“Kau tidak
perlu menangis akan hal ini. Aku sangat mengerti kau perduli pada ku. Kau tidak
ingin membiarkan ku terluka jika aku keluar rumah tanpa diri mu. Aku telah
berdosa karna membuat suami ku menangis, aku mohon jangan menangis lagi.” Tanpa
sadar, air mata Jodha sudah mengalir dari sudut mata nya. Seharus nya, ia tidak
perlu mempermasalahkan tentang Surya yang ingin bertemu dengan nya. Jodha harus
sadar, kalau saat ini, dia sudah menjadi seorang wanita yang bersuami.
“Jodha....
Aku tidak merasa terpaksa menerima permintaan mu. Kau jangan menangis karna ku!”
Jalal berdiri, lalu membawa Jodha terduduk di kursi nya semula.
“Aku hari
ini tdk akan pergi ke kantor Jodha. Aku akan menemani istri ku bertemu kekasih
lama nya dulu. Kau akan mengenalkan suami mu ini pada nya kan?”
“Jalal....
Aku tlh berdosa membuat suami ku menangis. Aku harus bagaimana Jalal?”
“Kau hanya
perlu ada di samping ku setiap saat. Ketika nanti kita bertemu dengan Surya,
kau tdk boleh mencuri pandang dengan nya. Kau juga di larang keras untuk
bersentuhan dgn nya, aku yg akan menjadi alarm mu saat itu.” kata Jalal seraya
memeluk Jodha dlm dekapan nya. Seakan hati nya mendapatkan kedamaian begitu
memeluk gadis yg dulu sangat di benci nya itu. Jodha menangis di dada bidang
Jalal sambil berkata dgn tersenggal “Jalal... Aku tidak ingin kita bertengkar lagi.
Sudah cukup silih berganti permasalahan yg ada dalam rudah tangga kita. Aku
akan berusaha menjadi istri yang patuh pada suami nya.” kata Jodha dalam isak
nya.
Jalal
melepaskan dekapan nya pada Jodha. Menghapus air mata yang membuat cahaya dari
wajah nya menghilang. “Aku tau itu Jodha.” kata Jalal seraya menempelkan kening
nya dengan kening Jodha. Nafas nya mereka saling bertukar satu sama lain,
hidung mancung mereka saling bergesekan dan menyebarkan kehangatan dalam setiap
tubuh nya. “Jalal.... Aku punya satu permintaan lagi pada mu. Apa kau mau
mendengar permintaan ku ini?” tanya Jodha lembut. Jalal hanya mengangguk setuju
lalu mencium pipi mulus Jodha lembut. Jodha memalingkan wajah nya dari Jalal,
kemudian nya meminta nya untuk tidak melakukan hal itu sebelum Jodha mengatakan
permintaan nya. “Jalal... Shivani akan datang kemari besok. Dia sangat
merindukan ku. Dia ingin tinggal di sini untuk beberapa hari saja. Apa kau
mengizinkan nya Jalal?”
“Kenapa
tidak Jodha? Dia adalah adik mu, dan sekarang dia juga menjadi adik ku. Jadi
dia bebas datang kesini kapan pun dia mau. Bahkan dia juga bisa tinggal di sini
untuk selama nya.”
“Tapi....
Selama Shivani menginap di sini, dia akan tidur dengan ku. Dia bilang, sudah
sangat lama sekali kami tidak tidur bersama dan bercerita bersama.”
“Apa?
Tidur bersama mu? Kenapa bisa begitu Jodha, kau kan sudah bersuami, jadi kau
harus tidur dengan suami mu. Kalau begitu, kapan kita bisa menjalankan tugas
dari Ammijan dan Ruqayah?”
“Iya
baiklah, aku akan memberi Shivani pengertian untuk memaklumi hal itu. Tapi...
Tidak bisakah aku tidur dengan nya sekali saja Jalal? Aku juga sangat
merindukan adik ku itu.”
“Sekali
saja, baiklah sekali saja. Aku perbolehkan. Tapi... Kau berjanji kan, akan
memenuhi satu permintaan ku?”
“Kau tidak
perlu khawatir akan hal itu, aku pasti akan memenuhi nya. Tapi ngomong-ngomong,
kau ingin meminta apa dari ku?”
“Kenapa
kau bertanya lagi Jodha? Tentu saja aku ingin kau menjalankan tugas mu sebagai
seorang istri. Bagaimana? Kau setuju kan?” tanya Jalal sambil menatap Nakal ke
arah Jodha.
“Apakah
itu tidak terlalu cepat Jalal? Kita kan baru sebulan menikah. Aku tidak ingin
kita cepat-cepat punya momongan.”
“Hah....
Kau ini susah sekali untuk di ajak membuat seorang bayi. Apa kau ingin melihat suami
mu ini mencari hiburan di luar sana bersama wanita-wanita seksi?”
“Tidak....
Kalau kau sampai melakukan hal itu, maka aku akan pergi meninggalkan mu. Aku
tidak akan mau lagi seatap dengan pria seperti itu. Jalal... Kau jangan membuat
ku mengingat foto itu lagi, aku tidak ingin mengingat nya.”
“Ya
berarti kalau begitu kau harus mau melakukan nya. Aku juga tidak sabar di
panggil dengan sebutan ayah oleh anak-anak ku nanti.”
“Kalau aku
menjadi seorang ibu, maka aku akan sering bermain dengan mereka. Aku senang
sekali bermain dengan anak kecil.” kata Jodha sambil membayang kan seorang anak
kecil yang berlari ke arah nya dan memanggil nya dengan sebutan ibu.
Jalal
mendekat ke arah Jodha, kemudian sedikit memiringkan kepala nya mencium bibir
merah Jodha bak kelopak mawar itu. “Ummh...” terdengar desahan kecil dari mulut
Jodha begitu Jalal menyumpalkan bibir nya ke bibir Jodha.
Tangan
Jodha memegang tengkuk Jalal seakan tidak ingin membiarkan Jalal melepaskan
ciuman yang bergairah itu. Jodha sedikit membuka mulut nya dan membiarkan lidah
nya dan lidah Jalal saling bertautan disana. Jalal semakin bersemangat begitu
melihat respon dari Jodha yang sangat aktif pada nya. Dia mulai menyusuri
setiap lekuk tubuh Jodha dan membiarkan sejenak tangan nya menempel di atas
pangkuan paha Jodha.
Jodha
merasa geli, dan memindahkan tangan Jalal dari sana. Jodha menatap Jalal dengan
tatapan bergairah dan menginginkan hal yang lebih dari itu. Jalal segera
membopong tubuh Jodha dan membawa nya menyusuri tangga menuju kamar mereka.
Jalal
membaringkan Jodha di atas tempat tidur, lalu menindih tubuh nya. Jodha sama
sekali tidak bisa bergerak sedikit pun. Dia menutup mata nya merasakan sesuatu
yang membuat darah nya mendesir, ketika Jalal mulai menelusuri seluruh tubuh
nya yang masih terbungkus dengan pakaian itu.
Jalal
sudah tidak bisa membendung lagi hasrat dalam diri nya yang selama ini ingin
segera tersalurkan. Tapi, mengingat kata-kata Jodha yang belum ingin terlalu
cepat punya momongan, Jalal mencobat meredakan hasrat nya perlahan. Dia hanya
menurunkan sedikit baju Jodha, lalu mencium pundak nya yang putih mulus itu.
Jodha sudah sangat terangsang dengan aksi-aksi Jalal barusan, ia menarik kuat
sperei tempat tidur mereka dan merasakan kehangat setiap sentuhan yang Jalal berikan
pada nya.
Jodha
melihat Jalal yang mulai mencoba meredam hasrat nya. Jodha seperti tau apa yang
menjadi pikiran Jalal saat itu. Jodha menarik wajah Jalal menghadap dengan nya
, lalu mencium bibir seksi Jalal yang sangat menggairahkan. Jodha mulai membuka
kancing kemeja Jalal perlahan, namun tiba-tiba Jalal menghentikan nya dan duduk
di tempat tidur. Jalal melihat keringat yang mengalir di sekitar tubuh Jodha.
“Seorang
suami tidak berhak memaksakan kehendak nya pada istri nya meskipun mereka telah
menikah. Aku tidak ingin memaksa mu, kau tidak boleh melakukan nya Jodha, kalau
kau tidak menginginkan nya.” kata Jalal sambil mengancing kembali kancing baju
nya yang sempat Jodha buka tadi.
“Seperti
nya saat ini kau yang mencoba menghindar dari ku Jalal. Tapi tidak apa-apa,
karna kau telah mengingatkan ku.” kata Jodha dengan ekspresi kesal lalu bangkit
dan berjalan menuju kamar mandi, tanpa menghiraukan tatapan Jalal yang menatap
nya tidak mengerti. “Jodha-Jodha, kemarin kau yang tidak ingin melakukan nya,
sekarang kau malah marah pada ku karna aku menolak nya.” kata Jalal pada diri
nya sendiri.
Jodha
keluar dari kamar mandi dan melihat kesekeliling kamar. Tidak ada sosok Jalal
disana. Jodha segera turun ke lantai bawah dan mencari Jalal ke segala ruangan,
namun tidak mendapatkan nya juga. Jodha akhir nya terduduk di sofa ruang tamu
dengan wajah cemberut. Tidak beberapa lama kemudian, sepasang tangan kekar
membekap mulut nya sambil tertawa cekikikan. “Ternyata kau, ku kira kau sudah
pergi dan mencari wanita penghibur di luar sana.”
Jalal
duduk di samping Jodha sambil menggenggam tangan nya. “Kau marah pada ku?”
tanya Jalal sangat lembut pada Jodha.
“Aku tidak
marah pada mu. Aku hanya kesal saja, ternyata kau....” kata-kata Jodha terhenti
sejenak, ketika mendengar bunyi bel dari pintu depan. Jodha bangkit dan
membukakan pintu untuk sang tamu. Seorang wanita cantik, tengah berdiri di
hadapan nya dengan senyuman yang mengembang, mencangking tas nya dan sebuah
amplop besar berada dalam dekapan nya. Jodha mempersilahkan wanita itu masuk ke
dalam rumah nya.
“Silahkan
duduk nona” kata Jodha ramah pada wanita itu. Jalal terlihat begitu gembira
dengan kedatangan wanita itu yang tak lain adalah Benazir. “Benazir, apa kabar?
Bagaimana kau bisa tau dimana rumah ku? Bukankah aku belum pernah mengatakan
nya pada mu?” tanya Jalal pada wanita yang tengah duduk manis di hadapan nya.
Sementara Jodha terlihat tidak suka dengan kehadiran wanita itu yang langsung mengalihkan
pandangan Jalal dari nya. “Jalal... Aku permisi dulu, aku akan membuatkan
kalian berdua minuman.” kata Jodha sambil berlalu dari sana.
“Aku
baik-baik saja Jalal. Aku pikir kau
adalah orang yang sangat terkenal di India ini, jadi mana mungkin ada orang
yang tidak mengetahui alamat rumah mu. Owh ya, tadi itu istri mu?” tanya
Benazir di sertai senyuman nya yang ia buat semanis mungkin pada Jalal.
“Iya kau
benar sekali. Bagaimana menurut mu, dia sangat canti bukan?”
“Iya dia
sangat cantik sekali. Kalian berdua benar-benar terlihat pasangan yang sangat
cocok sekali.” kata Benazir berpura-pura mendukung pernikahan Jalal dengan
Jodha. Padahal yang ada di hati nya saat itu, ia harus memisahkan hubungan
Jalal dan Jodha, karna ia benar-benar sangat ingin hidup bersama Jalal selama
nya. Tapi ternyata takdir tidak mengizinkan mereka untuk bersatu. Benazir
merasa kesal mengingat banyak hal yang pernah mereka lewati bersama dulu semasa
kanak-kanak.
Jodha
kemudian datang sambil membawa nampan berisi 2 gelas minuman jus segar untuk
Jalal dan Benazir. “Silahkan di minum nona.” kata Jodha menawarkan segelas
minuman jus segar pada Benazir. Benazir hanya mengangguk lalu meminum sedikit
minuman yang telah di persiapkan untuk nya.
“Jodha,
kenalkan dia adalah Benaziar. Dia adalah teman masa kecil ku dan Ruqayah. Kami
sering menghabiskan waktu bersama hanya untuk bermain saja.”
“Aku
Jodha. Senang bertemu dengan anda.” kata Jodha memperkenalkan diri. “Aku
Benazir, teman masa kecil Jalal. Aku sangat senang bertemu dengan anda. Senang
bisa melihat kalian berbahagia. Owh iya, boleh aku menumpang kamar kecil
sebentar?”
“Tentu
saja Benazir. Kau berjalanlah lurus menuju dapur. Setelah itu kau akan perlu
berjalan sedikit berbelok ke arah kiri. Di sana ada sebuah kamar kecil.” kata
Jalal memberi petunjuk pada Benazir. Kemudian Benazir berlalu dari sana dan
menatap Jodha dengan tatapan yang sangat sulit di arti kan.
“Dia
sangat cantik kan Jodha? Bagaimana menurut mu?” tanya Jalal yg langsung membuat
mata Jodha membulat besar mendengar perkataan Jalal. “Iya benar Jalal. Dia
sangat cantik sekali. Lalu kenapa kau tdk menikah saja dengan nya? Bukankah itu
lebih baik. Apalagi, kalian sudah saling mengenal sebelum nya. Aku rasa, rumah
tangga kalian akan hidup dgn rukun dan damai. Kau akan menjadi suami terbaik
untuk nya, dan dia juga akan menjadi istri yang terbaik untuk mu.” kata Jodha
berpura-pura tersenyum saat mengatakan hal itu. Padahal di hati nya, ia ingin
sekali memarahi Jalal karna berani berkata seperti itu selain pada diri nya. “Bukan
itu saja Jodha, aku juga akan mempunyai banyak anak yg sangat menggemaskan dan
sangat lucu. Tdk akan ada pertengkaran dalam rumah tangga kami nanti. Dan yang
paling penting..... Dia bisa menjadi
istri yg patuh pada suami nya.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~