasihan dia” Lirih Rajatha
“Eem,, Tuan” Panggil Bik Min pada Rajatha
“Ah,, Jangan memanggilku seperti itu Bi, panggil saja namaku. Faridha bisa
curiga kalau Bibi memanggil pelayannya dengan sebutan seperti itu”
“Tapi anda bukan pelayan Tuan, sedangkan saya adalah seorang
pelayan disini, biarkan Bibi memanggil Tuan saat tidak ada Non Faridha dan sekali
lagi Bibi benar-benar minta maaf atas kesalah pahaman tadi” Sesal Bik Min
“Tidak apa-apa Bik. Sudahlah,,, mungkin Allah telah menuntunku untuk bertemu
dengan Bibi dan Nona Faridha hari ini, saya akan membantu Bibi untuk mengurus
dan menjaga Nona Faridha. Dan saya minta Bibi jangan sampai mengatakan pada NonaFaridha
siapa saya sebenarnya karena ini hanya sementara dan nanti semua akan kembali
seperti sediakala. Untuk saat ini biarkanlah Nona Faridha tahu bahwa saya
adalah Putra, seorang pelayan” Terang Rajatha
“Ba-Baik Tuan”
^^^
Hari sudah malam dan Rajatha pamit untuk undur diri, ya Rajatha sudah
mengatakan pada Faridha bahwa malam hari ia harus kembali ke rumah, ia tidak
bisa menjadi pelayannya selama 24 jam penuh dan syukurlah Faridha setuju dengan
itu.
Sebelum kembali ke appartement, Rajatha menuju Rumah Sakit
terlebih dahulu untuk mengambil mobilnya yang tadi siang ia tinggalkan disana.
Kini Rajatha sudah tiba di appartementnya, ia bergegas mandi,
sholat isya dan memasak makan malam untuk dirinya sendiri, setelah itu Rajatha
kembali berkutat dengan berkas dan file tentang perusahaan barunya
Rajatha Putra Akbar, walaupun ia anak satu-satunya dari
keluarga yang kaya raya, namun kedua orang tuanya yaitu Jalal dan Jodha tidak
pernah mendidiknya menjadi anak manja apalagi bergantung dengan orang lain.
Saat Rajatha tengah sibuk dengan pekerjaannya, tiba-tiba ada
panggilan video call di handphone-nya, Rajatha melirik kearah handphone-nya dan
tersenyum, segera ia menerima panggilan tersebut dan meninggalkan sejenak
kesibukan nya
“Assalamu’alaikum Mah, Pah” Sapa Rajatha sumringah pada
kedua orang tuanya yang menelphone
“Walaikum salam” Jawab Jalal dan Jodha berbarengan
“Kemana saja kau seharian ini Jagoan, susah sekali menghubungimu, Mamamu bahkan
sampai uring-uringan sejak tadi” Kata Jalal pada Rajatha, Jodha yang berada
disampingnya memasang tampang jutek pada putra tercintanya
Rajatha tersenyum mendengar perkataan Papanya, ya memang
sejak tadi siang handphone nya mati dan ia tidak sempat men-charge handphone
karena sibuk melayani Faridha, mengingat nama Faridha tiba-tiba ia memikirkan
gadis malang tersebut “Apa dia sudah
tidur” Batin Rajatha
“Rajatha!” Panggil Jodha dengan keras karena dilihatnya
Rajatha malah asik melamun
“Ah,,,I-iya Mah” Kaget Rajatha dan ia tersenyum salah tingkah
“Apa yang kau tadi lamunkan hah? Kau tidak suka Mama menelphon mu? Apa Mama
mengganggumu? Baiklah, urus saja kertas-kertas yang menurutmu itu lebih penting
daripada Mama, matikan saja videonya. Baru beberapa minggu disana, kau sudah
melupakan Mama. Percuma ternyata sejak tadi Mama mengkhawatirkanmu. Menyebalkan”
Cerocos Jodha seperti biasanya, wajahnya memerah menahan kesal dan ia langsung
memeluk Jalal yang berada disampingnya, ya bagi Jodha sejak dulu berada dalam
dekapan Jalal adalah tempat favoritnya, bahkan jika ia sedang marah pada Jalal-pun
tetap dalam dekapan Jalal-lah tempat ia kembali dan akan selalu begitu.
Jalal yang tiba-tiba di peluk oleh Jodha langsung membalas
pelukan istri tercintanya dan mengelus kepalanya dengan sayang, sebenarnya ia
ingin tertawa melihat kelakuan Jodha yang tidak pernah berubah hingga sekarang,
Jodha yang bisa sangat cerewet dan manja dalam waktu bersamaan, itulah istrinya
yang selalu membuat Jalal gemas dengan segala tingkahnya walau mereka sudah
tidak muda lagi.
Sedang Rajatha berusaha menahan untuk tidak tertawa, Mamanya
memang lucu.
Walau terkadang Mama marah dengan Papa, tapi kemarahan Mama tidak pernah
bertahan lama karena di menit selanjutnya Mama sudah meringkuk dalam pelukan
penuh kasih sayang sang Papa dan mereka kembali mesra seperti sebelumnya.
Rajatha
tersenyum bahagia memperhatikan orang tuanya yang tengah berpelukan, dia sudah
biasa melihat pemandangan seperti ini, sejak dulu kedua orang tuanya selalu
hangat dan harmonis, itulah yang membuatnya selalu betah berada dirumah,
walaupun ia terkadang sering meeting jauh Rajatha selalu mengusahakan untuk
bisa pulang kerumah pada malam harinya untuk bertemu dan bercengkrama dengan kedua
orang tuanya.
“Mama” Rajatha memanggil Jodha dengan lembut
Jodha melirik sekilas kearah ponsel tanpa melepas pelukannya pada tubuh Jalal
“Aku merindukan Mama, sangat” Kata Rajatha lagi
Jodha melepaskan pelukannya pada Jalal, ia tersenyum menatap layar ponsel,
matanya mulai berkaca-kaca mendengar suara lembut dan penuh kerinduan dari anaknya
“Jangan menangis Ratuku, rasanya aku sangat ingin memeluk Mama saat ini tapi
tentu saja tidak bisa dan kalaupun bisa pasti tidak bisa lama-lama kalau ada
Papa disebelah Mama,, Hehe” Kata Rajatha bercanda, membuat Jodha tertawa
“Mama juga sangat merindukanmu Nak” Kata Jodha akhirnya
“Apa kau baik-baik saja disana Jagoan?” Tanya Jalal
“Alhamdullillah Pah, Mah. Rajatha disini baik-baik saja, tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Bagaimana keadaan Mama dan Papa disana?” Tanya Rajatha balik
“Alhamdullillah,,, Mama dan Papa juga baik-baik saja sayang. Kau sudah makan?”
Kata Jodha
“Sudah Mah”
“Dengan makanan siap saji lagi?” Tanya Jodha tidak suka
“Hahaha,, Tidak Mamaku sayang, tadi aku memasak sendiri untuk makan malam, Mama
tidak lupa kan kalau aku ini juga pandai memasak seperti Mama” Kata Rajatha
bangga. Rajatha memang pandai memasak sejak dulu, siapa lagi yang mengajarinya
kalau bukan Jodha yang memang seorang chef handal
“Bagus, Mama tidak suka kalau kamu terlalu sering memakan makanan siap saji”
“Aku tahu Mah, aku akan rajin memasak untuk diriku sendiri disini”
Setelah berbincang cukup lama, mereka memutuskan sambungan video call tersebut
Melihat kemesraan orang tuanya yang tidak berubah sejak dulu,
terkadang membuat Rajatha berkhayal untuk
segera menikah dan memiliki keluarga kecil yang penuh cinta seperti
kedua orang tuanya tapi ambisinya dalam berbinis mengalahkan segalanya, Rajatha
sangat serius dengan dunia Bisnis seperti yang diajarkan Papanya. Dia ingin
sukses di usia muda seperti sang Papa dulu.
Menikah? Mungkin masih bisa nanti lagipula saat ini ia tidak
mempunyai calon untuk menjadi istrinya.
^^^
Pukul 8 pagi Rajatha sudah tiba di rumah Faridha, sejak hari ini Rajatha
memakai jasa sopir untuk mengantar dan menjemputnya kemanapun.
Rajatha langsung masuk kedalam rumah besar tersebut dan
mencari Bik Min untuk menanyakan keberadaan Faridha
“Pagi Bik” Sapa Rajatha dengan ramah pada Bik Min
“Pagi,, Tu,,” Bik Min menghentikan perkataannya saat melihat Rajatha sedikit
melotot padanya
“Ehmm,, Pagi Putra” Kata Bik Min akhirnya yang menyadari bahwa saat ini mereka
tidak hanya berdua, ada beberapa pelayan lain yang berada disekitar mereka
“Dimana Nona Faridha Bik, apa dia sudah bangun?” Tanya Rajatha langsung
“Non Faridha masih ada dikamarnya Putra, tadi setelah Bibi membantunya untuk
sholat Subuh dia kembali tidur”
“Ohh,,, Baiklah kalau begitu. Aku akan menelphon seseorang dulu diluar, kalau
Bik Min membutuhkan bantuanku panggil saja aku nanti” Kata Rajatha dan segera
ia menuju halaman depan rumah tersebut dan mencari tempat yang agak jauh dari
tukang kebun yang ia lihat sedang menyiram tanaman
^^^
“Halo Tio, bagaimana perkembangan pembangunan gedung kita?” Tanya Rajatha pada
salah satu mandor yang bertanggung jawab atas pembangunan gedung perusahaannya
“Halo Pak Rajatha. Sejauh ini masih berjalan lancar Pak dan sesuai dengan
perintah Bapak kemarin untuk menambah tenaga kerjanya sudah saya dapatkan, mereka
mulai bekerja hari ini” Jawab Tio sopan
“Bagus, laporkan semua perkembangannya padaku, kalau aku tidak mengangkat
telephone mu, cukup sms dan aku akan membacanya nanti”
“Baik Pak, apa Bapak akan datang kesini nanti?”
“Tidak tahu, kalau sempat aku akan kesana nanti”
Rajatha mematikan sambungan telephone nya dan berbalik, dilihatnya dari
kejauhan Bik Min seperti memanggilnya
“Ada apa Bik?” Tanya Rajatha saat sudah berada di depan Bik
Min
“Putra, Non Faridha sudah bangun dan dia ingin turun”
Rajatha mengerti, ia langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Faridha di
lantai atas
Tok,,,Tok,,,Tok,,, Rajatha mengetuk pintu kamar Faridha
“Masuk” Jawab Faridha dari dalam
Rajatha yang mendengar sahutan Faridha segera meraih handle pintu kamar tersebut
dan membukanya
Dilihatnya Faridha sedang duduk dikursi roda dan berada
disamping jendela kamar dengan tatapan kosongnya, perlahan Rajatha mendekat
“Masha Allah,,, Cantiknya” Batin
Rajatha, entah sudah berapa kali Rajatha memuji kecantikan Faridha sejak
pertemuan pertama mereka kemarin
“Putra?” Tanya Faridha dengan menolehkan kepalanya kekanan
dan kekiri
“Ya saya Putra, Nona mau turun?” Tanya Rajatha dengan lembut, ia sudah berlutut
di hadapan Faridha saat ini
“I-iya” Kata Faridha terbata, entah mengapa sebenarnya sejak pertama Putra
memeluknya kemarin, Faridha merasakan sesuatu yang aneh dihatinya, dadanya
berdebar setiap kali Putra menggendongnya dan berada dekat dengan pelayannya
itu, sungguh perasaan yang sangat aneh
“Baiklah” Kata Rajatha dan segera ia meraih Faridha kedalam
gendongannya dengan lembut, tangan Faridha tidak merangkul leher Rajatha
seperti pertama Rajatha menggendongnya kemarin
Setelah sampai dibawah, Rajatha menyuruh pelayan lain untuk
mengambil kursi roda Faridha yang masih berada dikamarnya, selama menunggu
pelayan itu mengambil kursi roda Faridha, Rajatha tetap menggendong Faridha
Rajatha memperhatikan wajah ayu Faridha, dilihat dari dekat seperti ini semakin
membuat Rajatha enggan mengalihkan pandangannya kearah lain
“Kenapa wajahnya merona?” Tanya
Rajatha dalam hati sesaat setelah ia melihat semburat merah muda di pipi
Faridha
“Kenapa
lama sekali sih pelayan itu mengambil kursi rodaku. Ya Allah,, Aku tidak kuat
berada sedekat ini dengan Putra” Batin Faridha gelisah
Hingga panggilan pelayan yang membawa kursi roda Faridha
membuyarkan keduanya dari lamunan mereka. Rajatha langsung mendudukan Faridha
ke kursi rodanya
“Apa Nona sudah sarapan?” Tanya Rajatha saat ia mulai
mendorong kursi roda Faridha
“Belum” Jawab Faridha singkat
“Nona harus sarapan, bukankah Nona harus minum obat pagi ini” Kata Rajatha
mengingatkan
“Hufhh,, Kau baru sehari jadi pelayanku, kenapa cerewet sekali. Aku sedang
tidak napsu makan pagi ini”
“Kenapa?”
“Entahlah,, Ngomong-ngomong kau membawaku kemana Putra?”
“Ruang makan” Sahut Rajatha enteng
“Bukankah sudah ku katakan kalau aku sedang tidak napsu makan, kenapa kau malah
membawaku kesini sih,, Bik Minnn” Teriak Faridha memanggil Bik Min
Bik Min langsung berlari menghampiri Faridha, namun saat
sudah dekat dengan Faridha, Rajatha memintanya untuk jangan berbicara
“Bik Min sedang keluar untuk berbelanja Nona. Nona harus sarapan supaya bisa
minum obat” Jawab Rajatha dan meminta Bik Min untuk meninggalkan mereka, Bik
Min mengerti dan menjauh darisana
“Hey,, Sebenarnya siapa yang pelayan disini, kenapa kau memaksaku untuk makan”
Kata Faridha tidak suka
“Astaga,,, Apa ini sifat aslinya, menarik
juga” Pikir Rajatha dan tersenyum
“Saya memaksa Nona karena Nona memang harus makan. Sudahlah,,, Saya yang akan
memasakan Nona sarapan pagi ini, Nona ingin makan apa?” Tanya Rajatha tanpa
memperdulikan kalau Faridha sedang kesal padanya saat ini
“Yakin kau bisa memasak?” Tanya Faridha tidak percaya
“Tentu saja”
“Jangan bercanda padaku Putra, aku yang wanita saja tidak pandai memasak
apalagi dirimu. Sudahlah, kau semakin membuat napsu makanku hilang, sekarang
lebih baik kau bawa aku ke taman depan rumahku”
“Tidak ada pergi ke taman sebelum Nona sarapan, sekarang Nona diam disini dan
tunggu hingga masakanku selesai. Awas kalau sampai Nona menggeser sedikit saja kursi
roda ini” Kata Rajatha pura-pura tegas tepat di depan wajah Faridha dan itu
berhasil membuat Faridha tidak berkutik, bahkan untuk mengedipkan mata terasa
sulit bagi Faridha saat ini
Rajatha menjauh dari Faridha menuju dapur dan mulai
menyiapkan masakannya dengan mengambil beberapa bahan makanan yang ada di
kulkas, ekspresi Faridha tadi sangat lucu baginya hingga membuat Rajatha
senyum-senyum sendiri.
“Ap-apa
yang baru saja dilakukan pelayan itu tadi? Dia mengancamku? Dan dengan bodohnya
aku diam menurutinya seperti ini” Kata Faridha pada dirinya
sendiri, ada apa dengannya bahkan ia tidak bisa marah pada Putra tadi
Aroma masakan Rajatha mulai tercium oleh Faridha dan membuat
Faridha penasaran dengan apa yang sedang dimasak oleh pelayannya itu sekarang,
aroma masakannya sungguh mengundang rasa lapar Faridha
“Sebenarnya apa yang kau masak Putra?” Tanya Faridha
akhirnya, karena sebenarnya ia sudah tidak sabar untuk mencicipi masakan
tersebut, tiba-tiba perut Faridha berbunyi, Rajatha mendengarnya
“Apa sekarang Nona sudah napsu makan?” Goda Rajatha masih dengan kesibukannya
di dapur
“Diam kau, cepat selesaikan masakanmu” Bentak Faridha berusaha menutupi rasa
malunya
----------------
- To Be Continue -