Dong Ha menunggu Bom Yi yang masih belum sadar. Ia menggenggam tangan Bom Yi.
Suara Bom Yi, “Sepertinya, aku bisa melakukan itu.”
Suara Dong Ha, “Aku akan membantumu, jadi jangan menyerah.”
Diperlihatkan kembali saat Bom Yi berusaha mendaki bukit berangin di Pulau Udo dengan sekuat tenaganya dan Dong Ha terus menyemangatinya dari atas sambil mengulurkan tangannya. Bom Yi akhirnya dapat menggampai tangan Dong Ha. Dan disaat itulah, Bom Yi sadarkan diri dan melihat Dong Ha dihadapannya.
Dir. Lee memberitahukan bahwa besok Bom Yi akan menjalani operasi. Namun Bom Yi tak ingin dioperasi karena akan menjadikan masalah untuk ayahnya jika sampai operasinya gagal.
Dir. Lee frustasi, ia kemudian duduk diatas tempat tidur tepat disamping Bom Yi. Matanya sudah memerah, “Operasinya tidak akan gagal.”
Bom Yi tetap menolaknya, “Jangan lakukan itu. Meskipun itu mekanikal jantung atau operasi donor jantung. Berikan itu kepada orang lain yang bisa hidup lebih lama dariku. Aku, tidak ingin serakah.”
Dir. Lee menanyakan mengapa Bom Yi mengatakan itu kepada orang tuanya. Ia ingin Bom Yi juga memikirkan orang-orang dibelakangnya.
Bom Yi menimpali, “Aku sudah mendapatkan hati orang lain sebelumnya sehingga aku bisa hidup 5 tahun lebih lama. Aku baik-baik saja karena aku sudah hidup bahagia.”
Dir. Lee sudah tak mampu berkata-kata lagi. Ia hanya menyebut istrinya. Air mata Myung Hee terus mengalir, “Dia sudah lelah, jangan mengajaknya bicara.” Myung Hee kemudian beranjak dan mengajak Dir. Lee keluar.
Setelah Myung Hee dan Dir. Lee pergi, Dong Ha duduk disamping Bom Yi, “Apakah kau sudah lelah. Apakah kau sudah tidak ingin merasakan sakit yang sama?”
Bom Yi mengatakan bahwa ia masih ingin hidup dan bersama dengan Dong Ha, “Tapi aku takut... kalau aku tidak bisa.”
Bom Yi memberi isyarat pada catatan yang telah dibuatnya. Dong Ha pun langsung mengambil sisa kapsul yang sudah tidak dapat masuk ke dalam botol karena terlalu penuh. Ia membukanya dan membacanya, “Ini musim semi dalam hidupku. Karena aku bersama dengan orang yang aku cintai.” Kemudian Dong Ha menanyakan apa yang dibicarakan Bom Yi saat ia berada di atas bebatuan di pantai Pulau Udo.
Dengan nada lemas dan air yang terus mengalir, Bom Yi memberitahu Dong Ha, “Aku berterima kasih padanya. Kalau, aku tidak memiliki jantungnya, aku akan mengomel pada dunia. Dan aku pasti sudah meninggal 5 tahun yang lalu. Berharap tidak terjadi padaku. Kalau itu tidak terjadi, kita tidak akan bertemu, dan saling mencintai seperti sekarang. Kita tidak akan saling mencintai, atau bahagia seperti sekarang ini. dan juga, pada saat aku akan pergi, aku meminta padanya, agar aku bisa melakukan sesuatu untuknya.”
Dong Ha menatap gambar yang di dinding yang telah di lukis Poo Reum Ba Da dan kemudian menatap Bom Yi kembali, “Kau sudah melakukan semuanya. Sesuatu yang diinginkannya, dan harapannya. Kau sudah melakukan semuanya Bom Yi. Kalau aku tidak bertemu denganmu, aku tidak akan baikan dengan Dong Wook. Poo Reum dan Ba Da, tidak akan punya kenangan bahagia. Dan Ibuku tidak akan terus megawasi cucunya. Dan aku, akan terus mabuk setiap hari, dan bermimpi buruk setiap hari. Aku mungkin, tidak akan pernah mencintai seseorang lagi.”
Bom Yi mengatakan bahwa ada seseorang yang ingin ia ucapkan selamat tinggal, “Ia adalah orang yang tidak bisa aku buat nyaman disetiap kalimatnya.”
Orang itu adalah Ibu So Jung, mertua Dong Ha dulu. Bom Yi mengirimkan sarung tangan rajutannya sebagai hadiah ulang tahun. Didalam kotak hadiah itu, terdaoat catatan dari So Jung, “Ibu. Selamat ulang tahun. Tanganmu seperti laki-laki, jadi aku membuatkan ini untukmu. Terima kasih sudah melahirkanku dan membesarkanku. Tetaplah sehat, Ibu. Aku mencintaimu.”
Ibu So Jung menatap sarung tangan tersebut. Ia terus terisak mendapatkan kembali kehangatan dari putrinya.
Dong Ha berbicara dengan foto So Jung, “Tak bisakah kau bertahan lebih lama? Apakah sekarang sudah berakhir?”
Bom Yi melepas alat bantu pada tubuhnya dan beranjak dari tempat tidurnya. Saat ia mengambil sandal, ia melihat sepatunya dan sepatu Dong Ha terikat seperti saat Bom Yi pergi ke rumah Dong Ha di Pulau Udo. Ia menyentuh tali sepatu tersebut dan menangis di balik senyumnya.
Poo Reum menemui Dong Ha dikamarnya, “Kenapa kau dirumah? Apa kau sudah menyerah?”
Dong Ha menyangkalnya, “Aku tidak menyerah. Namun sepertinya aku harus membiarkannya pergi.”
Dengan hati-hati Poo Reum menanyakan apa Bom Yi akan meninggal. Matanya sudah berkaca-kaca, “Biarkan aku mengucapkan salam perpisahan. Ada yang ingin aku sampaikan.”
Myung Hee memakaikan kaos kaki untuk Bom Yi dan mengelap tangan Bom Yi. Bom Yi meminta Myung Hee supaya membujuk ayahnya agar tidak melakukan opersi, “Aku tidak ingin membuat ayah dalam masalah lagi.”
Myung Hee justru membujuk Bom Yi untuk tetap melakukan operasi. Air matanya sudah mulai menetes, “Orang yang menyayangimu, dan yang kau sayangi, masih banyak.”
Bom Yi merasa itu semua sudah cukup. Namun tidak dengan Myung Hee, “Bagaimana denganku? Bagaimana dengan ayahmu? Hanya kau satu-satunya yang aku miliki. Kasih sayang orang tua tiada batas.”
Bom Yi lama terdiam. Ia pun juga tak mampu menahan air matanya, “Kalau, kalau bu... Jika aku meninggal, kasih sayangmu akan terus aku bawa. Tapi ibu tidak boleh, menguburnya dan membuatmu menderita. Berikan itu pada Poo Reum dan Ba Da.”
Myung Hee tak mampu berkata-kata lagi. ia menunduk dan terus terisak.
Poo Reum masuk dan duduk disamping Bom Yi diatas tempat tidurnya. Sementara Dong Ha mengamati mereka dari pintu yang telah terbuka.
Sambil menangis Poo Reum mengatakan pada Bom Yi, "Aku senang bisa mengucapkan selamat tinggal denganmu. Aku tidak bisa mengucapkan selamat tinggal kepada ibuku.”
Poo Reum menggenggam tangan Bom Yi, “Jangan khawatir. Jangan khawatirkan aku dan Ba Da. Kami baik-baik saja.”
Bom Yi meminta maaf. Poo Reum menggelengkan kepalanya, “Kita bisa kembali ke tempat kita, tapi... akan berbeda sebelum aku bertemu denganmu. Aku senang bisa bertemu denganmu. Aku akan menjelaskan pada Ba Da nanti. Kau bisa bilang padaku, kalau kau ada dihatiku. Walaupun aku tidak bisa melihatmu.”
Bom Yi memberikan botol yang telah ia isi dengan tulisan yang dimasukkan kedalam kapsul. Dan Poo Reum melepaskan kalungnya, “Aku ingin mengembalikan ini. Ini sangat berharga. Mungkin saja akan membawa keberuntungan.”
Bom Yi menolaknya. Ia ingin Poo Reum menyimpannya. Ia membelai rambut Poo Reum dengan sayang, “Jika masih ada keberuntungan yang tersisa untukku, aku harap akan menjadi milikmu.”
Bom Yi menarik Poo Reum yang terus menangis ke dalam pelukannya. Air mata mereka terus mengalir. *begitu juga dengan saya. Abaikan yang satu ini.*
Dong Ha yang melihat kejadian itu, tersenyum karena mereka sudah melepaskan semua beban dihati mereka dan kini mereka sudah mengutarakan perasaan masing-masing.
Bom Yi terbangun dan melihat Dong Ha setia menugguinya. Ia meminta Dong Ha memeluknya. Bom Yi menceritakan mimpinya pada Dong Ha di Pulau Jeju, “Aku bekerja di kebun jeruk. Aku dan Poo Reum, memetik jeruk dan meletakkannya di keranjang. Ba Da, Ba Da bermain-main di tanah lapang. Kau.. kau menangkap dua ekor ikan yang sangat besar. Kau pulang ke rumah dengan membawa itu.”
Dong Ha menanyakan ia bekerja sebagai apa. Air mata Bom Yi sudah mulai mengalir, “Kau bekerja sebagai nelayan.”
Dong Ha menimpali, “Aku pasti sibuk sekali. Karena aku bekerja sebagai penggembala dan sebagai nelayan.”
Mereka berdua saling berterima kasih karena telah mau bersama diri mereka. Dong Ha menyuruh Bom Yi tidur dan ia berjanji akan bersama Bom Yi.
Dir. Lee sudah bersiap untuk melakukan operasi.
Dong Ha mengiringi Bom Yi ke ruang operas. Saat sudah sampai di depan ruang operasi, dua orang petugas menghentikan Bom Yi disana dan memberikan waktu untuk Dong Ha dan Bom Yi.
Dong Ha mendekati Bom Yi dan meraih tangannya. Bom Yi mengingatkan bahwa mereka sudah saling mengucapkan selamat tinggal sebelumnya. “Terima kasih.”
Dong Ha: “Terima kasih juga.”
“Aku mencintaimu.”
“Aku juga mencintaimu.”
Air mata Bom Yi mulai mengalir, “Selamat tinggal.”
“Selamat tinggal.”
Bom Yi tersenyum. Ia melapaskan tangannya dan dua orang petugas langsung membawa Bom Yi masuk ke ruang operasi. Dong Ha terus menatap Bom Yi hingga pintunya tertutup.
Suara Dong Ha, “Saat dia meninggalkanku, dia terlihat bahagia. Itu karena dia tahu, dia sudah menjadi musim semi, untuk orang lain.”
Di sebuah ruangan, terlihat tangan yang memakai gelang So Jung mengulurkan tangannya untuk bergandengan dengans seseorang. Dan itu memanglah So Jung. Ia tersenyum menatap Bom Yi yang juga tersenyum. Bom Yi kemudian mengulurkan tangannya kepada seseorang yang tak ditampakkan wajahnya.
Bom Yi tersenyum ke arah kamera, begitu pula dengan Dong Ha. Terdengar suara Bom Yi, “Ini adalah kisah musim semi dalam hidupku. Karena aku bersama orang yang aku cintai.”
~”SELESAI”~
Komentar:
Untuk memperjelas bagian akhirnya, saya baru menyadari hal ini setelah membaca komentar di forum. Bahwa saat Bom Yi didorong diruang operasi, itu bukanlah Bom Yi akan kembali menerima donor jantung. Melainkan ia sudah berada dalam kehidupan yang lain, yang tenang dan damai. Juga disebutkan bahwa sebelum kematiannya, ia sudah memberikan hadiah berupa kornea matanya untuk didonorkan kepada orang lain. hal itu tampak pada saat Dir. Lee mempersiapkan operasi. Juga, dibagian awal dan akhir dari drama ini, diperlihatkan seorang wanita buta bersama anaknya.
Menurut saya drama ini begitu mengesankan. Dari sekian banyak drama yang telah saya ikuti, baru kali ini menemukan drama yang saya sukai setiap jalan ceritanya dari awal sampai akhir. Dari setiap pemainnya dalam memerankan peran mereka begitu bagus dan menarik. Saya tidak menyangka bahwa saya akan dibuat terus mengalirkan air mata di episode terakhir ini. Banyak sekali pesan yang disampaikan penulis melalui dialog yang diucapkan setiap tokoh. Untuk pesannya tidak perlu saya tulis ulang ya, bisa kalian baca kembali pada sinopsisnya.
Apa yang sebenarnya diinginkan oleh So Jung kini semua sudah terwujud, seperti yag dikatakan Dong Ha sebelumnya. Bom Yi juuga sudah memanfaatkan hidupnya dengan sebaik-baiknya. Dan sepertinya begitulah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis, bahwa hidup ini sanagt berharga. Sebaiknya kita menjalankan hidup ini dengan sebaik mungkin dan berfikir lebih dulu sebelum bertindak. Kita harus selalu ingat, bahwa apa yang kita lakukan selama ini, akan selalu ada dampaknya.
Keajaiban.
Keajaiban memang ada. Hal itu juga yang mendorong kita untuk terus berusaha dan tidak mudah menyerah. Kita mungkin sering gagal, namun dibalik kegagalan dan keras keras yang dilakukan untuk terus bangkit, akan ada hadiah yang istimewa.
Pernikahan Bom Yi dan Dong Ha. Tak masalah seberapa banyak perbedaan usia antara mereka. Jika memang sudah jodoh, pasti tetap akan bersama. Ini juga tidak hanya terjadi dalam drama, bahkan di kehidupan nyata pun, banyak juga pasangan yang usianya terpaut jauh, namun mereka tetap hidup dengan bahagia. Semua kebahagiaan dalam keluarga, tidak tergantung dari usia setiap individunya. Melainkan dari sikap dan kedewasaan masing-masing. Bisa saling percaya, menyayangi dan mendukung satu sama lain.
SIAPA YANG BERFIKIR BAHWA DRAMA INI SAD ENDING????
Kalau menurut saya, drama ini justru happy ending. Meskipun Bom Yi pada akhirnya meninggal, namun ia telah memberikan kebahagiaan dan kehangatan untuk orang sekitarnya. Ia telah mampu mempersatukan kembali keluarga yang sebelumnya terpecah belah sebelum ia meninggalkan dunia ini. Ia begitu beruntung karena masih bisa mengucapkan salam perpisahan kepada orang-orang disekitarnya. Yang tentu tidak semua orang memiliki kesempatan seperti yang dimiliki Bom Yi. Tidak ada yang tahu kapan kematian akan mencemput kita. Bagaimana kita akan mendatangi ajal tersebut. Kita tidak bisa mempercepat atau menunda kematian yang telah ditentukan dengan usaha apapun.
APAKAH MASIH ADA YANG TERLEWAT? Apabila masih ada, tolong dilengkapi dengan menuliskan di kotak komentar ya....
Dan yang terakhir. Saya meminta maaf, jika dalam penulisan dan penyampaian banyak kesalahan dan sulit dimengerti. Saya bukanlah pujangga dan bukan juga seorang ahli yang dapat merangkai kata sehingga dapat dimengerti secara keseluruhan. Terima kasih kepada Mbak Ayu dan Mbak Lilik yang sudah berkenan membuat sinopsis My Spring Days bersama saya. Terima kasih juga kepada readers yang telah bersabar menunggu sinopsis dari drama ini yang mungkin sedikit terlambat. Dan juga, terima kasih sudah setia bersama kami, serta berkenan mampir ke Blog kami ini.
~ “Semoga kita masih diberi kesempatan untuk berjumpa lagi” ~