“Keluarga?
Apa maksud mu?” tanya Surya bingung.
“Aku dan
Ruqayah adalah keluarga. Ruqayah adalah sepupuku, dia juga teman masa kecil ku.
Aku sangat senang karna akhirnya sepupu ku itu akan menikah. Sejauh yang ku
tau, setelah dia mengalami sakit yang begitu parah sekali, dia kehilangan
semangat hidupnya. Orang yang dia cintai, pergi meninggalkannya tanpa kabar apapun.
Tapi sekarang, aku mendengar dia akan menikah, aku sangat senang sekali. Kita
akan menjadi keluarga Surya. Aku yakin, Ruqayah lambat laun akan mencintai mu.
Dia pernah berkata pdku, bahwa hanya suaminya kelaklah yang akan mendapatkan
cintanya. Kau tdk akan pernah menyesal menjadi suaminya.”
“Apa? Aku
benar-benar tidak mempercayai hal ini. Kita akan menjadi saudara. Kau dan Jodha
akan jadi saudara iparku. Dewa mungkin tdk mentakdirkan kita untuk hidup
bersama, tapi Dewa mentakdirkan untuk kita hidup berdampingan selamanya dalam
ikatan keluarga.” Surya terlihat begitu senang sekali. Setidak nya, dia juga
akan mempunyai hubungan keluarga dgn Jodha. Meski pun tdk saling memiliki, tp
hatinya merasakan damai akan mendapatkan keberuntungan seperti ini. Ruqayah
akan menjadi istrinya kelak, ia harus belajar melupakan cintanya pd Jodha dan
memberikan seluruh hatinya pada calon istrinya itu.
“Surya...
Kau tdk usah khawatir dengan undangan ini. Aku dan Jalal pasti akan dtg ke
pesta pernikahan kalian.” Jodha tersenyum seraya ingin memeluk Surya karna
teramat bahagia mendengar kabar baik ini.
Tapi tiba-tiba
Jodha menghentikan niatnya karna mendengar deheman Jalal yang di buat-buat. “Ehem...
Ehem.” Jalal berpura-pura berdehen menatap Jodha, begitu tahu Jodha akan
memberikan sebuah pelukan hangatnya pada Surya.
“Ehmm....
Aku senang akhirnya kau akan berumah tangga juga. Aku akan mendoakan semoga
rumah tangga kalian, akan menjadi rumah tangga yang harmonis untuk selamanya.”
kata Jodha sedikit salting begitu melihat sorot mata Jalal yang memandangnya sangat
dlm.
“Surya...
Maaf sepertinya saat ini kami harus pulag. Tidak apa-apakan kalau kami pulang
duluan. Setelah kau menikah dgn Ruqayah nanti, kau pasti akan sering bermain ke
rumah kami.” kata Jalal sembari menarik tangan Jodha.
“Iya,
berhati-hatilah di jalan.” kata Surya dengan seuntai senyum manisnya mempersilahkan
Jalal dan Jodha berlalu dari sana.
Jalal
menarik satu pintu mobil untuk Jodha dan mendorong tubuh Jodha pelan masuk ke
dalamnya. Jalal tersenyum pada Surya, kemudian menancapkan gas menuju rumah mereka.
“Jalal...
Kenapa kita cepat sekali pulang? Apa kau lapar? Kalau kau lapar seharusnya kau
makan saja di restoran sebrang Cafe tadi. Aku kan sore ini tidak masak.” kata
Jodha dengan polosnya.
Sementara
Jalal hanya tersenyum penuh arti tanpa menatap ke arah Jodha. Ia begitu gembira
hari ini, karna dia akan menagih janjinya pada Jodha.
“Saat di
Cafe tadi kau bilang selalu mengingat janji mu kan?” tanya Jalal yang membuat
Jodha berpikir sejenak, kemana sebenarnya arah pembicaraannya dengan Jalal saat
ini.
“Iya...
Aku memang mengingat semua janji ku. Lalu kenapa? Apa aku punya janji pada mu?”
“Ya ampun
Jodha... Apa kau tidak ingat sama sekali? Bukankah, kau telah berjanji akan
memenuhi apa pun yang aku minta, setelah aku mengantar mu mengemui Surya... Hemm?
Apa kau masih ingat itu?”
“Tentu
saja aku masih mengingatnya Jalal. Tapi seingatku, kau tidak meminta apa-apa
padaku.”
“Haa, itu
dia Jodha! Sekarang kau harus menuruti permintaan ku.”
“Setidak
nya, kau bicarakan saja hal ini nanti di rumah. Aku bosan mendengarnya.”
“Ya
baiklah. Tentu saja kita memang harus membicarakan hal ini di rumah. Apa kau
mau kita melakukannya di mobil?”
Jodha
langsung terbelalak dan memanyunkan bibirnya kesal. “Sebaiknya kau tidak usah
banyak bicara lagi Jalal, kau harus menyetir dengan berkonsentrasi.”
Jalal
hanya tersenyum gemas memperhatikan wajah Jodha yang mulai memerah seperti
kepiting rebus itu. Menempuh 25 menit berkendara, mereka berdua telah sampai di
halaman rumah.
Jalal
memperlakukan Jodha sangat baik sekali. Ia membukakan pintu mobil untuk Jodha dan
menggandeng tangan Jodha menuju kamar mereka. Jalal menduduk kan Jodha di atas
tempat tidur lalu bergegas ke lemari dan mengambil 2 setel piyama. Satu setel
untuk Jalal, dan satu setelnya lagi untuk Jodha.
“Apa ini
Jalal? Kenapa baju ini sangat tipis dan transparan sekali. Aku tdk mau memakainya.”
kata Jodha sambil merengut memberikan piyama itu pada Jalal.
“Jodha...
Ayolah kau pakai baju itu. Bukankah kau sudah berjanji akan memenuhi permintaan
ku?” Jalal membangkitkan Jodha dari duduknya dan menuntunnya ke arah kamar
mandi. “Kau mandilah dulu. Tapi, kau harus ingat! Jangan lupa untuk memakai
piyama itu.”
“Tapi...”
ucapan Jodha terpotong ketika Jalal sudah mendaratkan satu kecupan mesranya di
bibir ranum Jodha. “Kahna.... Apa yang
harus aku lakukan? Aku tdk mungkin menolak permintaan nya, karna dia adalah
suami ku. Tapi... Aku sangat takut sekali untuk melakukannya.” batin Jodha sambil
memejamkan matanya menikmati bibir seksi Jalal yang mulai melumatnya perlahan.
Jalal
segera tersadar dari hasratnya dan mendorong pelan tubuh Jodha masuk ke kamar
mandi lalu menutup pintunya dan berkata dgn nada sedikit keras agar Jodha
mendengarnya. “Jodha... Aku hanya memberi mu waktu 10 menit untuk mandi dan
berganti pakaian mu. Kalau sampai kau tidak siap juga, maka aku akan tetap
masuk dan ikut mandi bersama. Bukankah itu lebih menyenangkan Jodha?” tanya
Jalal sambil berlalu dari sana.
“Dia benar-benar tdk sabar sekali. Mana ada
wanita yang bsa menyelesaikan mandinya hanya dlm waktu 10 menit.” guman Jodha dlm hati.
Jalal sdg
asyik menonton film favoritnya di televisi, tapi tiba-tiba terdengar suara
pintu terbuka. Jalal mengalihkan pandangannya menuju pintu kamar mandi. Disana
terlihat Jodha yang begitu menggairahkan tengah memakai piyama berwarna hijau
transparan yang memang tlh di persiapkan jauh-jauh hari untuk menikmati bulan
madu mereka. Jodha terlihat canggung memakai pakaian itu. Sepertinya itu
bukanlah dirinya yang suka memakai pakaian seksi seperti ini.
Jalal
melangkah menghampiri Jodha yang masih berdiri tegak di dpn pintu kamar mandi.
Jodha hanya menunduk memperhatikan penampilannya dari ujung rambut sampai ujung
kaki. Jalal menatapnya dgn penuh rasa kagum pada Jodha. Tuhan telah mengirimkannya
seorang bidadari secantik Jodha untuk menjadi istrinya. Berulang kali, puji
syukur ia panjatkan kepada sang pencipta.
“Jalal...
Kenapa memperhatikan ku seperti itu? Aku sangat terlihat aneh ya? Kalau begitu
aku akan menukar pakaianku dulu.” kata Jodha hendak kembali masuk ke kamar
mandi.
Tapi Jalal
mencekal lengannya dan menghentakkannya. Sehingga tubuh Jodha tertarik ke
belakang dan memeluk tubuh gempal Jalal. Di rasakannya detak jantung Jalal yang
berdetak sangat cepat sekali di dkt telinganya. Jodha hanya memejamkan matanya tidak
berani menatap Jalal. Ini adalah pertama kalinya, jarak mereka begitu sangat
dkt satu sama lain.
“Jodha,
tunggulah aku, aku harus mandi dulu...” kata Jalal tersenyum sendiri
memperhatikan sedari tadi mata Jodha.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~