Written by Samanika
Translate by Chusnianti
Jodha mulai bekerja sambil sesekali melihat
bunga pemberian Jalal yang ada dimejanya dan tersenyum. Dia benar-benar
menyukai gerakan Jalal. Hal itu berhasil membuat jantungnya berdebar-benar
dalam kebahagiaan. Jodha melihat bunganya, “Presdir juga memiliki rasa yang
baik dalam memilih bunga. Aku belum pernah melihat bunga-bungan yang cantik
seperti ini. dia benar-benar pria yang baik.”
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Di sisi lain, Jalal tidak bisa berhenti
memikirkan Jodha. Dia senang permberiannya bisa membuat Jodha tersenyum, dia
bisa melakukan apapun untuk mempertahankan senyum itu diwajahnya. Dan dia tidak
keberatan memberikan bungan lebih dari 100. Dia menjadi tidak sabar untuk
menghabiskan waktu bersama Jodha setelah semua orang meninggalkan kantor.
Siang telah tiba, Jodha bekerja pada
laptopnya. Dia tidak bisa berhenti memikikan Jalal. Dia mencoba berkonsentrasi
pada pekerjaannya tetapi justru semakin sulit baginya. Pikirannya terus tertuju
bahwa dia harus menceritakan apa yang dipikirkannya pada Jalal, meskipun pahi.
Dia menghela nafas kemudian melanjutkan pekerjaannya.
Salima datang ke meja Jodha dan melihat
Jodha tersenyum. Jodha berdiri untuk memberinya pelukan.
Jodha: “Kya hua, Salima?”
Salima: “Jodha, masalahnya adalah Ruqs dan aku
harus menghantar beberapa pekerjaan yang mendesak ke kantor Andheri. Jadi, kita
tidak bsia makan siang bersama.”
Jodha: “Oh, tidak apa-apa!”
Salima kembali memeluknya. Sebenarnya Jodha
kesal, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Salima: “Thanks dear. Aku sangat menyesal.”
Jodha: “Tidak masalah Salima. Dibandingkan
yang lain, kerja adalah prioritas utama. Kamu pergilah dan lakukan
pekerjaanmu.”
Jodha kemudian melambaikan tangannya sebagai
ucapan selamat tinggal kepada Salima. Ketika Salima pergi dari sana, dia
tersenyum karena rencana mereka berhasil.
*Flashback*
Salima bertemu Ruqaiyya di resepsionis.
Salima: “Selamat pagi, Ruqs!
Ruqaiyya: “Selamat pagi, yaar!
Salima: “Ruqs, aku berpikir bahwa kita
harus membantu Presdir dan Jodha.”
Ruqaiyya: “Bagaimana caranya?”
Salima: “Kita hanya bisa membuat mereka
menghabiskan lebih banyak waktu bersama. Seperti hari ini, kita bisa membuat
Jodha dan Presdir duduk bersama-sama selama istirahat makan siang!”
Ruqaiyya: “Ide bagus! Tapi apa yang harus
kita katakan pada Jodha?”
Salima: “Jangan khawatir tentang itu! Aku
akan menangani semuanya!”
*Flashback End*
Salima dan Ruqaiyya akan pergi keluar untuk
makan siang tapi memberitahu Jodha bahwa mereka telah ditugaskan dan harus segera
pergi.
~~~~~~~~~~o0o~~~~~~~~~~
Jodha kesal karena dia harus makan siang
sendiri. Dia tidak ingin mengganggu ayahnya, karena terikat dengan pekerjaan.
Dia segera menyelesaikan pekerjaannya dan memutuskan untuk makan siang, tapi
dia teringat bahwa dia harus segera memberikan file pentingnya kepada Jalal.
“Oh tidak, aku benar-benar lupa. Aku harus segera menyerahkan file ini kepada
Presdir.” Jodha segera bangun dari kursinya. “Aku lebih baik pergi dan segera
memberikannya kepadanya. Mungkin, aku aku juga bisa mengatakan tentang hal itu
padanya.”
Jodha kemudian meraih file dan menuju ke
kabin nya. Dia mengetuk pintu dan masuk. Jalal menutup teleponnya dan kemudian
tersenyum pada Jodha. Jodha duduk berseberangan dengan Jalal dan menyerahkan
filenya, “Pak Presiden, ini file yang anda minta.”
Jalal mengambil file dan dia menyentuh
sengaja menyentuh tangan Jodha. Dia memegangnya dalam waktu yang cukup lama
sambil menatap matanya intens. Tubuh Jodha melepas mendapatkan tatapan seperti
itu dari Jalal. Jalal tersenyum dan melepaskan tangannya dan mengambil filenya.
Dia membukanya dan memeriksanya, “Bagus Jodha, seperti biasanya. Pekerjaanmu
selalu sempurna dan aku belum pernah melihat yang seperti ini dikantor ini
selain dari dirimu.”
Jodha: “Oh, terima kasih banyak Pak
Presiden. Saya senang anda menghargai pekerjaan saya.”
Jodha: “Oh, terima kasih banyak, Mr
Presiden! Saya senang Anda dihargai pekerjaan saya!”
Jalal: “Dan kamu tahu, bukan hanya
pekerjaanmu yang aku hargai. Personalmu secara keseluruhan sama-sama menawan.
Juga, aku kehilangan untuk melacak hunar mu.”
Jodha: “Hunars apa?”
Jalal: “Yah, pertama-tama kamu bisa memasak
dengan baik. Kamu menghormati orang tua dan orang-orang yang lebih tua darimu.
Rasa fashion yang benar-benar hebat. Pakaian kantormu serta pakaian penari
pertu. Aku tidak pernah bisa melupakan betapa menakjubkan dan indahnya dirimu
melihat wajahmu yang memerah. Selain itu, kamu adalah seorang penari yang
hebat. Gerakanmu begitu hebat dan dapat membunuh.”
Mendengar ini, Jodha tidak bisa
mengendalikan wajahnya yang memerah seperti kepiting rebus. Dia putus asa
berharap Jalal tidak melihatnya. Sementara itu, Jalal terus tersenyum memandang
wajahnya. Dia berkata pada dirinya sendiri, “Dia
begitu lucu. bidadariku...” Jodha berusaha menegndalikan dirinya sendiri
dan sekuat mungkin berusaha menatapnya meskipun dengan wajah yang masih sedikit
memerah, “Terima kasih, Pak Presiden. Saya senang anda berpikir begitu.”
Ada keheningan diantara keduanya. Jalal
memandang bidadarinya dengan penuh cinta dan dia mencoba untuk menyampaikannya
melalui matanya. Tiba-tiba Jodha teringat sesuatu, “Um.... Pak Presiden, apakah
anda mau makan siang dengan saya?”
Jalal terkejut mendengar saran nya. Dia
berpikir bahwa dia punya rencana untuk makan siang lagi bersamanya, dan tentu
saja dia sangat bahagia. “Ya, tentu saja. Tapi bukankah seharusnya kamu makan
siang dengan Salima dan Ruqaiyya?” , “Yah, mereka memiliki beberapa pekerjaan
yang mendesak. Jadi saya ditinggalkan sendirian. Anyway, saya akan pergi ke
meja saya dan mengambil makan siang saya.”
Jodha bangkit dan pergi dari kabin Jalal.
Jalal merasa sangat gembira akrena bisa menghabiskan waktu bersamanya. Ia
buru-buru membongkar kotak makan siangnya dan menatanya di atas meja di depan
sofa. Ia kemudian duduk, menunggu kedatangan Jodha.
Dengan cepat Jodha mengambil tas berisi
kotak makan nya dan berlari menuju kabin nya. Dia berharap dia bisa mengatakan
padanya dan menjelaskan semuanya. Dia memasuki kabin dan duduk di sofa. Dia
mulai membongkar kotak makan sianganya dan Jalal menataonya dengan seksama. Ia
perlahan-lahan mengamati setiap fitur wajahnya, matanya yang inda berbentuk
doe, hidungnya yang mancung, bibirnya berbentuk busur dan sangat kissable.
Akhirnya Jodha selesai membongkar bekal makan siangnya dan memandangnya, “Saya
benar-benar lapar, Pak Presdien. Dapatkah kita mulai makan sekarang?” , “Ya,
tentu.” Jawab Jalal.
Keduanya mulai Makan Siang bekal mereka
masing-masing. Suasa begitu hening, Jalal bertanya-tanya apa yang bisa mereka
bicarakan. Jodha sangat ingin mengatakan apa yang ada didalam benaknya, tetapi
dia tidak bisa memulainya dengan topik yang negatif. Akhirnya mereka berdua
berbicara bersamaan, “Bisakah saya menangatakan sesuatu?”
Mereka berdua terkejut dan mereka tertawa.
Jodha memerah pada waktu yang sama.
Jalal: “Kamu duluan Jodha.”
Jodha: “Tidak Pak Presiden, anda yang lebih
dulu.”
Jalal: “Jodha, bagaimana kamu bisa unggul
dalam segala hal yang kamu lakukan? Baik itu dalam pekerjaanmu, tanggung jawab,
atau bahkan mengembalikan file yang telah disimpan Adham. Semua hal yang kamu
lakukan begitu sempurna. Bisakah kamu katakan kuncinya?”
Jodha tersenyum, “Pak Presiden, setiap kali
saya berpikir untuk melakukan sesuatu, saya akan melakukannya dengan penuh
dedikasi. Saya terlalu serius ketika melakukannya, entah itu pekerjaan,
tanggung jawab, atau bahkan hubungan. Orang lain mungkin berpikir bahwa saya
terlalu fokus pada hal-hal penting saya, tapi saya juga ingin bersenang-senang.”
Jalal: “Ya, aku bisa melihatnya. Kamu
begitu serius bekerja, tetapi ketika kamu bersenang-senang, kamu menikmati
dirimu sepenuhnya. Kamu tahu, sangat sedikit gadis sepertimu, mereka melakukan
semua tugas-tugas mereka dengan bahagia tetapi berbicara seperlunya saja. Itu
juga termasuk hunarmu.”
Jodha: “Pak Presiden, mengapa anda begitu
tertarik mengetahui hunar saya?”
Jalal: “Entahlah, Jodha. Setiap kali aku
mengetahui yang baru tentangmu, hatiku medesakku untuk menggali lebih dalam
untuk mengetahui lebih lanjut dari setiap kemampuanmu. Dan aku harus mengatakan
bahwa kamu tidak pernah mengecewakanku. Setiap kemampuanmu telah membuatku
terpesona.”
Jodha memalingkan wajahnya yang memerah,
“Pak Presiden, sekarang anda telah membuat saya malu...” , “Kamu semakin cantik
dengan rasa malu diwajahmu, Jodha..”
Jodha semakin tersipu mendengar pernyataan
itu. Jalal tersenyum, dia ingin memegang wajah Jodha dan mencium bibirnya.
Namun dia tidak bisa melakukan itu, dia harus bisa mengendalikan pikirannya dan
menunggu waktu yang tepat. Dengan cepat, Jalal pindah disampingnya dan memegang
tangannya. Ia jari-jarinya di jari-jari Jodha. Kemudian Jalal menurunkan
wajahnya menunju pipi kanannya. Jodha dapat merasakan hangat nafas Jalal yang
menerpa wajahnya. Sementara Jalal bisa merasakan helaian rambut Jodha yang
berterbangan diwajahnya. Kemudian Jalal membisikkan sesuatu ditelinganya, “Kamu
tahu, kamu begitu cantik dan cerdas pada saat yang sama dan aku tidak bisa
mengendalikan diriku untuk menyebutmu ‘Hunar ki Malika’.”
Saat Jalal berbicara, Jodha bisa merasakan
nafas Jalal yang hangat berhembus di telinganya. Dia bisa merasakan kupu-kupu
berterbangan diperutnya. Dia terkejut sekaligus tersentuh dengan apa yang Jalal
katakan. Jodha berkata didalam hai, “Dia
pikir aku cantik dan cerdas pada waktu yang sama... Dia pikir aku cantik... Oh
wow... Apakah ini mimpi?” Kemudian dia berkata pada Jalal, “Benarkah, Pak
Presiden? Apakah saya benar-benar bijak dan cantik?” Jalal berbisik, “Ya tentu
saja.. Kamu begitu menawan. Aku tidak bisa tidak terkesan dengan kejutan apapun
yang kamu tunjukkan padaku.” , “Tapi Pak Presiden, apa maksud yang anda katakan
sebelumnya... Um... Hunar ki Malika?” , “Oh, itu berarti bahwa kamu ratu
kecantikan dan intelijen. Dan itulah dirimu, Jodha.”
Jodha merasa sangat bahagia! Dia tersenyum dan
terus memerah. Jalal memandangnya dan tersenyum melihat Jodha memalingkan
wajahnya dengan rasa malu. Ia perlahan-lahan meletakkan tangannya di wajahnya
dan mengubahnya ke arahnya, sehingga ia bisa melihatnya. Jodha tidak mampu
menatap matanya dan perlahan-lahan Jalal meletakkan tangannya di atas bahunya.
Sementara itu, Jodha telah tersesat sepenuhnya pada saat itu, sehingga dia lupa
tentang hal yang seharusnya dia katakan padanya. Sebenarnya Jalal sangat ingin
mencium bibirnya, namun dia menahannya dan kemudian mendaratkan bibirnya di
dahi Jodha. Jodha menutup kelopak matanya sementara Jalal terus mencium
dahinya. Dia merasakan kakinya melemas, dan beruntungnya dia dalam keadaan
duduk. Kupu-kupu diperutnya tidak menunjukkan akan pergi, yang mulai
berterbangan saat Jalal duduk disampingnya. Akhirnya Jalal menundurkan bibirnya
dan memandangnya dengan penuh cinta. Sementara Jodha masih terus memerah dan
tidak bisa memandangnya.
Jalal: “Kamu tahu, Kamu terlihat begitu
menggemaskan ketika kamu memerah seperti itu.” Jodha masih tidak bisa
mengendalikan rona diwajahnya, “Hmmm... benarkah?” , “Ya, aku belum pernah
melihat sesuatu yang lebih alami dan lucu.”
Dengan cepat Jodha menaikkan pandangannya
dan menatap langsung ke mata Jalal. Terjadilah eyes-lock yang sangat intens diantara
mereka. Keduanya ingin tinggal seperti itu selamanya, merasa aman dan tenang.
Setelah beberapa waktu, tatapan Jodha bergeser kearah jam dinding. Waktu makan
siang telah habis dan mereka hampir tidak makan apapun. Kemudian dengan cepat,
Jodha mulai mengemasi kotak makannya. Jalal bingung dengan gerakan Jodha.
“Um... Pak Presiden, istirahat makan siang sudah berakhir dna saya harus
kembali bekerja.” Jalal tersenyum, “Oke, haan.”
Akhirnya Jodha selesai mengemasi semuanya
dan bangun untuk meninggalkan kabin Jalal. Ia menuju pintu hendak keluar dan
tiba-tiba dia berbalik. Jodha tersenyum, “Thank you, Mr Presiden.” , “You’re
welcome, Jodha.”
Kemudian Jodha meninggalkan kabin,
meninggalkan Jalal yang bahagia dan melamun. Disisi lain, Jodha sebenarnya bahagia
tapi dia juga berasa bersalah karena telah melakukan ini semua. Dia telah
terbuai dengan setiap gerakan Jalal dan dia marah karena belum bisa mengatakan
pada Jalal bahwa hubungan mereka hanyalah sekedar bos dan karyawan. Dia harus
memikirkan cara lain untuk menyampaikannya kepada Jalal..... TBC--> Chapter
28
Fanfiction His First Love Chapter yang lain
Klik
Disini